NINNA.ID – TOBA
Bagi orang Batak khususnya orang Toba tentu tidak asing dengan nama tipa tipa. Ya, tipa tipa adalah cemilan khas Batak Toba berasal Kabupaten Toba Sumatera Utara. Jajanan ringan berbahan beras ini menjadi ciri khas oleh-oleh dari Kecamatan Porsea. Teksturnya, persis seperti sereal gandum.

Namanya, menggambarkan proses pembuatannya yang dalam bahasa Batak berarti ditimpa atau ditumbuk menggunakan lesung atau andalu dalam bahasa Batak.
Proses pembuatan cemilan ini masih bisa dijumpai di sekitaran daerah Porsea, tepatnya di Desa Patane. Salah seorang pemukim desa yang masih membuat cemilan ini ialah Ibu Sitorus.

Dari Ibu ini diketahui, kuliner tradisional Batak ini terbuat dari padi yang masih muda ataupun yang belum menguning. Â Padi muda direndam selama kurang lebih dari 24 jam, agar mendapatkan tekstur yang bagus. Setelah proses perendaman, padi kemudian ditiriskan lalu dimasukkan ke kuali untuk disaok (digongseng) hingga matang.
Setelah selesai proses penggongsengan, padi yang masih dalam kondisi panas kemudian dimasukkan ke andalu untuk ditumbuk agar kulit padi terpisah dengan biji beras yang sudah pipih. Inilah yang disebut tipa tipa. Â Agar kuliner asli dari tanah Batak ini layak dikonsumsi atau dijual, masih harus dipiar (ditampi), sehingga tidak ada lagi kulit padi.
Cara penyajian cemilan tanah Batak yang hanya ada di Tanah Batak ini beragam. Ada yang terlebih dahulu ditanak seperti menanak nasi, ada juga yang sekedar direndam air panas mendidih lalu dicampur dengan kelapa parut, gula dan garam secukupnya. Bahkan ada yang  suka digongseng langsung dicampur kelapa parut, gula dan garam secukupnya. Ada juga dicampur dengan susu atau coklat, seperti penyajian sereal gandum ala bule untuk sarapan.
Di nusantara, makanan ini mirip dengan sereal yang biasa dijumpai di supermarket, dan memiliki kemiripan dengan cemilan dari beberapa daerah. Makanan sejenis ini, di India disebut dengan poha, di Inggris Raya dinamakan rice flakes, biasa disajikan sebagai sarapan.
Penulis         : Riwanto Tambunan
Editor            : Mahadi Sitanggang