Tahun Paling Mematikan bagi Rohingya 180 Orang Mati Tenggelam di Laut

NINNA.ID-Kemungkinan tenggelamnya kapal yang membawa 180 Muslim Rohingya akan menjadikan tahun 2022 sebagai salah satu tahun terburuk. Para pengungsi Rohingya mencoba melarikan diri dari kondisi putus asa di kamp-kamp di Bangladesh, kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR) kepada Reuters, Senin 26 Desember 2022.

Hampir 1 juta masyarakat Rohingya dari Myanmar tinggal di fasilitas yang penuh sesak di Bangladesh yang mayoritas Muslim, termasuk puluhan ribu yang melarikan diri dari negara asal mereka setelah militernya melakukan tindakan keras yang mematikan pada tahun 2017.

Di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, sebagian besar Muslim Rohingya ditolak kewarganegaraannya dan dipandang sebagai penyusup, imigran ilegal dari Asia Selatan.
Namun di Bangladesh, mereka hampir tidak memiliki akses untuk bekerja.

Pelaku trafiking sering memikat mereka untuk melakukan perjalanan berbahaya dengan janji pekerjaan di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia.

Masyarakat Rohingya (foto: UNHCR)

Menantang dahaga, kelaparan, dan penyakit, para pengungsi sering berakhir hanyut di perairan internasional setelah meninggalkan Bangladesh selatan dengan harapan menemukan makanan, pekerjaan, dan tempat berlindung di tempat lain di Asia.

TERKAIT  Sebulan Lagi Event Voli Pantai PON 2024 di Creative Hub Samosir, Kondisi Pantai Belum Siap

Pekan lalu, dua kelompok aktivis Rohingya Myanmar mengatakan hingga 20 orang meninggal karena kelaparan atau kehausan di atas kapal yang terdampar di laut selama dua minggu di lepas pantai India.

Kapal yang membawa sedikitnya 100 orang itu dikatakan berada di perairan Malaysia.

Awal bulan ini, angkatan laut Sri Lanka menyelamatkan 104 orang Rohingya yang terapung-apung di lepas pantai utara pulau Samudera Hindia itu.

BERSPONSOR

Pada Senin 26 Desember, UNHCR mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa 57 laki-laki Rohingya turun di Kabupaten Aceh Besar di Indonesia pada awal 25 Desember berkat bantuan dari anggota masyarakat setempat.

Dikatakan kapal khusus laki-laki itu diyakini telah berangkat dari Bangladesh dan menghabiskan hampir sebulan terapung-apung di laut.

UNHCR telah mendesak negara-negara di kawasan untuk membantu mengurangi krisis kemanusiaan, sementara para pengungsi sendiri telah mengimbau dunia untuk tidak melupakan penderitaan mereka.

 

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU