NINNA.ID-Dalam rangka mendukung pameran Lukisan Pertiwi Negeriku Toba Exhibition yang diadakan pada tanggal 22 September-24 Oktober 2023 di tujuh lokasi, Toba Art mengundang masyarakat, khususnya anak-anak, seniman, guru di bidang seni untuk menyaksikan pameran ini.
7 tempat antara lain: Kampus IT DEL Laguboti, Toba Caldera Resort (The Kaldera), Coffee Hotel Ayola Dolok Sanggul, Damar Toba Balige, Pizza Andaliman Balige, Piltik Coffee Silangit, dan Pondok Berata Dapdap Tarabunga.
“Acara peresmian akan dimulai dari kampus IT DEL yang juga akan dihadiri oleh Pak Menteri Luhut Panjaitan. Setiap venue pameran juga akan diselenggarakan sejumlah kegiatan termasuk jumpa seniman dan masyarakat, workshop seni rupa serta acara lainnya,” jelas Sebastian dalam catatan yang ia bagikan.
Pameran lukisan ini merupakan rangkaian kegiatan seni rupa di Toba yang digagas oleh kelompok seniwati tergabung dalam Pertiwi, bersama promotor Bernard Tampubolon yang ikut memainkan perannya dari jauh di Perth Australia.
Juga disambut para sahabatnya serta didukung oleh berbagai pihak. Semuanya tergerak atas dasar semangat yang sama yakni ingin membangun Kabupaten Toba.

Program ini merupakan bagian dari proyek merajut Nusantara (Weaving The Colours of The Archipelago) melalui karya seni. Berawal dari napak tilas atas perjalanan rupa yang telah dimulai Erland Sibuea dan Ni Ketut Ayu Sri Wardani.
Sri Wardani adalah pelukis Bali yang belakangan diberikan boru Girsang. Gagasannya disambut oleh Gusti Ketut Oka Armini, Ni Nyoman Sani dan Nick Djatnika serta ditemani kurator Wayan Seriyoga Parta.
Mereka bersama-sama mengunjungi Danau Toba untuk dapat menangkap kosmos dan spirit alam serta kebudayaan Kabupaten Toba.
Program ini dimulai sejak Maret 2023, dimana Tim Pertiwi melakukan perjalanan, mengamati, merasakan, bersentuhan langsung dan menyerap keindahan alam dan kebudayaan Toba.
“Bersosialisasi, membuat workshop, edukasi ke sekolah dan masyarakat tentang seni rupa. Walaupun dalam waktu yang singkat, besar harapan dapat bersua dengan seniman-seniman dan pelaku kreatif asal Toba yang punya potensi dalam seni rupa dan berkarya. Sudah seharusnya kegiatan kesenian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keindahan alam Toba sebagai kekayaan Indonesia begitu mempesona,” terang Sebastian.
Belakangan, gayung bersambut tersebut disambut antusias oleh berbagai pihak terutama para seniman Toba.
Dengan demikian terjalin kolaborasi yang penuh kehangatan dengan seniman lokal di Kawasan Danau Toba yakni fotografer Sebastian Hutabarat, Charis Martin Purba, Edward Tigor Siahaan, Tunggul Panjaitan, Febrantonius Sinaga, Aan Turnip, seniman gorga Jesral Tambunan, serta pelaku kreatif lainnya.
Atas inisiatif Sebastian Hutabarat, Toba Art Gallery yang terletak di Pizza Andaliman Balige, turut merespon acara ini dengan membuat serangkaian program melibatkan seniman lokal, pelaku UMKM, bersama guru-guru, anak-anak sekolah dan masyarakat umum.
Puluhan karya-karya seni rupa dipamerkan tersebar di tujuh ruang di daerah Toba, mulai dari lukisan, seni grafis (cetak cukil), fotografi, desain fashion instalasi, seni kriya gorga, tenun khas Toba.
Semua karya tersebut mengangkat tema keindahan alam dan kehidupan sosial masyarakat serta kebudayaan Toba. Lukisan ekspresif Ayu Sri Wardani dengan media cat minyak di kanvas yang cukup besar mengangkat tema alam dan sosok-sosok perempuan Toba.
Lukisan cat air di kertas dan fotografi dari Nyoman Sani yang mengangkat tema “The Look of Toba” menghadirkan keindahan tatapan mata yang tajam baik laki-laki dan terutama perempuan Toba.
Cukilan di atas karet lino dengan mengangkat motif gorga nan artistik serta culikan alam Toba yang menakjubkan, gubahan Oka Armini dicetak di kertas.
Nick Djatnika pegiat Wastra Nusantara, mengangkat keindahan dan keragaman tenun Batak Toba untuk disandingkan dengan keragaman kain tenun Nusantara lainnya, dalam rancangan elok fashion bergaya etnik.
Dalam pameran ini rancangannya dikemas dalam sajian presentasi yang sedikit berbeda dikomposisikan dengan ukiran kreasi gorga dengan bingkai kayu, menjadi sebentuk rancangan fashion yang instalatif.
Fotografi dengan tema keindahan alam yang tak tertandingi kaldera terbesar di Indonesia, dan kehidupan kebudayaan masyarakat Toba, kegigihan perempuan Batak Toba yang tersirat dalam raut wajah bahasa mimik yang khas, menjadi sasaran bidikan lensa Sebastian Hutabarat, Charis Martin Purba dan terutama fotografer senior Edward Tigor Siahaan menjadi sajian khas mata lensa dalam perspektif pecinta keindahan asal Toba.
Keindahan Toba memang tak pernah habis untuk diungkapkan dengan berbagai sudut pandang, sebagaimana lukisan Tunggul Panjaitan yang menangkap lanskap perkampungan (huta) dengan siluet perbukitan nan asri, Febrantonius Sinaga melukis dengan menyusun bahan alternatif jerami yang sebelumnya adalah sampah sawah.
Selain itu, Aan Turnip yang terinspirasi dari karya bang Erland dan akhirnya tergerak berkarya melukis aktivitas masyarakat Danau Toba.
Program ini terbilang cukup ‘nekat’ dengan menggelar pameran serempat di tujuh lokasi yang dengan koordinasi intensif direspon menjadi ruang pameran seni rupa. Proses persiapannya membutuhkan waktu dan koordinasi yang sangat panjang serta penuh dengan tantangan.
Terlepas dari segala kronik persoalan dan dinamikanya, program Pertiwi Negeriku Toba Exhibition tidak hanya menjadi ajang unjuk untuk seniman Pertiwi tetapi juga kolaborasi yang elok untuk membangun medan sosial seni rupa di Toba.
Respon tujuh venue yang begitu antusias dapat menjadi awalan yang baik untuk membangun infrastruktur dan mengembangkan suprastruktur seni rupa di Kabupaten Toba.
Sebagaimana diketahui bersama, keindahan alam Kaldera Toba dan kebudayaannya yang otentik telah lama menjadi magnet yang begitu menarik bagi masyarakat dunia untuk berkunjung.
Kini saatnya untuk menata kembali keindahan dan keartistikan tersebut untuk meningkatkan nilai destinasi Kabupaten Toba sebagai pariwisata berbasis alam dan kebudayaan.
Mengunjungi Kabupaten Toba tidak hanya menikmati alam dengan indera mata, tetapi juga merasakan alam dengan seluruh indra dan terutama menghirup oksigen yang masih murni, maka dari itu mutlak dibutuhkan keseimbangan dalam menjaga hubungan selaras manusia dengan alam.
Press release dari Toba Art
Editor: Damayanti Sinaga