NINNA.ID-Libur panjang telah usai, tapi pasar keuangan Indonesia justru dibuka dengan awan gelap. Di hari pertama perdagangan pascalibur, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terjun bebas.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terus melemah, bahkan nyaris menyentuh level psikologis Rp17.000 per dolar AS.
Pada sesi pembukaan pagi ini, IHSG dibuka melemah ke level 5.914—turun hingga 9,16 persen. Ini menjadi sinyal bahwa pasar tengah bereaksi keras terhadap dinamika global yang terjadi selama pasar domestik tutup.
Gejolak Global dan Tekanan Pasar Asia
Gejolak di pasar global menjadi salah satu pemicu utama. Saat investor Indonesia berlibur, pasar saham Asia mengalami tekanan besar.
Meskipun pagi ini beberapa bursa Asia mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan (rebound), efek domino tetap terasa di Indonesia.
Rupiah pun ikut terpukul. Di pasar spot pagi ini, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp16.820 per dolar AS.
Bahkan selama libur panjang kemarin, di pasar Non-Deliverable Forward (NDF), rupiah sempat menyentuh di atas Rp17.000 per dolar.
Ini menjadi pertanda bahwa tekanan pada mata uang nasional masih jauh dari mereda.

Inflasi dan Efek Diskon Listrik
Dari dalam negeri, pasar kini menanti rilis data inflasi terbaru. Kabar yang beredar, angka inflasi diprediksi naik cukup tajam—seiring berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik 50 persen.
Meski begitu, sampai saat ini pelaku pasar belum menganggap inflasi dalam negeri sebagai ancaman besar.
Namun tekanan bisa datang dari luar. Dalam waktu dekat, pelaku pasar akan mencermati notulen rapat The Fed (FOMC Minutes) serta data inflasi Amerika Serikat.
Dua data ini berpotensi besar menggoyang IHSG dan rupiah lebih jauh.
AS Naikkan Tarif Impor, Emas Tertekan
Kebijakan baru dari Amerika Serikat yang menaikkan tarif impor juga turut membuat suasana makin tak menentu.
Kekhawatiran terhadap laju inflasi global meningkat. Dolar AS menjadi lebih menarik bagi investor dibandingkan aset aman seperti emas. Akibatnya, harga emas global pun ikut tertekan.
Pagi ini, harga emas berada di kisaran $3.000 per troy ons, atau setara sekitar Rp1,63 juta per gram—mengalami penurunan dari minggu sebelumnya.
Singkatnya, awal pekan ini menjadi momen ujian bagi pasar keuangan Indonesia. Investor masih mencermati arah pasar, mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi global yang berubah cepat.
Dengan tekanan dari dalam dan luar negeri, langkah hati-hati akan menjadi kunci bagi pelaku pasar dalam beberapa hari ke depan.
Penulis: Benjamin Gunawan
Editor: Damayanti Sinaga