Survei BPS: Ketimpangan Gizi Akibat Kebiasaan Merokok di Berbagai Kelas Ekonomi

NINNA.ID-Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2024 menyoroti merokok bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga mempengaruhi pola konsumsi pangan dan kesejahteraan ekonomi rumah tangga, terutama di kelompok masyarakat miskin dan rentan miskin.

  1. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Konsumsi Kalori dan Protein

Merokok diketahui memiliki efek negatif terhadap asupan nutrisi individu. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menekan nafsu makan, mengganggu metabolisme tubuh, dan mengurangi kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi penting seperti vitamin dan mineral.

Hal ini berkontribusi pada pola konsumsi makanan yang kurang seimbang dan meningkatkan risiko malnutrisi.

Dari analisis data, ditemukan bahwa:

BERSPONSOR
  • Konsumsi kalori dan protein cenderung meningkat seiring naiknya kelas ekonomi.
  • Perokok memiliki tingkat konsumsi kalori dan protein yang lebih rendah dibandingkan non-perokok, dengan dampak terbesar pada kelompok ekonomi rendah.
  • Rumah tangga dengan kepala keluarga perokok lebih cenderung mengalokasikan anggaran untuk membeli rokok dibandingkan makanan bergizi.
  1. Pola Pengeluaran Rumah Tangga: Rokok vs Pangan

Salah satu temuan utama dalam studi ini adalah bahwa pengeluaran untuk rokok sering kali menggantikan anggaran untuk kebutuhan pangan bergizi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran per kapita untuk rokok dan tembakau mencapai Rp94.476 per bulan.

Rokok menjadi salah satu prioritas pengeluaran terbesar dalam kategori bahan makanan, setelah makanan jadi dan padi-padian.

Dampak ekonomi ini lebih terasa di kelompok miskin dan rentan miskin, di mana keterbatasan finansial menyebabkan keluarga harus memilih antara membeli makanan bergizi atau rokok. Akibatnya:

  • Pengeluaran untuk makanan sehat seperti sayur, buah, ikan, dan daging menurun.
  • Risiko malnutrisi meningkat, terutama bagi anak-anak dan ibu hamil.
  • Kesejahteraan keluarga secara keseluruhan menurun karena pola konsumsi yang tidak seimbang.
  1. Kesenjangan Gizi Berdasarkan Kelas Ekonomi

Studi ini membagi kelas ekonomi menjadi lima kategori: miskin, rentan miskin, menuju kelas menengah, kelas menengah, dan kelas atas. Hasilnya menunjukkan bahwa:

BERSPONSOR
  • Kelompok miskin memiliki konsumsi kalori dan protein paling rendah. Selain karena keterbatasan ekonomi, kebiasaan merokok memperburuk kondisi ini.
  • Kelompok rentan miskin menunjukkan sedikit peningkatan konsumsi gizi dibandingkan kelompok miskin, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan kelas ekonomi lebih tinggi.
  • Kelompok kelas menengah dan atas memiliki konsumsi kalori dan protein lebih tinggi, tetapi individu perokok di kelompok ini tetap menunjukkan tingkat konsumsi gizi yang lebih rendah dibandingkan non-perokok.
TERKAIT  Link Nonton Film Unstoppable Full Movie Sub Indo, Buka Situs Ini Sekarang!

Pola ini menunjukkan bahwa dampak merokok terhadap gizi bukan hanya masalah individu, tetapi juga mencerminkan ketimpangan sosial dan ekonomi yang lebih luas.

sanksi merokok mengemudi

  1. Implikasi Kebijakan dan Upaya Intervensi

Untuk mengatasi dampak negatif kebiasaan merokok terhadap gizi dan kesejahteraan rumah tangga, diperlukan strategi yang lebih komprehensif. Beberapa solusi yang dapat diterapkan meliputi:

  1. a) Edukasi Anti-Rokok dan Perubahan Perilaku
  • Kampanye kesadaran publik tentang dampak ekonomi merokok terhadap kesejahteraan keluarga.
  • Program edukasi bagi kepala rumah tangga, mengingat mereka memiliki peran utama dalam pengambilan keputusan finansial rumah tangga.
  • Penggunaan media sosial dan komunitas sebagai sarana penyebaran informasi untuk menjangkau kelompok usia produktif.
  1. b) Kebijakan Pengendalian Rokok
  • Penerapan kawasan tanpa rokok di lebih banyak tempat umum dan tempat kerja.
  • Kenaikan pajak rokok untuk mengurangi daya beli masyarakat terhadap rokok, terutama di kelompok ekonomi rendah.
  • Subsidi untuk makanan sehat agar rumah tangga lebih memilih membeli bahan pangan bergizi dibandingkan rokok.
  1. c) Peningkatan Akses Layanan Berhenti Merokok
  • Konseling dan terapi bagi individu yang ingin berhenti merokok.
  • Fasilitas kesehatan yang menyediakan program rehabilitasi bagi perokok berat.

Merokok bukan hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga memperburuk ketimpangan gizi dan ekonomi rumah tangga. Studi ini menunjukkan bahwa:

- Advertisement -
  • Perokok, terutama di kelompok miskin dan rentan miskin, memiliki konsumsi kalori dan protein lebih rendah.
  • Pengeluaran untuk rokok sering kali mengorbankan anggaran makanan bergizi.
  • Diperlukan intervensi yang mencakup edukasi, kebijakan pengendalian rokok, dan akses layanan berhenti merokok untuk mengatasi masalah ini.

Dengan strategi yang tepat, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku yang lebih mendukung kesejahteraan keluarga dan mengurangi dampak negatif merokok terhadap gizi masyarakat di Indonesia.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU