Batangtoru, NINNA.ID – Di tengah hamparan hijau perbukitan Batangtoru, perubahan besar tengah tumbuh—bukan hanya dari tambang emas yang berdiri megah di sana, tetapi dari toilet-toilet sederhana yang kini hadir di rumah-rumah warga.
Sejak 2015, PT Agincourt Resources (PTAR), pengelola Tambang Emas Martabe, telah menyalakan obor kecil perubahan: mewujudkan akses sanitasi layak bagi masyarakat lingkar tambang di Kecamatan Batangtoru dan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Komitmen itu bukan sekadar wacana. Selama hampir satu dekade, PTAR telah mengucurkan Rp1,16 miliar untuk mendukung Program Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) di 32 desa.
Program ini menjadi salah satu tonggak utama perusahaan dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-6: air bersih dan sanitasi layak untuk semua.
Menanam Kesadaran, Menuai Kesehatan
Melalui Program Stop BABS, PTAR tidak sekadar membangun jamban komunal dan Jamban Sehat Permanen (JSP). Mereka juga hadir di tengah masyarakat—menyapa, mengedukasi, dan mendampingi keluarga demi keluarga agar memahami bahwa toilet sehat adalah investasi kesehatan jangka panjang.
Pendekatan ini berbuah hasil nyata. Pada 21 Desember 2022, di Sopo Daganak, Batangtoru, lebih dari 500 warga, tokoh masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah daerah berkumpul dalam Deklarasi Stop BABS.
Momen itu menjadi perayaan bersama: Batangtoru dan Muara Batangtoru resmi berstatus ODF (Open Defecation Free)—bebas dari praktik buang air sembarangan.
Selain Stop BABS, PTAR juga mendorong penerapan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM):
- Stop BABS
- Cuci tangan pakai sabun
- Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga
- Pengelolaan sampah rumah tangga
- Pengelolaan limbah cair rumah tangga
Langkah-langkah ini membentuk dasar kehidupan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi masyarakat di sekitar tambang.
Perjalanan Panjang Menuju Hidup Bersih
Meningkatkan akses sanitasi di wilayah pedesaan bukanlah pekerjaan semalam. Data provinsi tahun 2020 menunjukkan, hanya 8 persen rumah tangga di Sumatera Utara yang memiliki akses sanitasi layak. Artinya, sebagian besar masyarakat masih hidup tanpa fasilitas dasar seperti toilet sehat.
Namun, berkat kerja sama lintas pihak—pemerintah daerah, tenaga kesehatan, dan dukungan sektor swasta seperti PTAR—perubahan mulai terlihat. Pada 2023, angka akses sanitasi layak di Tapanuli Selatan melonjak menjadi 51,54 persen.
Meskipun demikian, tantangan masih besar. Sekitar 48 persen rumah tangga belum menikmati fasilitas sanitasi memadai. Banyak warga yang masih bergantung pada toilet bersama atau bahkan belum memiliki toilet sama sekali.
Kondisi ini memperbesar risiko buang air sembarangan (BABS), terutama di desa-desa terpencil yang sulit dijangkau jaringan air bersih.
“Sanitasi bukan hanya soal infrastruktur, tapi juga soal kesadaran,” kata Christine Pepah, Senior Manager Community PTAR. “Membangun toilet bisa cepat, tapi mengubah perilaku hidup bersih butuh waktu, dialog, dan kepercayaan.”
Apresiasi dari Pemerintah Daerah

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan menilai keberhasilan PTAR sebagai bukti nyata bahwa kolaborasi lintas sektor bisa mengubah wajah daerah.
“Program Stop BABS luar biasa,” ujar M. Frananda, Pj. Sekda Tapanuli Selatan. “BABS bukan hal sepele. Dampaknya bisa menimbulkan penyakit diare, cacingan, bahkan gangguan tumbuh kembang anak. Kami berharap Batangtoru dan Muara Batangtoru bisa menjadi model bagi 13 kecamatan lain.”
Keberhasilan ini memang lebih dari sekadar pembangunan fisik. Ia adalah gerakan sosial, sebuah proses mengembalikan martabat masyarakat lewat sanitasi yang layak.
Lebih dari Tambang Emas
Di mata PT Agincourt Resources, keberhasilan ini bukan hanya catatan CSR (Corporate Social Responsibility), melainkan bagian dari filosofi perusahaan: menambang dengan hati dan meninggalkan warisan kemanusiaan.
“Bagi kami, Tambang Emas Martabe bukan hanya tentang menambang mineral,” tutur Christine Pepah menutup perbincangan. “Kami ingin menambang nilai—nilai kepedulian, kesehatan, dan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat sekitar.”
Kini, di banyak desa Batangtoru, toilet yang dulu dianggap mewah telah menjadi bagian keseharian. Di sanalah nilai kemanusiaan itu bersemi—pelan, pasti, dan memberi jejak kebaikan yang panjang.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga



