TACB Humbang Hasundutan Survei Sarkofagus di Parsingguran

HUMBAHAS – Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Humbang Hasundutan melaksanakan rapat awal. Tujuannya mendata objek terduga cagar budaya. Humbang punya banyak objek terduga cagar budaya. Namun, TACB tahun ini fokus pada 5 saja. Selanjutnya tahun depan.

Kelimanya adalah Sarkofagus Ompu Oloan Banjarnahor. Selokasi dengan Sopo Ni Ompu Pangungkap Bosi Banjarnahor. Tepatnya di Parsingguran 2. Di Parsingguran 2 ini, ada mual pamolusan. Katanya, dari sini, Sisingamangaraja sering lewat. Menuju Pollung.

Karena itu, dinamai pamolusan. Ada lagi cerita unik. Mungkin untold story. Katanya, sewaktu lewat, Sisingamangaraja adalah raja besar. Karena itu, warga menghormatinya. Termasuk menawarkan boru sebagai pardampol. Saya tak tahu itu benar.

Tetapi, mungkin saja. Toh, dulu, leluhur kita berperilaku demikian. Konon katanya, ada seorang putri di sana. Ia mendapatkan keturunan dari Sisingamangaraja. Tidak dari adat. Jadi, seperti kecelakaan. Cerita baru. Mungkin tak benar. Mungkin benar.

Tetapi, itulah ketertarikannya. Ini jadi untold story. Tabu mendengarnya. Tetapi, cerita masa lalu banyak yang tabu. Banyak sekali. Istri para raja, misalnya, kadang sangat banyak. Hampir semua raja punya istri banyak. Itulah masa lalu. Budaya maskulin sangat kental.

Wanita jadi bahan taruhan. Itu seperti begini. Jika bisa kutaklukkan sebuah masalah, saya dapat hadiah. Hadiahnya adalah putri. Maka, semakin banyak istri, berarti semakin banyak taklukan. Jadi, meski tabu, bisa jadi benar. Bisa jadi pula tidak. Itu masa lalu.

TERKAIT  Polres Toba Buka Layanan WhatsApp

Masih banyak objek diduga cagar budaya di Parsingguran. Sebab, daerah ini dulunya strategis. Di Parsingguran 1 misalnya. Di sana ada Batu Rubi Nagari Langit. Di belakangnya ada sarkofagus besar. Besar sekali. Sejauh ini, sarkofagus itu yang paling besar.

Kata warga, sebesar itu, ada juga batu sarkofagus lainnya. Cuma, mungkin gagal dibentuk. Artinya sebuah sarkofagus tidak selalu dimulai dengan berhasil. Selalu ada yang gagal. Lalu, dari sana, diangkut ke kampung. Tujuh hari tujuh malam lamanya. Entah itu benar.

BERSPONSOR

Tetapi, cerita rakyat selalu begitu. Kalau tidak tujuh hari tujuh malam, kadang tiga hari tiga malam. Entah itu benar. Begitulah cerita rakyat. Mungkin harus dibumbui dengan gaya bahasa. Supaya menarik untuk didengar. Konon, untuk mengangkat sarkofagus itu, banyak korban.

Parsarune sampai 7 orang. Hanya 1 yang selamat. Enam lainnya meninggal. Yang satu itu diberi hadiah. Putri tentu saja. Masih banyak di Parsingguran. Tidak semua dari sana. TACB juga membuat prioritas di Baktiraja. Di Pakkat. Lalu, di daerah keramat: Parlilitan.

Penulis : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor   : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU