The School For Good and Evil, Sekolah Sihir dan Tokoh Dongeng

NINNA.ID – The School For Good and Evil, Sekolah Sihir dan Tokoh Dongeng, film bergenre fantasi ini layak ditongkrongi dan tak boleh dilewatkan. Film yang diangkat dari novel berseri ini  merupakan imajinasi Soman Chainani.

Novel ini tentunya sudah sangat populer di kalangan penikmat kisah-kisah fantasi, karena termasuk best seller di masanya.

Film ini berkisah unik dan menarik. Sebagaimana judulnya,  series menggambarkan keberadaan sekolah khusus untuk mendidik muridnya jadi orang baik (pahlawan) dan orang jahat (penjahat).

Layaknya film bergenre fantasi , The School For Good and Evil menyajikan kisah seru yang penuh keajaiban.

BERSPONSOR

Di Netflix film ini rilis kemarin, 19 Oktober 2022. Penayangan series ini sudah cukup dinantikan oleh penggemar genre fantasi, terutama para pembaca novelnya.

Berikut sinopsi The School For Good and Evil.

Seperti yang telah disinggung di awal, secara garis besar The School For Good and Evil menceritakan tentang sekolah tak biasa.

Di sekolah itu, murid dididik menjadi sosok yang baik atau jahat. Konon, tujuannya untuk menjaga keseimbangan baik dan buruk di negeri dongeng.

BERSPONSOR

Murid di sekolah itu, diambil dari anak-anak khusus yang terpilih saat berusia 12 tahun.

TERKAIT  Link Nonton Film Point Break Full HD Gratis, Tayang di Bioskop Trans TV Malam Ini!

Sementara itu di suatu desa, anak-anak di usia 12 tahun sering kali menghilang secara misterius dan tiba-tiba. Suatu ketika, giliran dua orang sahabat, Sophie dan Agatha yang menghilang.

Mereka diculik oleh kekuatan misterius dan dibawa ke tempat bernama Endless Woods (Hutan Tak Berujung).

Di hutan itulah, The School For Good and Evilberdiri. Sophie dan Agatha kemudian menjadi murid di sekolah itu. Sayangnya, dua sahabat itu harus dipisahkan oleh sistem yang ada di sekolah.

- Advertisement -

Sophie harus masuk ke sekolah “evil” (sekolah untuk kejahatan). Sementara sahabatnya, Agatha harus masuk ke sekolah kategori “good” (kebaikan).

Keduanya, lantas menjalani hari-harinya di sekolah dengan perasaan terpaksa. Sebab sejatinya, Sophie mendambakan kehidupan yang baik dan indah ala putri kerajaan. Sedangkan, Agatha juga merasa tak cocok dengan sekolah kebaikan dan ingin kembali ke kehidupannya ke desa.

Namun, bagi Sophie hal yang tak mungkin untuk pindah ke sekolah kebaikan. Begitu pula, Agatha yang juga tak mungkin untuk kembali ke kehidupannya semula.(kapanlagi)

Editor : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU