Upaya JNE Dukung Produk UMKM Jadi Tuan di Negeri Sendiri

NINNA.ID-Hari itu bulan Desember 2022 aku belanja di suatu swalayan ternama di Kota Medan, lalu ku dapati ada begitu banyak rak berisikan produk-produk impor. Rak-rak tersebut berada di posisi strategis, paling depan dekat dengan meja kasir. Sedih melihat hal tersebut. Sedih karena mengingat ada begitu banyak produk UMKM khususnya dari Sumatera Utara tapi mengapa produk-produk impor itu pula yang dipajang dan dijual di swalayan tersebut?

Apalagi produk tersebut berupa produk berbahan kopi, teh, jahe, dan sejenis. Bagiku itu menyedihkan. Mengapa Sumatera Utara yang sangat terkenal sebagai penghasil kopi dan teh terbaik di dunia harus mengimpor kopi, teh dan produk rempah-rempah dari negeri tetangga?

Apa produk dari negara tetangga lebih baik? Sudah pasti tidak! Apalagi untuk kopi, teh dan jahe. Karena bahan baku untuk produk tersebut melimpah di Sumatera Utara.

Malah, Indonesia khususnya Sumatera Utara, merupakan eksportir kopi terbesar di dunia. Tiga besar negara tujuan ekspor kopi Indonesia ada di Asia yakni Mesir, Malaysia dan Jepang.

BERSPONSOR

Pada tahun 2021, lima besar negara pengimpor kopi Indonesia adalah Amerika Serikat, Mesir, Spanyol, Malaysia, dan Jepang.

Hal yang sama juga untuk bahan baku teh dan produk rempah Indonesia. Indonesia, khususnya Sumatera Utara merupakan eksportir produk rempah terkenal di dunia. Namun sayang sekali untuk produk hilir Sumatera Utara belum bisa menembus ke luar negeri, juga belum menjadi tuan di negeri sendiri.

Upaya JNE Selama Ini

Selang beberapa hari melihat swalayan yang menjual produk-produk impor, tersebut ternyata ada paket dari JNE tiba ke rumahku. Ternyata aku mendapat hadiah dari JNE Silangit menang lomba kuis di Instagram.

BERSPONSOR

Hadiah dikirim langsung sampai ke rumah lewat JNE. Aku periksa hadiah-hadiahnya. Saat itu aku mendapat tiga hadiah sekaligus.

Produk UMKM hadiah dari JNE Silangit.
Hadiah dari JNE Silangit menang lomba kuis di Instagram.
JNE SILANGIT
Hadiah dari JNE berupa produk UMKM.

Aku dapat Sambal Andaliman Garcia produksi di Medan, Kopi Lintong produksi di Siborong-borong, dan Kemeja Etnik dari Siborong-borong. Hadiah ini benar-benar aku sangat suka! Hadiah-hadiahnya produk UMKM. Ini bukti JNE peduli dengan para pelaku UMKM dan produk yang dihasilkan para pelaku UMKM.

JNE berupaya membuat produk UMKM dikenal luas oleh masyarakat, membuat produk-produk ini jadi tuan di negeri sendiri.

Bisa saja JNE memilih untuk memberikan hadiah berupa produk-produk yang lebih praktis dan mungkin jauh lebih murah untuk dibagikan. Tapi tidak, JNE selalu menggandeng para pelaku UMKM untuk berkolaborasi.

- Advertisement -

Sebab bukan kali ini saja aku dapat hadiah dari JNE seperti ini. Tahun sebelumnya aku juga dapat kupon untuk menikmati fasilitas di objek wisata di Labersa Danau Toba.

Plaza Pesona Nusantara

Plaza Pesona Nusantara atau Plaza JNE merupakan bukti yang menunjukkan JNE peduli terhadap para pelaku UMKM dan produk-produk yang dihasilkan. Tentu JNE mengambil risiko cukup besar untuk memajang produk-produk yang belum dikenal luas oleh masyarakat.

Malah, JNE seolah berperan sebagai promotor untuk produk-produk UMKM yang mungkin saja belum memiliki izin lengkap seperti izin Halal, BPOM dan sebagainya.

TERKAIT  Jawa Timur, Yogayakarta, dan Bali Miliki Rasio Kemandirian Desa Tertinggi di Indonesia

Produk-produk seperti ini mungkin belum mendapat kepercayaan besar dari masyarakat. Dengan demikian, ada risiko barang tidak begitu lancar berputar.

