SAMOSIR – Pulau Samosir di Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara ini, sering disebut sebagai asal muasal orang Batak. Karena masih banyak orang Batak percaya, nenek moyangnya berasal dari Gunung Pusuk Buhit, yang secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Samosir.
Butuh waktu tempuh sekira lima jam perjalanan dari Kota Medan ibukota Provinsi Sumatera Utara, untuk sampai ke daerah di ketinggian antara 904 – 2.157 meter di atas permukaan laut ini.
Luas wilayahnya 254.715 Ha, terdiri dari daratan seluas 144.455 Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha.
Pulau ini sangat menarik untuk dikunjungi. Kekayaan alam di sektor pariwisata melimpah ruah, terlebih Danau Toba nan biru yang mengelilingi. Dengan seabrek potensi dan keindahan di atas pulau itu, pemerintahan otonom ini dikenal sebagai “Negeri Indah Kepingan Surga”.
“Pulau ini sangat indah, saya betah disini, panoramanya hingga udaranya sangat sejuk, pulau ini tidak kalah dengan Pulau Bali.”
Itulah sepenggal pengakuan aktris Indonesia Cristine Hakim, saat didaulat sebagai salah satu Duta Wisata pada perhelatan Festival Danau Toba (FDT) beberapa tahun lalu.
Sebagai Cineas, Samosir dengan Danau Toba harus dilirik dalam pembuatan industri film. Cristine menggambarkan kekayaan alam Samosir sangat mendukung, apalagi pembuatan film dokumenter, film cerita hingga pembuatan iklan TV.
Memang, setelah FDT digelar di Samosir, beberapa produk minuman energi dari Jakarta yang dibintangi beberapa artis seperti Judika Sihotang, Ade Ray, Donny Kusuma dan Denada “merayap” ke Danau Toba tepatnya di kawasan Tuktuk Siadong pada Tahun 2015 lalu.
Para artis itu terlibat dalam pembuatan iklan TV dan melibatkan warga sekitar dan tayangannya pun masih dapat disaksikan sekarang ini.
Potensi ini sangat terbuka untuk digarap pemerintah daerah dengan pemerintah lebih tinggi di atasnya, dengan melibatkan pihak swasta yang tentunya lebih berpengalaman dalam menjadikan daerah ini sebagai tujuan wisata internasional.
Pemerintah, harus terus berbenah diri dan meningkatkan kwalitas pelayanan, seperti halnya Pulau Bali.
Pandemi Covid 19 ini harus menjadi kesempatan untuk menepi sejenak dan serius membenahi objek-objek wisata yang masih terabaikan apalagi secara topografi, kontur tanah di Pulau Samosir pada umumnya berbukit dan bergelombang karena merupakan bekas ledakan gunung toba.
Sehingga sangatlah menjanjikan jika semua elemen mengembangkan Pulau Samosir sebagai daerah pariwisata yang mendunia.
Potensi Danau Sidihoni dan Aek Natonang, yang merupakan danau diatas danau dan berada di atas puncak Pulau Samosir merupakan salah satu objek wisata yang sangat menjanjikan. Airnya sangat jernih dan tidak pernah mengering meski musim kemarau berkepanjangan.
Kemudian, objek wisata pemandian air panas (aek rangat) yang bercampur belerang yang diyakini merupakan luapan lava panas dari Gunung Pusuk Buhit yang masih aktif di Kecamatan Pangaruran.
Belum lagi Aek Sipitu Dai (mata air tujuh rasa) yang sangat fenomenal.
Dari berbagai informasi yang penulis himpun, konon Aek Sipitu Dai dengan tujuh pancuran mempunyai hubungan dengan ketujuh putra si Raja Lontung yakni, Situmorang, Sinaga, Pandiangan, Nainggolan, Simatupang, Aritonang dan Siregar.
Sedikit lebih mistis dan melegenda apalagi banyak orang percaya dan yakin Aek Sipitu Dai yang terletak di Kecamatan Sianjur Mulamula merupakan air ajaib dan diyakini mampu menyembuhkan berbagai penyakit.
Nenek moyang orang Batak di masa lalu menggunakan air ini untuk membersihkan diri.
Di sini juga terdapat patung Siboru Pareme yakni istri dari si Raja Lontung, sehingga sadar atau tidak ketujuh marga di atas memiliki keterkaitan dengan ketujuh pancuran di Aek Sipitu Dai.
Di tempat inilah awal cinta Si Boru Parame saat bertemu dengan pemuda ganteng Si Raja Lontung ayah dari ketujuh marga di atas.
Oleh karena itu, objek wisata Aek Sipitu Dai merupakan pertanda supaya semua marga, terlebih ketujuh marga di atas tidak hilang dan tidak melupakan Kecamatan Sianjur Mulamula sebagai asal usulnya.
Masih banyak lagi tempat di Pulau Samosir yang pastinya membuat orang terperangah dan berdecak kagum. Jadi, sangat tepatlah jika Samosir menyandar gelar “Negeri Indah Kepingan Surga “.
Penulis : Jogi Sianturi
Editor : Mahadi Sitanggang