Samosir, NINNA.ID– Desa tradisional dan asli (autentik) di Samosir perlu dipromosikan. Para tamu perlu dibawa ke desa-desa tradisional untuk melihat kehidupan asli masyarakat. Ada banyak desa di Samosir bisa menjadi pilihan bagi tamu-tamu untuk dieksplorasi.
Demikian disampaikan Dewan Kehormatan HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Samosir Annete Horschmann dalam Rapat HPI Samosir di Tabo Cottage pada Senin 21 Oktober 2024
“Kita (HPI Samosir) perlu bawa tamu ke desa-desa yang masih asli. Supaya mereka bisa lihat dan tahu bagaimana kehidupan masyarakat di sini seperti apa. Mereka bisa lihat ada kerbau, ayam dan binatang lainnya di bawah Rumah Batak (Bara)” ujar Annete di awal saat membuka diskusi bersama anggota HPI Samosir lainnya.
Selain itu, ia juga menyarankan agar para pemandu wisata bisa memberikan layanan (service) tambahan kepada tamu selama perjalanan berupa buah-buahan, kue kering, air minum untuk menambahkan kesan para tamu selama perjalanan.
Dalam diskusi, ia dan anggota HPI Samosir juga sepakat untuk membuka kembali jalur trekking dari Tomok menuju Siulakhosa.
Pemilik Tabo Cottage ini berharap kegiataan tersebut bisa dijalankan pada Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2024.
Jalur ini diharapkan bisa menambah pilihan aktivitas bagi wisatawan yang sedang berlibur ke Samosir.
Selain itu, jalur trekking Pusuk Buhit juga menjadi sasaran anggota HPI Samosir untuk dikembangkan dan dipromosikan.
Paket wisata kopi di Samosir diharapkan juga bisa menjadi aktivitas eduwisata bagi tamu-tamu pencinta kopi.
Para anggota HPI Samosir bisa mempelajari sendiri story telling kopi minimal secara dasar. Dengan demikian, para anggota bisa menjelaskannya kepada para tamu.
Berdayakan Pemandu Lokal
Dalam kesempatan tersebut, para anggota HPI Samosir berharap kiranya semakin banyak pemilik hotel di Samosir yang berdayakan HPI Samosir atau masyarakat lokal.
Dengan demikian, masyarakat lokal tidak hanya menjadi penonton saat tamu-tamu ke Samosir membludak.
Di sisi lain, Annette juga berharap para anggota HPI Samosir yang memiliki kendala tidak menguasai bahasa Inggris bisa menggunakan dukungan teknologi untuk meningkatkan kapasistas diri.
Para anggota yang hadir di antaranya Annete Horschmann, Daniel Manik, Koslijn Sinaga , Damayanti Sinaga, Renhard Sidabutar, Obby Sidabutar, Mangaraja luhut Sihite, Parulian Manurung dan Marnakkok Sigiro.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga