TAPUT – Kerupuk piarpiar atau kerupuk bolak (lebar), adalah cemilan yang dikenal merakyat di Tarutung, Ibu Kota Tapanuli Utara. Bisa jadi, di tempat lain namanya juga berbeda, tapi oleh nusantara dikenal dengan opak.
Walau merupakan jenis kerupuk lawas, namun sampai kini masih tetap familiar dan masih disukai dan diminati, sebagai kudapan pendamping kopi atau teh. Rasanya gurih dan renyah dikunyah, selaras dengan hot coffee atau hot tea.
Kerupuk opak berbahan dasar dari ubi kayu. Ubi kayu (singkong) rebus yang telah dicampur bumbu lalu diitumbuk. Selanjutnya dimasukkan ke dalam cetakan bulat dan digoreng.
Di Kota Tarutung kerupuk opak singkong atau piarpiar ini masih terlihat dijajakan dan dijual oleh sejumlah warga ke kedai-kedai kopi, atau warung-warung makan.

Adalah seorang lansia, Oppung Nurdin Boru Sibarani yang masih setia menjajakan kerupuk opak ini di Tarutung.
Meski di usianya yang sudah senja, semangat nenek berusia 74 tahun warga Pintu Bosi Desa Situmeang Hasundutan, Kecamatan Sipoholon ini tak pernah pudar untuk membuat dan menjual opak singkong atau piarpiar ini. Ia masih tetap eksis dan bersemangat mengusahai dan berdagang kerupuk bolak keliling Kota Tarutung setiap harinya.
“Saya sudah puluhan tahun menjual kerupuk piarpiar di sini (Kota Tarutung),”ujarnya saat diwawancarai ninnA.id di salah satu warung di pinggiran tanggul Sungai Sigeaon Tarutung, Jumat kemarin,
Dia mengatakan, kerupuk opak yang dijajakan berjalan kaki di seputaran Kota Tarutung dibuat sendiri di rumahnya. Setiap harinya ia mampu membuat 100 keping kerupuk opak. Untuk satu keping kerupuk opak dijual seharga Rp 1000 rupiah.
“Setiap harinya jualan kerupuk piarpiar ini memamg selalu habis,”ucapnya. Untuk menambah pendapatan, oppung Nurdin Boru Sibarani ini juga menjual tape dan kacang kedelai di Kota Tarutung.
Penulis  : Billy S
Editor   : Mahadi Sitanggang