NINNA.ID-Humbang Hasundutan sangat kaya. Kaya akan hasil pertanian, juga hasil kebudayaan. Barangkali ada kaitannya dengan hasil budaya rempah tua. Kita ketahui, budaya rempah tua dimulai dari Barus. Konon, sejak tahun Sebelum Masehi. Artinya, sudah ribuan tahun.
Rempah tua itu berupa kapur barus. Juga kemenyan. Maka, kita bisa membuat peta imajinatif. Peta imajinatif itu menjadi sebuah kemungkinan. Kemungkinan alur perdagangan dari Barus ke daerah tinggi. Maka, muncullah jalur Barus dan dataran tinggi.
Ada kisah unik. Mungkin sedikit mistis. Konon, Sisingamangaraja berhubungan baik dengan Raja-Raja Barus. Di sana pamannya. Entah kenapa, Barus selalu dapat dikaitkan dengan daerah Batak. Kadang juga dengan Pusuk Buhit. Berarti Barus istimewa.
Dan memang istimewa. Barus mempunyai dua tanaman endemik. Ada kapur barus. Ada juga kemenyan. Kemenyan yang konon terbaik di dunia. Pantas Ratu Mesir kuno tergila-gila. Juga bangsa lain. Maka, datanglah mereka. Datang ke Barus. Berdagang.
Itulah mulanya. Barus pun semakin ramai. Jejak budaya ditinggalkan. Mungkin sekali mereka keliling. Naik agak ke bukit. Menikah dengan orang setempat. Bermukim. Lalu, menetap. Mungkin, ada yang tinggal hanya sebentar. Namun, apa pun itu, mereka berkesan.
Batak pun makin kaya. Jejak peninggalan beraneka rupa. Sastra lisannya terkait ke budaya oriental. Arsitektur kuno terpaut budaya Hindu Budha. Juga Kristen. Pun Islam. Sarkofagus pun diukir. Sepertinya paling tua ada di Parlilitan. Paling banyak juga.
Pun di Pakkat. Maka, banyak ditemukan jejak. Banyak juga yang belum ditemukan. Seribu Gua misalnya. Masih penuh misteri. Apakah murni gejala alam? Atau, mungkinkah bentukan manusia? Atau, gejala alam, lalu dimanfaatkan manusia. Bersembunyi. Adu siasat.
Mungkin pula tempat tinggal. Sebab, gua dulu adalah rumah. Kalau begitu, manusia di sana jauh lebih tua dari perkiraan. Mungkin proto-Batak. Bahkan sebelum itu. Hingga kemudian mereka naik ke gunung. Tinggal menetap di sekitar danau. Lebih tenang.
Maka, di Danau Toba banyak peninggalan. Terutama di Bakkara. Naik agak ke atas ada Parsingguran. Sisingamangaraja contohnya. Jejaknya bisa ditemukan. Maka, Humbang Hasundutan semakin kaya. Tepat karena itu, Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Humbang Hasundutan rapat.
Mereka memilah dan memilih. Dari banyak objek diduga cagar budaya. Dipilih dulu sebagian. Ada 14 yang jadi fokus. Dari ke-14, semuanya bisa terkait Sisingamangaraja. TACB Humbang Hasundutan akan segera turun lapangan. Mencari data, mendengar cerita.
Pemkab Humbang Hasundutan memang serius. Dan harus serius. Toh, kita sudah mulai ketinggalan. Nias sudah melakukan terobosan besar. Masakan Humbang tidak. Padahal, Humbang kaya akan cerita. Kaya sejarah. Kaya budaya. Jadi, harus dimulai dengan serius.
Penulis: Riduan Situmorang
Editor: Damayanti Sinaga