Berikut Strategi Anak Usaha BRI Tingkatkan Wirausaha Perempuan di Indonesia

BERSPONSOR

NINNA.ID-Jutaan perempuan Indonesia masih terpinggirkan dari angkatan kerja – atau terjebak di sektor dengan produktivitas rendah. Kini, Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui anak usahanya yakni PNM Mekaar menyasar kelompok tersebut.

Inisiatif keuangan mikro Mekaar, yang berakar pada model pinjaman kelompok, berupaya membantu membebaskan perempuan secara ekonomi.

Digitalisasi akan semakin meningkatkan model keuangan mikro tradisional dan mendorong inklusi keuangan bagi perempuan Indonesia yang kurang mampu.

Suryani, seorang ibu rumah tangga Indonesia, tinggal di lingkungan kumuh yang terletak di Sulawesi Barat.

BERSPONSOR

Suaminya, Wahyudi, selalu gonta-ganti pekerjaan serabutan dan tidak pernah mempunyai pekerjaan tetap.

Karena kesulitan finansial, Suryani memulai bisnis dengan memanfaatkan keahliannya dalam membuat aksesoris pakaian.

Dengan sedikit tabungan dan tidak ada pilihan keuangan lain, ia melakukan hal yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang di daerah pedesaan di Indonesia: beralih ke rentenir meskipun tingkat bunganya sangat tinggi. Segera, dia terjebak dalam spiral utang terus-menerus.

Seperti kebanyakan orang dengan tingkat pendapatan seperti ini, Suryani diperbudak oleh utang yang ia miliki dan tidak mampu mengumpulkan modal guna mengembangkan bisnisnya.

BERSPONSOR

Ia merupakan salah satu dari jutaan perempuan Indonesia yang kurang mampu yang sangat membutuhkan pembiayaan terjangkau dan pemberdayaan untuk keluar dari perangkap kemiskinan.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan guna mendorong kesetaraan gender dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif, mulai dari mengembangkan sekolah kejuruan hingga mendorong lebih banyak perempuan dalam angkatan kerja.

Sayangnya, di Indonesia, partisipasi ekonomi perempuan masih tetap stagnan selama bertahun-tahun.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa partisipasi perempuan dalam angkatan kerja mencapai sekitar 53 persen selama lebih dari dua dekade, jauh lebih rendah dibandingkan angka 85 persen yang diamati di kalangan laki-laki, dengan pernikahan dan melahirkan anak menjadi faktor yang mendorong perempuan keluar dari dunia kerja.

- Advertisement -

Yang lebih buruk lagi, perempuan dalam angkatan kerja, karena berbagai alasan terkait gender, sebagian besar didorong untuk terlibat dalam sektor atau bisnis dengan produktivitas rendah, sehingga secara statistik lebih sulit bagi orang-orang seperti Suryani untuk mencapai batas kemiskinan.

Perempuan mencakup sekitar 60 persen dari UMKM di Indonesia. Akan tetapi jumlah tersebut sangat banyak di antara usaha mikro dan ultra mikro.

Akses yang lebih rendah terhadap kredit dan pasar dibandingkan dengan usaha milik laki-laki menghambat aspirasi pertumbuhan mereka.

Akses terhadap layanan keuangan sangat penting bagi masyarakat kurang mampu dan kurang terlayani.

Pembiayaan dengan harga terjangkau dapat berfungsi sebagai katalis untuk meningkatkan skala usaha mereka dan meningkatkan peluang untuk menaiki tangga kelas ekonomi yang sulit dicapai.

Sayangnya, sebagian besar lembaga keuangan formal mengabaikan segmen ini karena persepsi peningkatan risiko yang disebabkan oleh kurangnya keahlian bisnis, ketidakstabilan pendapatan, biaya layanan, kurangnya riwayat kredit, sebagian besar transaksi berbasis uang tunai, dan kurangnya agunan.

Diluncurkan pada tahun 2015, inisiatif keuangan mikro Mekaar, yang merupakan singkatan dari Membina Perekonomian Keluarga Sejahtera, diciptakan sebagai solusi atas tantangan-tantangan ini.

Dengan meniru model lembaga keuangan mikro Grameen Bank di Bangladesh, Mekaar menerapkan pendekatan unik terhadap pinjaman kelompok perempuan, pemberian pinjaman, tabungan dan program pemberdayaan.

Dioperasikan di bawah lembaga keuangan mikro milik negara PT Permodalan Nasional Madani (PNM), Mekaar hanya didedikasikan untuk peminjam perempuan, yang secara statistik menunjukkan tingkat pembayaran kembali yang lebih tinggi dan tanggung jawab keuangan yang lebih besar, dengan fokus utama pada kebutuhan keluarga dan masa depan anak-anak.

Meskipun terdapat kekurangan-kekurangan kecil, model pinjaman kelompok masih merupakan metode yang paling umum dan paling berhasil dalam menyalurkan pembiayaan kepada perempuan kurang mampu di masyarakat pedesaan.

TERKAIT  Terbaru, Gagal Ginjal Akut di Indonesia Sudah 206 Kasus

Karakteristik utama dari model pinjaman kelompok adalah membangun modal sosial dan mengandalkan jaminan sosial dari tanggung jawab bersama para anggota, sebuah metodologi yang telah terbukti berhasil dalam memberikan pinjaman kepada peminjam yang kurang terlayani dan mengentaskan kemiskinan di negara-negara berkembang.

Struktur sosial-budaya masyarakat Indonesia, yang ditandai dengan eratnya komunitas-komunitas yang terlibat dalam berbagai aktivitas komunal, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penerapan model ini.

Sebuah studi tentang Mekaar membuktikan dampak positifnya terhadap anggota kelompok di berbagai dimensi.

Mekaar meningkatkan kemampuan anggotanya dalam menghasilkan pendapatan dan keuntungan, memberikan stabilitas keuangan yang lebih baik, mengurangi kerentanan terhadap guncangan eksternal, dan harapan yang lebih baik terhadap umur panjang bisnis.

Berdasarkan survei terbaru (BRI Research Institute, 2023), 60,85% peminjam Mekaar mampu meningkatkan pendapatannya dan 48,35% di antaranya mengalami peningkatan aset setelah menerima pembiayaan.

Selanjutnya, mereka dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga, termasuk makanan dan pendidikan anak yang lebih baik, akses terhadap listrik, dan kepemilikan aset.

Mekaar juga memfasilitasi akses yang lebih baik terhadap bahan baku, memperluas saluran distribusi dan memperkenalkan platform digital kepada anggota melalui inisiatif pemberdayaan.

Selain itu, program ini menanamkan momentum di antara anggota untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kapasitas pengambilan keputusan.

Walaupun pencapaian-pencapaian ini tidak bisa dianggap remeh, tantangan-tantangan masih tetap ada.

Struktur historis program ini, yang memanfaatkan model bisnis tradisional berbasis uang tunai dan kompleksitas geografis kepulauan Indonesia, telah menjadikannya sangat rentan terhadap tantangan pembiayaan mikro yang lazim: peningkatan biaya operasional dan risiko.

Setelah berdirinya Ultra-Micro Holding pada tahun 2021, sebuah tonggak transformatif yang berpotensi mengubah lanskap keuangan masyarakat Indonesia yang kurang terlayani, Mekaar mengalami peremajaan.

Berkolaborasi dengan BRI, salah satu lembaga perbankan mikro tersukses di dunia, sebagai perusahaan induk, PNM membangun model bisnis Grameen dengan meningkatkan efisiensi dan kapasitas untuk memperkuat dampak program Mekaar, memperluas jangkauannya sekitar 50% hingga hampir 15 juta nasabah dalam waktu dua tahun.

Dengan memanfaatkan sumber daya digital BRI, PNM memberikan anggota Mekaar akses terhadap produk keuangan yang komprehensif dan membangun landasan bagi inklusi keuangan digital dengan mengembangkan ekosistem non-tunai, dimulai dengan pencairan pinjaman non-tunai ke rekening tabungan yang baru didirikan.

Program ini telah berhasil mengumpulkan 10 juta rekening tabungan baru hanya dalam waktu dua tahun, meningkatkan ketahanan ekonomi anggota kelompok dan memungkinkan mereka memiliki data keuangan yang akan memberikan jalur menuju pembiayaan yang lebih besar seiring dengan pertumbuhan bisnis mereka.

Indeks Literasi Keuangan Indonesia
Indeks Literasi Keuangan Indonesia

Inisiatif ini telah membawa Mekaar berkontribusi terhadap inklusi keuangan dan meningkatkan literasi keuangan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, perempuan Indonesia berhasil melampaui laki-laki dalam hal tingkat literasi keuangan yang lebih tinggi.

Berkat Mekaar, bisnis Suryani telah berkembang dan berkontribusi lebih besar bagi masa depan keluarganya, menunjukkan manfaat inklusi keuangan dan digitalisasi. Namun, Mekaar masih memiliki banyak hal yang harus dilakukan.

Data terbaru Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI menunjukkan terdapat 27,1 juta perempuan usia produktif kurang mampu di Indonesia.

Sebuah studi yang dilakukan oleh McKinsey & Company memproyeksikan bahwa promosi kesetaraan gender di Indonesia berpotensi memberikan kontribusi sekitar $135 miliar terhadap PDB negara pada tahun 2030.

Ini insentif besar bagi Indonesia untuk keluar dari perangkap negara berpendapatan menengah karena jutaan perempuan di negara ini ingin menutup kesenjangan inklusi keuangan, pendapatan dan gender.

Penulis: Damayanti Sinaga
Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU