NINNA.ID-Cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim mendatangkan kerugian bagi Jerman hingga 900 miliar euro dalam kerusakan ekonomi kumulatif pada pertengahan abad, sebuah penelitian menunjukkan pada Selasa 7 Maret 2023.
Di saat yang sama ekonomi terbesar Eropa itu sedang mencari langkah-langkah adaptasi iklim untuk memotong tagihan kerusakan.
Studi tersebut, oleh perusahaan riset ekonomi Prognos dan GWS dan Institut Penelitian Ekonomi Ekologis Jerman, muncul saat Berlin mengerjakan strategi adaptasi iklim yang akan segera dipresentasikan oleh kementerian lingkungan.

Itu juga muncul di tengah perdebatan dalam koalisi yang berkuasa tentang bagaimana Jerman dapat mengurangi emisi rumah kaca di sektor-sektor yang menantang seperti transportasi dan konstruksi untuk menjadi netral karbon pada tahun 2045.
Kementerian ekonomi dan lingkungan Jerman mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa panas ekstrem, kekeringan, dan banjir dapat menelan biaya antara 280 miliar euro ($297,81 miliar) dan 900 miliar euro antara tahun 2022 dan 2050, tergantung pada tingkat pemanasan global.
Biaya tersebut meliputi hilangnya hasil pertanian, kerusakan atau kehancuran bangunan dan infrastruktur akibat hujan lebat dan banjir, gangguan transportasi barang dan dampak pada sistem kesehatan.
Studi ini tidak memperhitungkan kerusakan non-finansial seperti gangguan kesehatan, kematian akibat panas dan banjir, serta hilangnya keanekaragaman hayati.
Perubahan iklim peristiwa cuaca ekstrem telah merugikan Jerman setidaknya 145 miliar euro antara tahun 2000 dan 2021, 80 miliar di antaranya hanya dalam lima tahun terakhir, termasuk banjir tahun 2021 di negara bagian Rhineland-Palatinate dan Rhine-Westphalia Utara.
Kemungkinan biaya kerusakan dapat dikurangi sepenuhnya melalui langkah-langkah adaptasi iklim seperti penyimpanan karbon jika perubahan iklim hanya ringan, demikian temuan studi tersebut, menambahkan bahwa sekitar 60% hingga 80% biaya dapat dihemat berdasarkan langkah-langkah tersebut tergantung pada seberapa kuat perubahan iklim.
Studi tersebut tidak menyebutkan berapa banyak tindakan adaptasi iklim yang dapat merugikan pemerintah federal dan negara bagian.