HUMBAHAS – Literasi adalah bagian penting. Karena itu, Sanggar Maduma juga konsern di bidang literasi. Tahun ini, Sanggar Maduma bekerjasama dengan Perpustakaan Nasional akan membuat lomba menulis esai. Pesertanya dibatasi pada siswa-siswi dari Humbang Hasundutan, khususnya SMP dan SMA/SMK.
Dibuat khusus untuk SMP dan SMA/SMK adalah karena mereka generasi penerus. Generasi ini generasi gawai. Seseharinya bersama gawai. Sudah jarang bersama buku. Membaca mendalam bukan kebiasaan mereka. Mereka membaca sekilas. Budaya mereka budaya scroll.
Tak suka, lewatkan. Tak suka juga, lewatkan lagi. Budaya mereka budaya share. Share begitu saja. Baca judul. Atau caption. Tanpa klik, share. Orang-orang pun tertipu. Mereka terhasut. Judul berkata begini, isi berkata begitu. Bertebaranlah hoaks. Atau juga kebencian.
Semua itu karena minimnya semangat literasi. Mereka tak mau berpikir lebih dalam. Mereka tak mau mencari data lain. Mereka tak mau berdialektika. Mereka hanya mau mencari data yang mereka suka. Padahal, suka tak selalu benar. Suka terkadang justru sesat. Suka itu subjektif.
Maksudnya begini. Ada sebuah berita. Meski berita itu salah, karena ia suka, ia menganggap berita itu benar. Karena itu, ia mencari berita serupa. Mereka tertutup pada kebenaran lain. Tepatnya bukan tertutup, tetapi menutup diri. Jadilah mereka benar dengan kesukaan mereka.
Itulah mengapa lomba esai ini didasarkan pada generasi muda. Semangatnya supaya mereka tak lagi berbudaya scroll dan scroll. Mereka harus berbudaya membaca mendalam. Membuat refleksi dan evaluasi. Akhirnya, membuat tanggapan dan pendapat.
Lahirlah sebuah ide. Ide yang dituliskan. Idenya tidak perlu jauh-jauh dari luar. Cukup dari Humbang Hasundutan saja. Bisa tentang pendidikan di Humbang Hasundutan. Bisa tentang kearifan lokal di Humbang Hasundutan. Bisa tentang Potensi Wisata di Humbang Hasundutan.
Atau, tema lain yang mungkin lebih ekspresif: tari kreasi dari Humbang Hasundutan. Panjangnya disesuaikan dengan kekhasan remaja. Dari 800 kata sampai 1.600 kata saja. Ditulis dengan jenis huruf times new romans. Ukuran 12. Lalu, dikirim ke email: puisiabadini@gmail.com.
Setiap tulisan akan dinilai. Tentu harus sesuai tema. Para juri sudah kompeten di bidangnya. Ada Mahadi Sitanggang. Ia jurnalis senior ia pemred ninna.id. Ada Radja Sinaga. Ia sastrawan muda. Penulis juga. Kini menjadi jurnalis di detik.com.
Khusus untuk tari kreasi, akan dinilai spesifik oleh Hestyoni Lase. Ia juga penulis pemula. Karya ilmiah dan karya tarinya sudah banyak dirujuk. Terakhir saya sendiri. Keempat dari kami tidak hanya menjadi juri. Kami akan memilih 15 penulis terbaik untuk ikut dimentori.
Ada juga nilai positif lainnya. Sertifikat pemenang dah dilampirkan untuk masuk ke PTN (untuk SMA) atau masuk SMA (untuk SMP). Semua gratis. Hanya memberikan ide. Kalau juara, dapat jutaan rupiah. Kalau 15 besar, buku diterbitkan. Kalau tak juara, setidaknya pernah mencoba.
Jangan lupa. Tanggal pentingnya harus dicatat. 13 Mei s.d. 14 Juli 2023 pendaftaran dan pengiriman karya. Pengumuman 15 karya terbaik pada 1 Agustus 2023. Mentoring dari juri 2-8 Agustus. Dan, pemenang akan diumumkan pada 17 Agustus 2023. Ayo, buruan.
Penulis : Riduan Pebriadi Situmorang
Editor : Mahadi Sitanggang