Houston, Samosir, NINNA.ID-Di balik secangkir kopi yang hangat dan harum dari Pulau Samosir, ada semangat yang menyala—semangat seorang perempuan yang tidak hanya mencintai rasa, tapi juga hidup di balik setiap butir biji kopi.
Namanya Velisia Sitanggang, kelahiran Samosir yang kini membawa harum nama Kopi Samosir hingga ke ajang internasional.
Tak sekadar memperkenalkan produk lokal, langkah Velisia adalah misi panjang.
Misinya sederhana namun bermakna besar: agar dunia tahu bahwa dari sebuah pulau kecil di tengah Danau Toba, lahir kopi Arabika dengan cita rasa very rich, smooth, clean after taste—dan agar para petani yang merawat pohonnya turut menikmati dampak ekonomi yang lebih baik.
“Supaya lebih banyak penikmat kopi dunia punya alternatif rasa yang luar biasa. Harapannya, permintaan meningkat, dan akhirnya petani kopi di Pulau Samosir bisa hidup lebih sejahtera,” ujar Velisia Sitanggang kepada NINNA lewat pesan Whatsapp pada Minggu 20 April.
Kalimat itu bukan sekadar harapan; ia menjadikannya arah hidup. Harapan tersebut terwujud untuk memamerkan kopi Samosir selama Jumat-Minggu 25-27 April 2025 di Booth Specialty Coffee Expo di Houston, TX America.
Dari Pulau Kecil ke Pameran Kopi Terbesar
Perjalanan Kopi Samosir bukanlah kisah instan. Di balik pencapaiannya tampil di pameran kopi paling bergengsi di Amerika Utara, ada langkah panjang dan kerja keras.
Melalui PT Hauma Agro Antarnusa—UMKM asal Medan yang ia jalankan—Velisia membawa Kopi Samosir ke mata dunia.
Keikutsertaan di ajang internasional itu menjadi momen penting sekaligus titik balik, membuktikan bahwa kualitas kopi lokal bisa bersaing dengan raksasa industri kopi global.
“Kami ingin dunia tahu betapa enaknya kopi dari Pulau Samosir ini,” katanya dengan mata berbinar. Dan kini, secangkir kopi Samosir bisa dinikmati oleh para pelaku industri, roaster ternama, bahkan investor mancanegara yang hadir dalam pameran itu.
Kualitas Tak Pernah Berbohong
Di tengah gempuran kopi dari berbagai penjuru dunia, bagaimana Kopi Samosir tetap percaya diri melangkah? Jawabannya ada di ketekunan menjaga kualitas, mulai dari hulu.
“Pemilihan bibit, cara petik buah, hingga proses pascapanen harus benar-benar diperhatikan.
Kalau dari hulunya sudah tekun, rasa kopi enggak akan bisa bohong,” tegas Velisia.
Ia juga menyadari pentingnya teknologi dan inovasi dalam pengolahan.
Meski baru sedikit diterapkan di kalangan petani lokal, ia optimistis—selama ada kemauan belajar, efisiensi dan kualitas bisa dicapai.
Memberdayakan Desa Lewat Rasa
Bagi Velisia, secangkir kopi bukan sekadar minuman. Itu adalah simbol.
Simbol dari kerja keras petani di pelosok Samosir, dari regenerasi petani muda yang mulai tumbuh, dari edukasi yang tak henti tentang pentingnya memetik merah dan cepatnya proses pascapanen.
“Kami sangat intens mengedukasi. Bahkan soal jenis tanaman pelindung pun kami bahas, karena itu berpengaruh pada rasa buah kopi,” jelasnya. Ia paham, promosi ke dunia hanya akan bergema jika ketersediaan produk kuat. Maka pemberdayaan petani lokal adalah fondasi utama.
Sinergi dengan Pemerintah Daerah
Upaya Velisia tidak berdiri sendiri. Dukungan Pemerintah Kabupaten Samosir turut memberi energi baru dalam perjalanan Kopi Samosir. Pada Selasa (14/1), Bupati Samosir Vandiko Timotius Gultom menerima audiensi dari Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sibolga, Riza Putera, dalam rangka memperkuat sinergitas dan kolaborasi program, termasuk pengembangan komoditas unggulan seperti kopi.
Dalam pertemuan itu, Bupati Vandiko secara langsung menyampaikan komitmennya untuk mendukung branding dan peningkatan nilai jual Kopi Samosir.
“Samosir sudah memiliki berbagai komoditi unggulan, termasuk kopi. Dan memang perlu menggandeng berbagai pihak dalam pembuatan branding. Kami sangat menyambut baik kerja sama dengan BI Sibolga,” ujar Vandiko.
Bersama BI Sibolga, Pemkab Samosir akan mendorong pengembangan UMKM, promosi investasi, hingga memperkuat sektor pariwisata dan digitalisasi ekonomi daerah.
Salah satu fokusnya: pengembangan Kopi Samosir lengkap dengan narasi branding yang kuat—sebuah langkah penting agar kopi ini tidak hanya harum aromanya, tapi juga mengakar di hati pasar global.
Di ujung percakapan, Velisia menyelipkan satu harapan yang terdengar sederhana namun menggetarkan:
“Suatu saat, ketika orang ditanya apa yang paling mereka rindukan dari Pulau Samosir, mereka akan jawab: kopinya yang sangat enak.”
Sebuah visi yang menyatukan cita rasa, identitas, dan kebanggaan akan tanah kelahiran.
Setelah ajang pameran ini, ia berharap lebih banyak kerja sama yang terjalin, termasuk peluang ekspor besar ke Amerika Serikat.
Secangkir Pesan dari Tanah Samosir
Di tengah hingar-bingar industri global, pesan Velisia tetap sederhana: “We grow and give you the taste of delicious coffee Arabica Pulo Samosir.”

Ia dan para petani di Samosir tidak hanya menanam kopi. Mereka menanam harapan.
Mereka menyeduh perjuangan. Dan di setiap cangkir kopi yang tersaji di meja pecinta kopi dunia, aroma Samosir mulai mengalir pelan—menyapa, menghangatkan, dan membawa cerita pulang.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga