SAMOSIR – Gok disi hassang nang eme nang bawang rarak do pinahan di dolok i. Sepenggal syair lagu komponis Batak kenamaan, Nahum Situmorang, kerap terngiang bila sampai ke Pulau Samosir. Lagu itu memang berjudul “Pulo Samosir” yang menggambarkan keindahan dan kekayaan alamnya.
Kini, dari Bukti Holbung, lagu itu benar adanya. Dari bukit yang sekarang menjadi salah satu tujuan berkemah ini, keindahan Danau Toba, Pulau Samosir dan perbukitan yang masih dijadikan padang gembala masih terlihat. Berkemah di bukit ini menjadi momen yang tak tergantikan, dan pastinya tak akan terlupakan.
Bukit Holbung atau sering juga disebut Bukit Cinta, kerap dikaitkan dengan bukit dalam film animasi anak, Bukit Teletubbies. Tapi apapun sebutannya, yang tidak terbantahkan, Bukit Holbung kini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Samosir.
Pekan lalu adalah kesekian kalinya, aku mengunjungi Bukit Holbung . Setelah ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata, ada banyak perubahan terjadi. Beberapa rest area baru bermunculan. Seiring itu, pasti juga tumbuh para pengusaha.
Nadi perekonomian mulai terasa berdenyut di Kawasan Bukit Holbung. Sayangnya, ada yang hilang atau setidaknya sangat banyak berkurang. Padahal, itu adalah ciri dari Bukti Holbung sebelumnya. Kawanan kerbau.
Jauh sebelumnya, kala berkunjung ke bukit, aku selalu bertemu dengan berbagai jenis ternak di lembah-lembah. Jumlahnya sangat banyak. Pekan lalu, saat hendak berkemah dengan beberapa orang kawan, sudah jarang melihat kawanan kerbau.
Tepatnya, Sabtu pekan lalu sekira 22.00 WIB, kami melakukan perjalanan dari daerah Pangururan menuju Bukit Holbung di Kecamatan Harian. Perjalanan hampir menyentuh 45-60 menit dari Pangururan dengan kecepatan yang relatif lambat. Sengaja untuk menikmati udara dan hembusan angin sepoi.
Sesampainya di sana, kami membayar karcis masuk seharga Rp10.000 per orang dan biaya parkir sepeda motor untuk satu malam hanya Rp5.000. Kami tidak buru-buru untuk naik ke Bukti Holbug, kami masih perlu waktu menikmati hidangan kopi dari alam Samosir yang nikmat dan harum.
Pukul 23.30 WIB kami bergegas untuk naik ke bahu Bukit Holbung. Saat itu alam juga mendukung. Langitnya diramaikan bintang-bintang, bulan sabit seolah melempar senyum melihat keindahan Danau Toba.
Sepanjang track perjalanan, banyak tenda-tenda kemah yang sudah berdiri. Terlihat aktifitas memasak air, bernyanyi, sorak-sorai riang gembira. Benar-benar malam yang gembira penuh cinta di Bukti Holbung.
Segera kami memilih tempat mendirikan tenda, tepat berhadapan dengan Kampung Sihotang. Dari sekitar tenda kami, ada yang bisa dinikmati. Kota Pangururan, terlihat penuh warna lampu-lampu indah.
Di pagi hari, aku bergegas keluar tenda dan disusul kawan-kawan. Kami ingin Danau Toba dan perbukitan di sekeliling tahu, kami sudah sampai di Bukti Holbung.
Tak lama, kami tersadar. Ternyata semalaman kami tidur berdekatan dengan empat ekor kerbau. Kenangan pertama kali berkemah di tempat ini muncul. Saat itu, baik pagi hingga malam, ada banyak kawanan kerbau di Bukit Holbung.
Bukit Holbung, sebenarnya semakin ikonik dengan kehadiran kerbau. Padanan kekayaan alam yang tertuang dalam simpony lagu Nahum Situmorang itu, sebaiknya terjaga dengan baik di sana.
Penulis : Lifzen Sitanggang
Editor : Mahadi Sitanggang