PARAPAT – Berbagai pertunjukkan seni dan budaya tradisional puak Batak sekawasan Danau Toba, tampil dalam Festival Toba Caldera UGG (UNESCO Global Geopark), baru-baru ini. Salah satu yang ikut memeriahkannya adalah Tortor Sombah dari Simalungun.
Menurut pelaksana Festival UGG sekaligus pemerhati dan akademisi seni, Sanur Sinaga, tarian yang ditampilkan merupakan tarian tradisional atau Tortor, melalui penggabungan beberapa gerak tertentu yang memiliki makna dan diiringi dengan alat musik tradisional seperti gondang, seruling, kecapi, ogung dan sebagainya.
Tortor juga terikat dengan tatanan budaya, baik secara etika dan estetika yang menggambarkan ciri khas dari daerah atau masyarakat itu.
“Tortor lebih pas diartikan sebagai gerakan ekspresi, baik perorangan maupun kelompok yang muncul pada saat upacara adat maupun ritual lainnya seperti upacara suka dan duka atau acara lain yang dianggap resmi dan melibatkan elemen masyarakat adat dan budaya,”ujar dosen seni yang sudah dikenal Sumatera Utara ini.
Filosofi tarian tortor bisa dikategorikan sebagai penyemangat jiwa, seperti makanan untuk jiwa dan sebagai penghibur di adat Batak.
Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dalam dari gerakan-gerakannya menunjukkan bahwa tortor menjadi sebuah media komunikasi, melalui gerak-gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan dan audien.
Sama halnya dengan Tortor Sombah, merupakan salah satu warisan budaya puak Simalungun yang masih lestari sampai saat ini. Tarian atau Tortor Sombah dipersembahkan untuk menyambut raja pada zaman dahulu kala, ataupun menyambut tamu dan kerabat dekat, yang diiringi dengan musik atau gonrang.
Praktisi seni budaya Kabupaten Simalungun dan juga pemimpin Sanggar Inggou Setia Dermawan Purba mengatakan, Tortor Sombah adalah tarian Simalungun yang paling sakral karena fungsinya sebagai tarian saat upacara dalam menyambut para tamu raja zaman dahulu kala. Para penari tarian ini terdiri dari perempuan atau laki-laki saja atau digabung perempuan dengan laki-laki.
Tortor Sombah (sembah) ini merupakan warisan turun temurun. Gerakan tari pada umumnya, berupa menyembah. Pola gerakannya, Â terlihat posisi pertama badan berdiri dengan posisi kepala menunduk (unduk). Telapak tangan terbuka dan dirapatkan serta diposisikan di depan wajah yang menunduk serta badan sedikit membungkuk ke depan.
Selanjutnya, badan membungkuk total, kedua telapak tangan terbuka dan diposisikan di depan kepala serta kepala menunduk, sehingga gerakan yang tampak seolah-olah mencium tanah.
“Tortor Sombah ini memiliki gerakan mangembas, manerser dan menyembah, dengan motif gerakannya sama dengan fungsinya sendiri. Saat tamu datang, Â penari melakukan gerakan seperti menyembah,” sebut mantan Dosen Etnomusikologi FIB USU ini.
Adapun iringan musik Tortor Sombah, biasanya menggunakan Gonrang Bolon atau Gonrang Sipitu-pitu. Terdiri dari sarunei bolon, gonrang, mongmongan, ogung dan sitalasayak.
Tortor Sombah telah dinobatkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia di sela Pekan Kebudayaan Nasional di Jakarta, 7-13 Oktober 2019 yang lalu.
Penulis : Feriandra
Editor   : Mahadi Sitanggang