Terapi Hijau Lembah Limbong

BERSPONSOR

SAMOSIR – Hai, hai bro dan sista ninnA. Jika kalian termasuk dari banyak orang yang percaya, warna hijau daun sangat efektif menyegarkan mata, maka di sinilah tempatnya. Dijamin, rasa penat raga dan psikis bisa kembali segar dengan booster alami di Lembah  Limbong yang hijau.

Katanya sih, secara psikologi, kelegaan hati dan pikiran bisa meningkat saat menikmati hijau dedaunan. Untuk itu, aku mencoba satu tempat, satu lembah di daerah Limbong, Kecamatan Sianjurmulamula, Kabupaten Samosir. Warga sekitar masih senang menyebutnya sebagai Kenegerian Limbong. Jadilan tempat itu aku sebut Lembah Kenegerian Limbong. Boleh ya.

Lembah yang satu ini cukup menarik, karena berbeda dari banyak lembah di sekitaran perbukitan Danau Toba. Jika banyak lembah berujung dengan tepian Danau Toba, tidak demikian dengan lembah Limbong ini. Ujung lembah ini tidak berhubungan langsung, bahkan Danau Toba tidak terlihat, jika kita berdiri di lembah ini.

Topografi lembah Limbong yang membentuk seperti mangkuk, dikelilingi perbukitan menjadi penyebabnya. Tanpa danau, tapi sekelilingnya tetap indah, hijau terhampar, memanjakan mata.

BERSPONSOR

Sembari mendapatkan suplemen alami untuk kesehatan mata, di sekitaran lembah ini, sangat asyik berpetualang menggunakan sepeda motor. Ada beberapa kampung, yang masih dikelilingi hamparan sawah, sangat direkomendasi untuk dijelajah. Seperti Desa Habeahan Naburahan, Desa Sipitudai, Desa Singkam, Desa Simarrihit dan Desa Sianjurmula Mula tentunya.

Dipandu Google Maps, aku menuju SMA N 1 Sianjurmula Mula. Dari sini, lembah Kenegerian Limbong sangat jelas terpampang di depan mata. Hijau hamparan sawah dengan satu dua pepohonan seolah penjaganya, berpadu apik dengan bukit-bukit yang mengitari. Tidak salah, jika tempat ini pantas disebut lokasi terapi hijau.

Angin sejuk berhembus. Merambati kulit, serasa memulihkan penat yang kurasakan. Aku kembali memacu kuda besi, menuruni bukit. Melewati sawah-sawah saat bulir-bulir padi mulai padat berisi. Angin yang berhembus sedikit kencang, membuat tanaman padi seolah bersuara. Paduan desis panjang dan riuh bulir dan batang padi beradu dan bergoyang. Menghasilkan satu hamonisasi musik alam yang indah.

TERKAIT  Luna Maya di Samosir : So Nice, I Love It Here

Bukan hanya sekali aku berhenti, sekedar mengabadikan diri ataupun panorama yang indah. Benar benar indah. Tak bosan melayangkan pandangan mata dan arah kamera handphone.

BERSPONSOR
Lembah Limbong dengan hamparan hijau sawah.(foto;febe)
Lembah Limbong yang hijau dikelilingi perbukitan.(foto:febe)

Syukurlah hari bersahabat. Tidak hujan, tidak pula terik menyengat.  Kembali kuhentikan sepeda motor. Mengabadikan tanaman bawang dan tanaman cabai dengan dua paduan warna, merah dan hijau.

Beberapa bagian ruas jalan memang sudah berkerikil dimakan waktu. Namun tak menyurutkan atau memperburuk suasana. Malah menambah kesan adventure yang mengasyikkan.

Dari lembah ini, tampak pula Air Terjun Binanga Bolon, warga sekitar menyebutnya demikian. Letaknya terbilang jauh, sehingga belum waktunya melanjutkan perjalanan ke sana. Hanya saja, airnya yang berwarna coklat, khas air hutan, terasa sangat dingin, mengalir sampai ke Lembah Limbong. Aromanya juga khas, aroma tanah yang organik, aroma bumi.

Dari Menara Pandang Tele, lembah ini tak lebih dari 4 kilometer, dan dari Kota Pangururan sekitar 8 kilometer.

- Advertisement -

Sebelum meninggalkan lembah ini, suara alam masih terdengar indah. Gemerick air di saluran irigasi sawah, berpadu dengan suara riuh bulir dan batang padi beradu.

Saat tanganku menyentuh tanaman padi yang begoyang diterpa angin, seolah ada syair dalam lagu alam itu.

“Lembah Limbong, negeri para leluhur bukan hanya indah tapi juga damai”.

Penulis   : Febe
Editor      : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU