PARAPAT– Sebagai salah satu destinasi wisata di kawasan super prioritas unggulan Danau Toba, Parapat memiliki banyak potensi wisata yang tak kalah menarik dari lokasi lain di sekitar danau terluas di Asia itu. Bukan hanya wisata alam, ada juga wisata sejarah di kota ini, yaitu Pesanggrahan Bung Karno.
Pesanggrahan Bung Karno, berdiri megah di perbukitan pinggiran Danau Toba di Kelurahan Tigaraja Kecamatan Girsang Sipanganbolon Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Bangunan bersejarah ini masih kokoh, tegak menantang ke arah Danau Toba. Tempat ini menjadi salah satu destinasi andalan di Parapat.
Rumah dengan arsitektur klasik bergaya Eropa ini dibangun 201 tahun yang lalu, atau tepatnya pada tahun 1820 oleh Pemerintah Belanda. Berada di atas perbukitan, luas bangunan berukuran 10 x 20 meter ini diapit taman dan pepohonan yang rindang.
Paduan panorama indah Danau Toba dengan gaya klasik rumah ini seakan terus menghidupkan roh perjuangan Sang Proklamator. Gedung berkharisma dan penuh misteri, sebagai saksi bisu Presiden pertama RI Ir Soekarno pernah tinggal di sana, pada tahun 1949.
Rumah ini dilengkapi dengan tiga kamar tidur, ruang tamu, dan dapur, dan menyimpan misteri yang jarang diketahui banyak orang. Rumah ini dilengkapi jalan menuju terowongan bawah tanah sejauh 3 kilometer ke arah perbatasan Kota Parapat.
Di jamannya, terowongan rahasia itu digunakan Belanda untuk melarikan diri. Namun saat ini terowongan itu sudah tidak berfungsi dan ditutup permanen karena tidak ada aliran oksigen yang mengalir di dalamnya.
Alam sekeliling Pesanggrahan Bung Karno ini bukan cuma asri tapi unik. Banyak tak memperhatikan ada anak tangga berjumlah 17, dengan pohon cemara 8 batang dan pohon pinus 45 batang. Jika jumlah itu digabungkan, maka membentuk angka bersejarah bangsa ini, yaitu tanggal kemerdekaan Negara Republik Indonesia, 17 Agustus 1945.
Bersama Sang Proklamator, dua tokoh bangsa yang ikut diasingkan di sini adalah Sutan Sjahrir dan KH Agus Salim sejak 4 Januari – 9 April 1949.
Jalan menuju lokasi pesanggrahan yang terletak di perbukitan juga mengasyikan. Panorama Danau Toba dengan Pulau Samosir diseberang tak pernah menjemukan. Di sisi kanan, menunggu rumah pengasingan Sang Proklamator.
Tepatnya berada di ketinggian 920 meter di atas permukaan laut, bangunan klasik bergaya eropa tempat pengasingan ini sangat memesona. Bentangan Danau Toba seakan sebagai permadani biru di depan bangunan bersejarah itu.
Kenikmatan mata yang terpuaskan di sana dan hembusan angin sepoi-sepoi yang yang sejuk membuat wisatawan betah berlama-lama. Gaya klasik bangunan tua itu, semakin terlihat asri dengan aneka bunga yang menghias, serta pepohonan pinus dan cemara. Sering wisatawan menghabiskan waktu di sini sembari menunggu sunset.
Untuk sampai ke lokasi ini tidak perlu jasa pemandu wisata. Dari Open Stage Parapat dapat ditempuh dengan berjalan kaki karena tidak jauh. Bagi yang ingin menggunakan kendaraan baik roda dua maupun roda empat juga bisa. Tersedia areal parkir dengan retribusi yang sudah diatur secara oleh pemerintah setempat.
Selama pandemi COVID-19 Pesanggrahan ini tetap dibuka untuk wisatawan, namun tetap diimbau untuk mematuhi protokol kesehatan, harus mengenakan masker, mencuci tangan hingga menjaga jarak antar pengunjung.
Penulis : Ferindra
Editor : Mahadi