Setengah Lingkaran Pulau Samosir, Hasilnya Tetap Wah

SAMOSIR – Jika kamu berniat untuk keliling Samosir tapi tidak tahan habiskan waktu selama 6-7 jam, kamu bisa pilih alternatif lain yakni menempuh setengah lingkaran Samosir.

Kamu bisa memulai perjalanan misalnya dari Tuktuk atau Tomok. Ini bisa jadi panduan perjalanan buatmu yang libur singkat selama di Samosir.

Pengalamanku jadi solo traveler atau orang yang traveling sendirian, butuh sekitar 3,5 jam saja untuk menempuh setengah lingkaran Pulau Samosir.

Dimulai dari Tuktuk kembali ke Tuktuk. Setengah lingkaran ini bisa kamu lalui dari Ronggur ni Huta.

BERSPONSOR

Ini cerita solo travelingku. Aku sewa sepeda motor seorang teman yang bekerja di Carolina Cottage Samosir.

Aku memilih ambil jalur menuju Pangururan. Sudah pasti sebelum menuju Pangururan aku singgah ke berbagai tempat menarik.

Sebenarnya tanpa singgah pun kita sudah menikmati pemandangan sepanjang perjalanan di Samosir.

Mulai dari pemandangan hijau, berbagai pepohonan hingga pinggiran pantai yang memikat hati.

BERSPONSOR

Khususnya menuju Simanindo, dimana jarak jalan utama dengan pantai tidak begitu jauh, sepanjang memandang ke arah kanan kita akan memandang Danau Toba.

Itu memberi kesan tersendiri tentang Pulau Samosir Nauli.

Sepanjang menuju Pangururan kita akan melewati banyak destinasi wisata berupa pantai, desa wisata dan lainnya. Tapi aku memilih singgah ke desa-desa wisata sembari mengambil foto.

Setibanya di Pangururan, aku menyempatkan untuk membeli oleh-oleh produk khas buatan masyarakat Samosir.

- Advertisement -

Setelahnya, aku naik ke atas menuju Ronggur Ni Huta. Sepanjang Ronggur Ni Huta, aku singgah di beberapa spot menarik.

Spot Menarik di Ronggur Ni Huta

Setibanya di Pangururan, ketika kutanya kepada pedagang oleh-oleh tentang kondisi jalan menuju Ronggur Ni Huta, ia sempat panik karena jalan tersebut menurutnya sepi.

Dia khawatir karena melihatku seorang wanita jalan sendirian menelusuri hutan.

Tapi kuyakinkan dia, aku akan baik-baik saja apabila dalam beberapa bulan terakhir tidak ada begal, jambret atau perampokan di tengah hutan.

Diapun memastikan itu belum pernah terjadi.

“Dang hea memang adong begal manang perampokan. Alai sepi, dang godang halak lewat di dalan,” jawab wanita tersebut dalam Bahasa Batak.

Pulau Samosir Ronggur Nihuta
Ruas jalan yang membelah hutan di Ronggur Nihuta terlihat sepi, memberikan kesan tersendiri.(foto:damayanti)

Setelah mengobrol sedikit dengan pedagang tersebut, aku naik ke atas menuju Ronggur Ni Huta.

Sepanjang Ronggur Ni Huta, aku singgah di beberapa spot menarik. Spot-spot ini belum pernah kufoto sebelumnya sewaktu aku pernah melintasi Ronggur Ni Huta.

Orang Tanjung Balai Sangat Suka Samosir

TERKAIT  Mural Hiasi Dinding Penahan Menuju Parapat

Salah satu spot bagus yang kuabadikan juga disukai oleh orang Tanjung Balai. Bersama anaknya ia mengatakan sering ke Samosir.

Ia hampir dua bulan sekali ke Samosir saking dia dan anggota keluarganya sangat suka Samosir.

Selain alasan sangat suka Samosir, alasan lain ia sering mengunjungi pulau ini – membawa teman-teman berlibur.

Pada kesempatan itu pula kami berjumpa seorang pria Jerman yang juga sibuk mengabadikan gambar pulau eksotis ini dari berbagai sudut.

Dia terlihat seperti fotografer profesional. Ia menggunakan kamera DSLR yang dapat membidik objek jauh.

Aku dan wanita dari Tanjung Balai menyapa pria bernama Matthias ini. Dia ramah dan tidak segan saat diajak berfoto bersama.

Dalam kesempatan itu ia mengakui keindahan Pulau Samosir sekaligus memperingatkan bahwa Samosir mungkin akan memiliki nasib seperti Nepal jika tidak menjaga kebersihan.

Jalan Berlubang Belum Diperbaiki

Setelah singgah berfoto dan ngobrol bersama mereka, aku melanjutkan perjalanan menuju Simpang Aek Natonang.

Tembusan Ronggur Ni Huta akan menuju Simpang Aek Natonang.

Begitu tiba di Simpang Aek Natonang, aku memilih jalur ke kiri menuju Tomok. Dari sini hingga menuju Tomok, jalanan berlubang.

Hingga saat itu, 11 Agustus 2022, jalanan tersebut menurut masyarakat setempat masih berlubang.

Lubangpun bertambah seraya kendaraan-kendaraan berat terus lewat sementara perbaikan tak kunjung dilakukan.

Karena ingin mengejar kapal penyeberangan menuju Parapat, akupun memilih tidak singgah lagi di beberapa tempat.

Sempat terpikir singgah ke rumah orang yang sangat akrab denganku di Huta Bolon, Sigarantung tapi waktu terlalu sempit.

Aku menuju Carolina Cottage untuk mengembalikan sepeda motor teman, makan siang dan menyeberang.

Akhirnya, aku sempat mengejar kapal penyeberangan pukul 14.00 WIB dari Hotel Silintong.

Selama perjalanan menuju Parapat juga tidak kalah seru. Sempat mengobrol dengan dua wanita yang adalah nenek dan cucu berlibur selama tiga hari di Samosir.

Mereka berdua ditemani oleh seorang pemandu yang bergabung di Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) bernama Moris Ginting.

Kedua wanita tersebut, khususnya sang nenek menyukai Samosir.

Dia tidak hanya memberikan jawaban melalui kata-kata tetapi memberikan gerakan isyarat dengan jempolnya.

Perjalanan soloku dipenuhi dengan cerita saat itu. Setengan lingkaran Pulau Samosir melalui Ronggur Ni Huta, walau singkat, panorama dan kisahnya tetap wah.

Penulis   : Damayanti Sinaga
Editor     : Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU