SIANTAR – Berbagai agenda kegiatan dipadatkan dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Perguruan Karate TAKO Indonesia ke-60. Salah satunya, ziarah ke makam para pendiri, perguruan, gasukhu dan latihan bersama.
Tak lupa juga dilakukan penyematan sabuk hitam kepada sejumlah tokoh yang peduli dengan perguruan selama ini.
Ketua Panitia HUT Perguruan TAKO Indonesia ke-60, Pendeta Pandapotan Haloho (Dan V) didampingi Sekretaris Burhan Sibarani (Dan V), Bendahara Aliondo Sinaga (Dan V), Selasa (7/3/2023) mengatakan, rangkaian kegiatan dimulai tanggal 24 Februari 2023 dengan ziarah ke makam Suhu Syahrun Isa di Medan.
Kemudian di 15 Maret 2023 dilaksanakan ziarah ke makam Guru Besar Jamin Purba di Pematang Purba, kabupaten Simalungun.
Pada tanggal 16 Maret 2023 rangkain HUT Perguruan TAKO Indonesia ke-60 akan dilanjutkan dengan Gasukhu dan latihan bersama dan penyematan sabuk hitam kepada sejumlah tokoh peduli perguruan.
“Peringatan HUT Perguruan TAKO ke 60 merupakan moment strategis membangun kebersamaan, silahturahmi, mengingat dan mengenang semangat pendahulu, yang membidani lahirnya perguruan”, ujar Pandapotan.
Dia menambahkan peringatan HUT Perguruan TAKO ke-60 akan dihadiri pengurus cabang (Pengcab) dari seluruh Indonesia.
Sejarah TAKO
Perguruan Karate-Do TAKO INDONESIA sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu Perguruan Karate-Do yang bernaung di bawah Federasi Olah Raga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Perguruan ini didirikan oleh Alm Syahrun Isa, MIAUP pada 24 Januari 1963 di Kota Tebing Tinggi.
Modal pokok berdirinya perguruan ini adalah teknik bertahan dan menyerang dengan tangan kosong ajaran Tuan ONDO TAKUGAWA, yang dikemudian hari baru diketahui sebagai Seni Karate dari kelompok Jiu Jitsu Karate (Crooked Karate).
Di samping teknik ini, sedikit pengetahuan silat yang didapat dari RM DIRJOATMODJO juga ada memberikan andilnya.
Sejak awal berdirinya perguruan ini, sudah ada kecenderungan untuk menasionalisir jiwa dari teknik bela diri asing. Maksud ini mendapat dorongan yang kuat dari KANTOR TARIGAN, Walikota Tebing Tinggi Deli waktu itu.
Kemudian pada akhir tahun 60-an perbendaharaan teknik Perguruan TAKO INDONESIA bertambah dengan bergabungnya seorang pemegang Sabuk Hitam penganut aliran Shotokan dari modern Karate, murid dari KEN KOESHASI, DAN X Judo, DAN V Shotokan pendiri KEN KOESHASI DOJO.
Sejak awal tahun 70-an, Perguruan Karate-Do TAKO Indonesia mulai memfokuskan dirinya pada Olah Raga Karate-Do. Dalam tahun-tahun selanjutnya perbendaharaan Perguruan ini bertambah terus dengan adanya pengiriman siswa-siswa perguruan ke luar negeri untuk mempelajari Karate-Do.
Pada awal tahun 70-an dengan BUDOKAN KARATE dan SKA, dan pada tahun 1975, perguruan TAKO INDONESIA mengikuti pertandingan yang diikuti oleh beberapa negara di Singapore. Dalam pertandingan ini Perguruan TAKO INDONESIA menduduki peringkat Runner Up.
Pada pertengahan tahun 1977, beberapa guru dari beberapa aliran yang ada Perguruan Karate-Do Tako Indonesia, berkumpul dan bermufakat untuk mencari bentuk teknik bela diri dan olah raga yang ideal bagi pengikut perguruan TAKO INDONESIA.
Bentuk teknik bela diri dan olah raga ini nantinya mempunyai tata cara yang disesuaikan dengan kepribadian Bangsa Indonesia yang Pancasilais.
Dan pada awal tahun 1979, tekad para guru ini dikukuhkan oleh Pengurus Besar di Perguruan TAKO INDONESIA.
Pengurus Besar Perguruan Tako Indonesia, dengan ketua umum Prof SUHARDIMAN, menginstruksikan Dewan Guru Perguruan Tako Indonesia untuk segera menyusun pola dasar teknik yang selaras dengan idealisme Pancasila yang sedang dikembangkan oleh Pengurus Besar di Perguruan TAKO INDOENSIA.
Dan pada tanggal 9 Agustus 1979, pola dasar teknik yang berkepribadian Bangsa Indonesia, tetapi masih jauh dari sempurna telah diperagakan untuk pertama kalinya di Kampus UNIVERSITAS INDONESIA Jakarta.(takosumut.wordpress.com)
Editor : Mahadi Sitanggang