SAMOSIR – Memasuki setahun lebih perjalanan Badan Pengelola Toba Caldera Unesco Global Geopark (BP TCUGG) sejak ditetapkan oleh Gubernur Sumatera Utara Januari 2021 lalu, terindikasi dikerjakan oleh pengurus yang tak punya tujan. Berbagai polemik dan kurangnya koordinasi antara pengurus “dituangkan” oleh Kepala Bidang Edukasi dan Litbang BP TCUGG, Wilmar Simanjorang dalam sebuah diskusi dengan wartawan ninnA, Sabtu (04/06/2022).
Mantan Pejabat Bupati Samosir Tahun 2004 ini menjelaskan, kepengurusan BP TCUGG saat ini, dengan Ketua Harian Mangindar Simbolon (mantan Bupati Samosir dua periode, 2005 – 2015), bekerja tanpa ada visi dan misi yang jelas.
“Dalam organisasi yang sehat, setiap pengurus harus memiliki tujuan yang jelas yakni visi, lalu dijabarkan dalam misi, sehingga muncul kebijakan dan langkah strategis hingga perencanaan yang tepat. Namun, saya melihat badan pengurus hingga saat ini tidak memiliki tujuan yang jelas, sehingga terkesan tersesat tanpa arah,” kata Wilmar.
Mantan Kepala Diklat Sumatera Utara ini juga mengingatkan, organisasi harus memiliki perencanaan yang matang dan pelaksanaanya harus tepat sasaran dan pengawasannya harus ketat. Nyatanya, semua itu belum ada di kepengurusan BP TCUGG.
Ia juga melihat orang-orang yang berada di lingkungan kepengurusan BP TCUGG merupakan orang-orang yang tidak paham dengan Geopark dan kehadirannya hanya pencitraan semata saja.
Sekretariat yang menjadi roh organisasi tidak berjalan maksimal, sebab Sekretaris BP TCUGG saat ini seolah-olah memahami semua bidang yang sejatinya tidak tupoksinya, dan tidak menjalankan fungsinya untuk mengkoordinir kepengurusan secara vertikal dengan pemerintah atasan, juga para bidang secara horizontal supaya tidak amburadul.
“Kegiatan-kegiatan BP TCUGG saat ini hanya seremonial belaka, padahal Geopark itu tujuannya jelas, yakni memuliakan bumi dengan cara konservasi, lalu mengedukasi masyarakat tentang bumi dan mendorong keterlibatan masyarakat untuk mengelola Geopark,” urai pria yang ikut mengembalikan Penghargaan Kalpataru dengan pegiat lingkungan lainnya dari Sumatera Utara, di era kepepimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Ia juga sangat khawatir UNESCO sewaktu-waktu mencabut status Geopark Kaldera Toba karena kurangnya perencanaan yang matang dengan standar yang sudah ditetapkan UNESCO. Pasalnya, jika sampai itu terjadi, jelas akan memalukan Bangsa Indonesia di mata dunia dan sangat “memukul” Presiden Jokowi yang sudah diakui Dunia Internasional.
Berbagai upaya diakuinya akan ditempuh untuk terus mempertahankan status Geopark Kaldera Toba, meski harus berlawanan dengan orang-orang yang tidak mengerti Kaldera Toba. Salah satu yang dilakukannya dalam waktu dekat, meminta Gubernur Sumatera Utara untuk terlibat dengan mencari orang yang tepat, bahkan meminta Kementerian terkait terlibat dalam menentukan kembali tujuan dan arah yang tepat di kepengurusan BP TCUGG.
Selain itu, bagi pengurus yang masih dipercayakan haruslah memiliki perubahan sikap dari diri sendiri. Lalu, bekerja dengan SOP yang sudah ditetapkan dengan tiga landasan pokok Geopark yakni, mengkonservasi, mengedukasi dan melibatkan masyarakat lokal di Danau Toba seperti halnya peran Anak Kampung Sini (Akamsi).
“Sekali lagi saya tidak setuju BP TCUGG direncanakan untuk gagal, sebab Danau Toba ini sudah mendunia dan milik masyarakat dunia,” tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris BP TCUGG Debby Panjaitan menilai, BP TCUGG sudah bekerja maksimal hingga saat ini. Bahkan, langkah koordinasi dengan semua elemen lembaga pemerintahan terus dilakukan, salah satunya melakukan sertifikasi kepada para pengelola Geosite.
Tidak itu saja, ia juga mengajak semua Kepala Bidang BP TCUGG terus bekerja maksimal dengan melakukan SOP di bidangnya masing-masing dan tidak bekerja sendiri sendiri atau sesuka hati.
Sebelumnya, pada Tahun 2020, Kaldera Toba resmi ditetapkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO. UNESCO menyampaikan enam rekomendasi yakni,
Pertama, mengembangkan hubungan antara warisan geologis dan warisan teritorial lainnya seperti biotik alami, budaya, tidak berwujud melalui interpretasi, pendidikan dan wisata. Termasuk melatih pemandu lokal, pariwisata, operator dan masyarakat setempat dan lainnya. Kemudian tentang tautan antara geologi dan ekologi, untuk diaktifkan berbagi pengetahuan dengan pengunjung.
Kedua mengembangkan strategi kemitraan yang mencakup metodologi dan kriteria yang jelas untuk menjadi mitra. Hal itu berlaku untuk akomodasi, katering, penyedia transportasi, penyedia aktivitas dan produsen produk lokal.
Ketiga, memperkuat keterlibatan dalam aktivitas Global Geoparks Network dan Asia Pasifik Jaringan Geoparks untuk mempromosikan nilai internasional wilayah melalui kemitraan dengan Global Geoparks di bawah payung UGG.
Keempat, mengembangkan strategi pendidikan dengan bekerja dalam kemitraan dengan UGG lainnya.
Kelima, meningkatkan strategi dan kegiatan pendidikan untuk memfasilitasi mitigasi bahaya alam dan perubahan iklim di sekolah-sekolah untuk populasi lokal.
Keenam, memperkuat keterlibatan UGG dalam studi penelitian, konservasi dan promosi penduduk asli setempat dan budaya serta bahasa mereka.
Penulis  : Jogi S
Editor   : Mahadi Sitanggang