Sarkofagus Ompu Oloan Banjarnahor di Parsingguran: Unik

BERSPONSOR

NINNA.ID-Tim Ahli Cagar Budaya melanjutkan observasi. Sebelumnya sudah tiga kali juga ke sini. Tapi, harus dilanjut lagi. Pollung memang istimewa. Istimewa sekali. Sejauh pengetahuan saya, Pollung adalah kecamatan paling banyak memiliki sarkofagus.

Menurut kepercayaan orang Parsingguran, Sarkofagus Ompu Oloan Banjarnahor paling tua. Dapat diterima sebagai kesaksian. Tapi, untuk lebih akurat, butuh penelitian lebih mendalam. Yang menarik, bagaimana mengambil batu itu.

Di sekitaran Parsingguran, tidak ada batu besar. Maka, mungkin diangkut dari tempat jauh. Sedikit di atas Batu Mardinding, Bakkara. Dari Batu Mardinding, kita bisa turun. Bisa naik. Tapi, cukup terjal. Perlu energi dan kecerdasan besar untuk mengangkut batu.

Sekarang, jalur sudah aspal. Tapi, tetap terjal. Kanpas rem sampai berbau. Sekarang saja susah, apalagi dulu. Jadi, butuh kecerdasan tertentu untuk mengangkut batu. Banyak orang percaya dengan kekuatan mistis. Banyak juga mengambil jalur rasional.

BERSPONSOR

Kita tak percaya mistis. Kita tak percaya iblis. Tapi, kita percaya malaikat. Maka, ada iman sebesar sesawi. Diperoleh lewat kesungguhan. Mungkin kerelaaan. Mereka berpuasa. Bermeditasi. Mereka jadi kuat. Gigih. Bersatu kita teguh, bercerai runtuh.

Batu besar pun terangkat. Diiringi musik berenergi. Memberi semangat. Lewat alunan sarune. Dentuman ogung. Hentakan ritme taganing. Semua bersatu jadi energi. Jadi semangat. Tanah bergetar. Bisa gempa lokal. Persis saat Barcelona menang dramatis melawan PSG.

Orang dulu lebih dekat dengan malaikat. Mereka membuat sesuatu dengan doa. Dengan energi. Kesungguhan. Patung jadi sakral. Semacam jadi sugesti. Patung jadi sanggapati. Saat ini, orang mulai tak ulet. Tidak tulus. Tangan bekerja. Hati berharap harta.

TERKAIT  Ikan Mas Arsik, Santapan Pembawa  Tuah

Maka, lahirlah patung. Lahir taganing. Lahir ogung. Tapi, ya, tak berisi dari kejernihan hati. Semuanya jadi pekerjaan tangan. Jadi keterampilan dan produk UMKM. Dulu, karya seperti itu produk hati. Patung jadi berenergi. Patung jadi bernyawa. Dibuat dari meditasi.

BERSPONSOR

Setingkat di bawah jalur penciptaan. Seperti ketika Tuhan membuat patung dari tanah liat. Tanpa energi, manusia hanya produk kerajinan tangan. Tapi, dengan energi, manusia jadi bernyawa. Itulah peninggalan leluhur kita. Mereka seirama dengan ritme alam.

Kita kembali ke Sarkofagus Ompu Oloan Banjarnahor. Sarkofagus ini istimewa. Ada saksi sejarah. “Dulu tengkorak oppung ini di rumahku. Sering kubuka waktu kecil. Ia tak mau dikuburkan,” kata Manat Banjarnahor. Belulang oppung itu disimpan. Di sebuah ketinggian.

SARKOFAGUS
Tim Ahli Cagar Budaya melanjutkan observasi sarkofagus (foto: Riduan)

Pada patung ukiran modern. Sementara anak-anaknya, berada di Sarkofagus. Ini yang istimewa. Keturunannya dimakamkan di Sarkofagus. Dia disimpan di sebuah ketinggian. Tidak diletakkan pada tanah. Itu pesannya. Pesan itu jadi istimewa. Ceritanya jadi penuh makna.

Sangat pantas diusulkan jadi Cagar Budaya. Unik dan bersejarah. Ini harus menjadi ingatan. Menjadi kenangan. Ingatan yang tidak hanya disimpan pada memori buatan. Seperti flashdisk. Hardisk. Sekarang google drive. Ingatan itu harus dalam hati. Kekal dan menguatkan.

- Advertisement -

Penulis: Riduan Situmorang

Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU