Medan, NINNA.ID-Provinsi Sumatera Utara, salah satu wilayah strategis di Pulau Sumatera, mencatat pertumbuhan jumlah penduduk yang konsisten pada tahun 2024.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Sumatera Utara mencapai 15,6 juta orang, meningkat sebesar 201 ribu orang dibandingkan tahun 2023 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,31 persen.
Laporan “Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Sumatera Utara 2024” mengungkapkan bahwa wilayah ini masih didominasi oleh penduduk usia produktif (15–64 tahun) sebesar 66,84 persen.
Dengan dependency ratio sebesar 48,65 persen, Sumatera Utara tengah menikmati bonus demografi, di mana penduduk usia kerja lebih besar dibandingkan penduduk usia nonproduktif.
Akan tetapi, potensi ini tidak lepas dari tantangan. Kepala BPS Sumatera Utara, Asim Saputra, menyoroti pentingnya pengelolaan bonus demografi agar tidak menjadi bumerang bagi pembangunan.
“Jumlah penduduk usia produktif yang besar bisa menjadi motor penggerak pembangunan jika diimbangi dengan penyediaan lapangan kerja dan pendidikan berkualitas. Jika tidak, hal ini akan memicu pengangguran dan memperburuk kemiskinan,” ujarnya.
Tantangan di Sektor Pendidikan
Meski Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk kelompok usia 7–12 tahun di Sumatera Utara mencapai 99,50 persen pada tahun 2024, angka ini terus menurun pada kelompok usia yang lebih tinggi.
APS untuk usia 16–18 tahun hanya sebesar 78,59 persen, artinya masih ada 21,41 persen anak di usia ini yang tidak melanjutkan pendidikan.
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk jenjang SMA juga belum memuaskan. Hanya 69,72 persen anak usia 16–18 tahun yang bersekolah tepat waktu di jenjang ini.
Pemerintah diharapkan terus mendorong kebijakan wajib belajar 12 tahun agar partisipasi pendidikan meningkat.
Kesehatan: Indikator Perbaikan dan Tantangan Baru
Kesehatan penduduk Sumatera Utara menunjukkan tren positif. Umur harapan hidup saat lahir mencapai 73,90 tahun pada 2024, meningkat 0,23 tahun dibandingkan 2023. Namun, angka kesakitan (morbiditas) masih menjadi perhatian.
Sekitar 10,08 persen penduduk dilaporkan memiliki keluhan kesehatan, meski angka ini sedikit menurun dari tahun sebelumnya.
Peningkatan akses terhadap fasilitas kesehatan menjadi salah satu faktor kunci. Persentase perempuan yang melahirkan dengan bantuan tenaga kesehatan profesional mencapai 97,84 persen pada 2024.
Meski demikian, masalah seperti penurunan imunisasi dasar pada balita menjadi tantangan baru. Hanya 45 persen balita yang menerima imunisasi dasar lengkap, meski angka ini sedikit lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
Ketenagakerjaan: Pengangguran Lulusan SMK Paling Tinggi
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Sumatera Utara meningkat menjadi 71,36 persen pada 2024, dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun menjadi 5,60 persen.
Meski demikian, pengangguran masih menjadi tantangan besar, terutama bagi lulusan pendidikan menengah.
Penganggur dari lulusan SMK tercatat sebesar 8,14 persen, tertinggi dibandingkan lulusan jenjang pendidikan lainnya. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan pasar kerja.
Pemerintah diharapkan meningkatkan program pelatihan vokasi dan kewirausahaan untuk mengurangi angka pengangguran.
Kesimpulan
Laporan BPS menunjukkan bahwa kesejahteraan di Sumatera Utara mengalami perbaikan di sejumlah indikator. Namun, tantangan besar masih ada, khususnya di sektor pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Bonus demografi yang dinikmati provinsi ini harus dikelola dengan cermat agar membawa manfaat nyata bagi masyarakat.
Keterlibatan semua pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat, sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di Sumatera Utara.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga
