NINNA.ID – SAMOSIR
Bukan hanya hubungan sosial saja yang telah diatur oleh leluhur orang Batak. Hubungan dengan alam tak kalah penting. Termasuk bagaimana orang Batak, mewarisi kebiasaan dalam memperlakukan alam dan isinya, yang masih terjaga sampai sekarang.
Salah satunya, Marsuan/Marsillok atau saat menanam padi, telah diatur sedemikian rupa dan diikuti turun termurun.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses Marsuan ini adalah mambatangi aek, yaitu membuat semacam jalur air di lahan yang akan ditanami padi. Proses ini biasanya dikerjakan oleh dua orang dalam satu petak sawah.
Jalur ini akan menjadi jalan bagi pemilik sawah dalam Mangaliplip yaitu budaya mengusir tikus. Jadi batangi aek tadi memiliki fungsi ganda, sebagai alur air dan sebagai jalan pemilik lahan untuk mengusir tikus agar tidak menggangu tanaman padi.
Tahap berikutnya, pemilik lahan akan memanggil orang-orang yang sudah sering menanam padi, yang disebut Parsuan. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah orang yang mencangkul di sawah, yang disebut Pangula.
Semisal sawah tersebut dikerjakan secara konvensional (mencangkul), oleh 10 orang, maka 10 orang juga yang dibutuhkan untuk menanam padi.
Saat melakukan penanaman padi, para Parsuan bergerak mundur membelakangi areal lahan yang kosong, supaya tidak mengganggu padi yang sudah mereka tanam. Untuk mengilangkan rasa lelah selama membungkuk atau berjongkok mundur, mereka kerap bersenda gurau.
Selama proses pertumbuhannya hingga saatnya panen, dibutuhkan waktu sekira 5 bulan. Dalam rentang waktu itu, masa pertumbuhan tanaman padi memiliki sebutan sendiri.
Ketika tanaman padi sudah berumur 2,5 bulan, dijuluki Buhu Tano, ketika umur 3 bulan disebut Boltok. Nah, selama padi dalam masa Boltok ini, tidak diperbolehkan ada Buni bunian (suara-suara keramaian) atau acara-acara sakral, apalagi acara Margondang.
Menurut kepercayaan nenek moyang yang masih terjaga sampai saat ini, jika acara-acara sakral dan apalagi sampai Margondang Sabangunan (penayangan musik tradisional yang lengkap) dilakukan, maka padi di sawah akan dihantam Parditoru yaitu hama tikus.
Di saat padi berumur 3,5 bulan, padi tersebut akan dinamai Basbas. Berubah nama lagi saat umur 4 bulan, dinamailah Munduk, dan setelah umur 4,5 bulan padi akan disebut Bontar Punsu. Di bulan kelima, padi dinyatakan sah, siap dipanen.
Penulis : Alimantua Limbong
(Redaksi Ninna.id menyajikan Ruhut dua kali seminggu di kolom budaya dan tetap melalui proses editing tanpa mengurangi makna dan seluruh isi menjadi tanggungjawab penulis)