NINNA.ID – Orang Batak itu hormat akan ciptaan. Dasar pemikiran hormat akan ciptaan ialah bahwa setiap ciptaan entah dia hidup atau mati mempunyai roh. Roh itu menjamin keberadaan adanya ciptaan.
Tentu kadar roh dari setiap ciptaan itu berbeda sesuai dengan potensi yang dikandungnya. Maka roh manusia lebih kuat daripada binatang, dan roh binatang lebih kuat daripada roh tumbuhan.
Namun seperti apapun keberadaan ciptaan itu, setiap ciptaan ada artinya dan terjadi relasi saling ketergantungan di antara ciptaan tersebut (Warnek 1909; Tobing 1956; Sinaga 1975).
Implikasi dari pandangan demikian ialah bahwa warga masyarakat sebagai insan pemelihara ciptaan berkewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Danau Toba dan sekitarnya harus dijaga keindahan dan kebersihannya sehingga orang Batak Toba sungguh bangga dengan daerahnya yang indah.
Selain alam yang indah, mereka juga mempunyai kebudayaan yang indah sebagai implementasi dari budaya megalit, yang penginggalannya masih dapat disaksikan hingga sekarang ini.
Kepandaian Berbicara
Cukup menonjol bakat kepandaian berbicara pada orang Batak Toba. Sering orang non-Batak heran, bahwa bila seorang Batak Toba diminta untuk memberikan kata sambutan secara spontan, dia akan bersedia. Kata sambutan itu sering cukup bermutu.
Bakat ini mungkin dirangsang oleh kebiasaan orang Batak Toba untuk menyampaikan kata-kata sambutan pada setiap acara resmi adat.
Dalam setiap acara resmi adat selalu diadakan penyampaian kata-kata sambutan.
Penyampaian kata-kata sambutan itu diberikan oleh peserta pesta adat sesuai dengan posisinya dalam marga dan struktur dalihan natolu.
Semakin seseorang mempunyai posisi yang penting dalam pesta adat tersebut, semakin lebih banyak porsi waktu baginya untuk memberikan kata-kata sambutan.
Pemberian kata-kata sambutan itu mempunyai pola tertentu. Kata-kata yang disampaikan dalam kata-kata sambutan itu merupakan kata-kata terpilih dan tertimbang, baik menurut isi maupun bentuknya. Ada banyak nilai-nilai moral yang disampaikan pada kata-kata sambutan. Cara penyampaiannya dengan bahasa sastra yang indah dan halus.
Tradisi lisan penyampaian kata-kata sambutan ini merupakan bagian penting dalam setiap ritus adat, maka tetap diwariskan dari generasi ke generasi hingga sekarang ini.
Gerenerasi muda mempelajarinya secara alamiah lewat kehadiran mereka dalam ritus-ritus adat yang ada. Inilah pendorong kearifan lokal dalam hal kepandaian berbicara bagi orang Batak Toba.(*)
Penulis : Pastor Moses Elias Situmorang (Direktur Rumah Pembinaan Fransiskan Nagahuta, P.Siantar-Sumut dan calon Peserta PPRA 63-64 Lemhannas RI)
Editor : Mahadi Sitanggang