NINNA.ID – Beberapa waktu lalu, Wikipedia membuat penjelasan tentang sinamot. Ada beberapa kalimat yang kejam. Saya katakan kejam. Saya lebih sepakat memilih kata itu. Orang mungkin berkata itu bukan kejam. Itu salah. Tapi, dari mana tolak ukur salahnya? Ambil misalkan kalimat ini: jumlah sinamot itu ada tingkatannya.
Wikipedia melanjutkan lagi: jika anak yang akan dinikahi tamat sekolah atau sarjana, maka harganya beda. Apakah ini salah? Siapa yang bisa membantah itu salah. Saya pikir tak ada yang bisa membantah. Itu fakta. Fakta adalah kebenaran. Kebenaran yang paling aktual. Siapa yang berani membantah fakta itu?
Kita sambung ke kalimat selanjutnya. Begini kata Wikipedia: jika pengantin perempuan itu seorang sarjana, maka harganya mulai dari sekitar 25 juta. Saya mau seseorang ingin membantah ini. Kalau saya, saya hampir tak bisa membantah. Fakta memang demikian. Sarjana dihargai mendekati nominal itu.
Kata Wikipedia lagi: jika hanya tamat sekolah, harganya biasanya 10 juta ke bawah. Lagi-lagi saya mau bertanya: siapa berani membantah? Fakta bukan? Kalau fakta, berarti benar sebagai kenyataan bukan? Artinya, Wikipedia sama sekali tak salah. Wikipedia berangkat dari realita. Realita adalah kebenaran itu sendiri.
Jadi, wajar jika Wikipedia meluncur pada opini ini: makin tinggi pendidikan perempuan, makin tinggi pula harganya. Harganya tergantung pendidikan. Apakah opini ini salah dan tidak berdasar? Tentu saja tidak. Saya sepakat dengan Wikipedia itu. Sepakat sebagai sebuah realita. Soal itu benar secara filosofi, beda cerita.
Sebab, sinamot seharusnya bukan lambang jual beli. Ini adalah sebuah tanggung jawab. Sinamot adalah serupa jaminan. Jaminan bahwa mempelai lelaki dapat menghidupi mempelai perempuan. Itulah arti sinamot yang sesungguhnya. Namun, kini, sinamot melebar. Sinamot jadi sebuah gengsi.
Sinamot malah terkadang jadi penghalang. Seorang teman pernah bercerita. Ia gagal menikah dengan lelaki pilihannya setelah orang tuanya menolak besaran sinamot. Mungkin ayah si teman itu sedang ikut-ikutan zaman. Sebab, saat ini, sedang terjadi komersialisasi lunak dari sinamot. Pernah kita dengar sinamot dengan besaran miliaran.
Saya sebagai fakir miskin merinding mendengar uang miliaran itu. Itu benar-benar di luar imajinasi saya. Tetapi, untuk apa mengurusi uang orang lain? Bukankah manusia biasanya kian kaya, maka juga kian pelit? Â Ia relakan uangnya ratusan juta untuk kemewahan dirinya lalu ogah memberi bahkan hanya ribuan untuk para pengemis.
Tetapi, begitulah cara hidup bekerja. Uang menjadi alat kontrol. Kebahagiaan memang bukan karena uang. Tetapi, kebahagiaan tak lengkap rasanya tanpa uang. Begitu mungkin dengan adat perkawinan: tak bahagia tanpa sinamot yang besar. Maka, berlombalah orang untuk memasang tarif yang tinggi.
Sinamot jadi gengsi. Itulah dasar berpikir Wikipedia. Salah? Tidak. Coba saja dipikirkan, saat ini, dengan komersialisasi sinamot sadar sesadar-sadarnya, kita sebenarnya tak hanya sedang menjual dan membeli orang lain. Kita lebih dari itu, yaitu menjual diri sendiri. Apakah Anda bisa membantah itu? Jadi, Wikipedia itu benar.

Namun terakhir, laman Wikipedia tampaknya mendapat kritik atau masukan, sehingga terjadi perubahan arti Sinamot. Dalam catatan kakinya menuliskan, “Halaman ini terakhir diubah pada 9 November 2022, pukul 09.53”.
Penulis : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor  : Mahadi Sitanggang