Jika bukan karena kepedulian JNE, tanggung jawab ini tentu tidak akan diemban oleh JNE. JNE sekaligus berperan dalam mendongkrak kampanye beli produk lokal atau cintai produk lokal.

Sebenarnya, persoalan tentang gempuran produk impor ke Indonesia bahkan mendapat perhatian World Economic Forum (WEF). WEF menyarankan Indonesia agar menghentikan keran impor dan segera melakukan tindakan guna melindungi pengusaha lokal dan produk lokal.

Tanpa konsumsi lokal atas produk lokal, UMKM akan semakin kalah bersaing dengan rantai nilai global. Solusi yang diberikan WEF ini telah sepenuhnya dilakukan oleh JNE.

Ada begitu banyak yang dipertaruhkan ketika masyarakat Indonesia tidak membeli produk lokal. Sebab, UMKM mengisi 97 persen lapangan kerja di Indonesia, menyerap sebagian besar pekerja berketerampilan rendah di negara kita.

UMKM juga menyumbang 60 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia, dan telah menghasilkan peningkatan kualitas hidup secara massal, dan mengangkat jutaan orang keluar dari kemiskinan.

Selain itu, peluang untuk memperluas manfaat produksi lokal sangat besar karena Indonesia memiliki pasar yang besar dan berkembang yang haus akan jumlah dan variasi produk yang lebih banyak.

Pesona Nusantara
Plaza JNE di Jalan Brigjen Katamso No 253 (foto: Damayanti)
Pesona Nusantara Plaza JNE di Jalan Brigjen Katamso No 523 (foto: Damayanti)
Pesona Nusantara Plaza JNE di Jalan Brigjen Katamso No 523 (foto: Damayanti)

 

Pesona Nusantara
Produk UMKM yang dijual di Pesona Nusantara atau Plaza JNE (foto: Damayanti)
esona Nusantara
Produk UMKM yang dijual di Pesona Nusantara atau Plaza JNE (foto: Damayanti)
Plaza JNE
Produk UMKM yang dijual di Pesona Nusantara atau Plaza JNE (foto: Damayanti)
Plaza JNE
Plaza JNE
Plaza JNE
Plaza JNE (foto: Damayanti)
Plaza JNE
Plaza JNE (foto: Damayanti)

Peran yang Bisa Dilakukan JNE

Sejumlah upaya yang dapat dikerahkan oleh JNE antara lain melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh JNE selama ini yakni:

Pertama, mendorong masyarakat untuk membeli produk-produk lokal. Dengan menyediakan berbagai wadah, acara dan kesempatan untuk menjual produk-produk UMKM, semangat berwirausaha para pelaku UMKM semakin meningkat.

Kedua, terus mendorong para pelaku UMKM untuk meningkatkan keterampilan mereka. Selama ini JNE juga telah melakukan hal ini, mengadakan seminar untuk mengajarkan para pelaku UMKM tentang digital marketing dan hal-hal yang berkaitan dengan teknologi.

Dalam Survei Global World Digital Competitiveness Index oleh Institute Management (IMD), Indonesia menempati peringkat ke-56 dari 63 negara yang disurvei. Fakta ini jadi bukti perlunya pengetahuan teknologi ditingkatkan, khususnya bagi para pelaku UMKM.

Ketiga,  adanya JNE dan perusahaan kurir sejenis, semakin meningkatkan perputaran barang. Tidak kalah penting lagi, mempercepat arus angkut barang.

Mengingat Indonesia begitu luas, terdapat tantangan tersendiri bagi perusahaan jasa kurir dalam pengiriman barang. Begitu juga dengan biaya yang dikenakan oleh JNE ke daerah pelosok seperti ke Indonesia Timur.

Pernah satu kali aku berencana menghadiahkan sebotol Sambal Andaliman kepada seorang teman di Ambon. Ku urungkan karena biaya pengirimnya mahal. Aku maklumi mengapa harganya mahal.

Namun, lewat tulisan ini aku berharap JNE dapat memikirkan solusi tentang bagaimana menekan ongkos pengiriman produk ke daerah yang jauh. Semoga pemerintah juga bisa memikirkan bagaimana menekan biaya logistik pengiriman barang.

Semoga JNE terus melakukan berbagai upaya yang dapat memajukan para pelaku UMKM, menjadikan produk-produk UMKM jadi tuan di negeri sendiri.

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU