HUMBAHAS – Pengumuman jalur undangan masuk perguruan tinggi sudah dilakukan pada 28 Maret kemarin. Saat ini, impian siswa masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sangat tinggi. Karena itu, persaingan menjadi sangat ketat. Para siswa merasa bahagia ketika lulus. Namun, tak sedikit yang menangis.
Saat menghubungi siswa, beberapa orang siswa menangis. Bahkan, sampai keesokan harinya, mereka masih menangis. Kata para guru, siswa saat ini memang terkesan cengeng. Mereka kurang tangguh. Sebab, mereka sudah sangat jarang menerima kekalahan.
“Dulu, masih banyak siswa yang tinggal kelas. Jadi, mereka terbiasa melihat, bahkan merasakan kekalahan. Saat ini, sampai ke SMA, siswa cenderung selalu berhasil. Jadi, ketika kalah seleksi PTN, itu ibarat kekalahan pertama yang dialami,” begitu kata guru.
Karena itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Doloksanggul dan guru wali kelas membuat pengarahan dan motivasi.
“Jangan menyerah. Masih banyak peluang yang bisa kita tempuh,” kata Panutur Simorangkir, selaku Kepala Sekolah Negeri 1 Doloksanggul.
Tahun ini, Panutur Simorangkir mengaku sangat bangga atas prestasi yang diraih SMA Negeri 1 Doloksanggul. Sekolah itu mengirimkan banyak pelajarnya PTN.
“Kontrak saya ke sekolah ini meluluskan 200 siswa ke PTN. Tetapi, sebanyak ini pun, kita sudah bangga,” katanya di hadapan para siswa. Diketahui, SMA 1 Doloksanggul meluluskan 62 siswa.
Jumlah itu menjadi yang tertinggi di Humbang Hasundutan. Jumlah itu pun menyebar hingga ke Pulau Jawa. Setidaknya, dari 62, 33 siswa di antaranya diterima di PTN Jawa. Paling banyak di Universitas Diponegoro (10). Disusul Universitas Veteran Jawa Timur (5).
Lalu, berturut-turut ke IPB, Universitas Negeri Malang, Universitas Gadjah Mada, ITS. Pencapaian ini menjadi salah satu yang tertinggi dalam sejarah SMA Negeri 1 Doloksanggul. Karena itu, Panutur Simorangkir berterima kasih kepada seluruh civitas akademika sekolah.
“Tanpa dukungan Bapak Ibu dan keseriusan anak didik, kita tak bisa di titik ini,” ucapnya.
Memang, guru-guru SMA 1 Doloksanggul sangat serius. Dalam pengakuannya, Erbin Sitorus sampai mengadakan zoom beberapa kali bersama siswa ketika harus pulang larut malam.
“Kita melakukan diskusi dan mengundang orang tua. Mengundang siswa. Bahkan, sampai mengadakan zoom karena siswa meminta diskusi malam hari,” kata Erbin Sitorus. Dikatakannya, semua itu dilakukan untuk kemajuan Humbang Hasundutan.
“Perlu strategi untuk memajukan pendidikan. Jika siswa kita sudah diterima banyak di Jawa, sedikit banyak itu akan berpengaruh juga pada kemajuan Humbang,” sebutnya. Erbin Sitorus mengaku sudah mengabdikan diri penuh ikhlas pada pendidikan.
“Sebagai guru penggerak, saya sudah mengabdikan diri. Di samping itu, kepala sekolah saya juga sangat visioner dan sangat mendorong saya untuk lebih berbakti,” ucapnya. Siswa yang lulus dan tidak lulus berterima kasih kepada sekolah. Itu bagian dari karakter.
Lebih lanjut, Panutur Simorangkir meminta dukungan dari siswa untuk membangun pendidikan.
“Supaya kalian mengingat perjuangan gurumu, kita akan mengadakan pemberangkatan disertai dengan penampilan-penampilan terbaik kalian. Jadi, jangan ragu tampilkan bakat,” tutupnya.
Penulis : Riduan Pebriadi Sutumorang
Editor : Mahadi Sitanggang