Samosir, NINNA.ID – Lonjakan wisatawan yang masuk ke Samosir selama libur Natal, Tahun Baru (Nataru), dan Imlek 2025 berdampak terhadap sinyal internet. Banyak wisatawan dan warga lokal mengeluhkan buruknya sinyal Telkomsel yang menghambat komunikasi serta penggunaan layanan digital.
Berdasarkan data dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOPP) Danau Toba, jumlah penumpang kapal di jalur Ajibata-Ambarita dan Tigaras-Simanindo melonjak drastis, bahkan hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan ini turut memperbesar jumlah pengguna jaringan seluler, menyebabkan kapasitas jaringan tak mampu menampung lonjakan pengguna.
Seorang wisatawan asal Medan, Rini Siahaan, mengaku kesulitan mengakses layanan internet selama berlibur di Samosir.
“Kami mengandalkan Google Maps untuk mencari lokasi wisata dan hotel, tapi sinyal sering hilang. Bahkan untuk sekadar mengirim pesan WhatsApp pun sulit. Ini sangat mengganggu, terutama bagi wisatawan yang terbiasa dengan layanan digital,” keluhnya.
Selain Rini, Dame Maria Manurung, wisatawan dari Medan juga mengeluhkan hal serupa. Untuk menerima panggilan Whatsapp sangat susah selama ia liburan di Samosir.
“Saya harus pakai telepon biasa. Itupun kadang susahnya minta ampun,” ujar Dame.

Tantangan Infrastruktur Digital di Danau Toba
Masalah jaringan telekomunikasi di Samosir bukanlah hal baru. Berdasarkan laporan “Banyaknya Desa/Kelurahan menurut Kabupaten/Kota dan Penerimaan Sinyal Internet Telepon Seluler di Provinsi Sumatera Utara, 2021”, sejumlah desa di Samosir masih mengalami blank spot atau hanya memiliki jaringan 2,5G.
Beberapa desa seperti Desa Unjur, Desa Simarmata, Desa Tanjungan dan desa lainnya dikenal memiliki sinyal yang lemah, menyebabkan warga dan wisatawan harus mencari titik tertentu untuk mendapatkan koneksi internet.
Pemandu wisata Daniel Manik mengungkapkan, lemahnya jaringan sering menyulitkan pekerjaannya dalam berbagi informasi dengan tamu.
“Kadang kami harus keluar dari desa tertentu hanya untuk mendapatkan sinyal. Ini jadi kendala besar, apalagi saat harus berkoordinasi dengan tamu dari luar negeri,” katanya.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan wilayah yang sudah memiliki akses internet stabil, seperti Tuktuk Siadong, di mana 90 persen warganya sudah menggunakan WiFi.
Namun, bagi desa-desa wisata yang belum tersentuh infrastruktur digital, layanan telekomunikasi yang buruk masih menjadi hambatan utama dalam pengembangan pariwisata berbasis digital.
Telkomsel dan Pemerintah Diminta Segera Bertindak
GM Region Network Productivity Sumbagut, Nurdianto, sebelumnya menyatakan bahwa Telkomsel telah berupaya memperbaiki jaringan di sekitar Danau Toba dengan membangun BTS 4G/LTE. Namun, lonjakan wisatawan saat musim liburan menyebabkan kapasitas jaringan masih tidak mencukupi.
Selain faktor infrastruktur, tantangan geografis juga menjadi hambatan besar dalam penguatan sinyal di beberapa wilayah terpencil.
Pemerintah dan penyedia layanan telekomunikasi didorong untuk segera memperluas jaringan guna mendukung kelancaran komunikasi serta mendukung konsep Destinasi Super Prioritas Danau Toba yang telah dicanangkan pemerintah pusat.
Tanpa perbaikan infrastruktur telekomunikasi yang memadai, upaya digitalisasi sektor pariwisata di Danau Toba berisiko terhambat. Keberlanjutan ekonomi digital di kawasan ini sangat bergantung pada kesiapan jaringan, yang menjadi kebutuhan esensial bagi wisatawan dan pelaku usaha lokal.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga