Pohon Nira atau Enau atau Aren merupakan salah satu pohon paling dominan di Kawasan Danau Toba (KDT). Pepohonan ini sangat mudah kita temukan karena banyak dibudidayakan masyarakat di KDT.
Suatu kali seorang pemandu wisata yang bernama Joe Joemarno dan Lily Suripto berkunjung ke Dolok Sirikki, meluapkan rasa kagum melihat pohon Enau tumbuh subur saat mereka melintasi bukit tersebut.
Mereka bertanya, produk apa saja yang sudah diproduksi masyarakat dari Pohon Nira tersebut. Ku jawab, sepanjang sepengetahuanku, masyarakat hanya memanfaatkan pohon Nira untuk diambil Air Niranya (Tuak).

Belum ada masyarakat yang fokus untuk mengolah produk dari pohon ini dari Hulu ke Hilir. Tidak jarang buah halto atau buah kolang kaling terbuang.
Kadang kalau ada agen atau toke dari Siantar menampung menggunakan mobil pick up atau truk. Tapi, jika tidak ada penampung maka buah lontar itu akan dibiarkan begitu saja tanpa ada yang berminat untuk mengelolanya.
Padahal, Pohon Nira menghasilkan banyak manfaat bagi manusia. Daunnya bisa dijadikan sapu ijuk, airnya bisa dijadikan tuak dan gula aren, buah lontar dapat dijadikan kolang kaling, dan lainnya.
Aku pun sangat berharap kelak, kawan-kawan di Girsang, khususnya para pejuang desa wisata untuk Ekowisata Harangan Girsang Paradise dapat menekuni usaha hilir produk-produk jadi dari Pohon Enau.
Khususnya melalui Program Desa Wisata dan Geopark. Jika program Desa Wisata dan Geopark jika dijalankan secara maksimal, itu dapat berdampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat.
Sebab, melalui Program Desa Wisata dan Geopark diharapkan masyarakat desa, khususnya di Girsang dapat mendapat pelatihan dan pendampingan dari tenaga terampil dan ahli, modal juga dibutuhkan. Sebab, untuk mengolah tuak menjadi aren butuh peralatan. Setidaknya, diperlukan modal yang cukup besar untuk rumah produksi dan peralatan produksi.
Para anggota Ekowisata HGP belum menjajaki, merencanakan atau bahkan mengambil pinjaman dari perbankan untuk pengembangan desa ini. Hal ini dikarenakan belum pulihnya sektor pariwisata secara maksimal.
Kelompok ini masih perlu menunggu hingga saatnya tepat untuk menambah modal. Untuk saat ini, kelompok ini masih mengefisiensikan dana dan peralatan yang ada, sembari berfokus pada mata pencaharian utama yakni bertani.
Aku sendiri pun berharap kelak jika punya modal, akan mewujudkan cita-cita ini. Sebab, sangat sayang potensi Pohon Enau yang terdapat melimpah di Kawasan Danau Toba terbuang begitu saja.