NINNA.ID – Layanan ojek online (ojol) sudah menjadi hal lazim di rata-rata kota besar di Indonesia, namun tak semua perusahaan tersebut mampu bertahan di tengah kerasnya persaiangan bisnis tersebut alias gulung tikar.
Melansir dari Detik, berikut beberapa aplikasi transportasi online atau ojol yang sudah gulung tikar.
Call Jack
Call Jack merupakan aplikasi transportasi motor yang pertama kali menggunakan argometer di Indonesia, dengan jaket dan helm kuning sebagai ciri khasnya.
Perusahaan ini berdiri sejak 9 Desember 2010 O’Jack Taxi Motor atau Call Jack (CV. Hoki Project) berdiri menguasai jalanan Yogyakarta, mereka bersaing ketat dengan Gojek.
Sekitar lima tahun beroperasi, perusahaan telah mendapat beragam penghargaan nasional. Salah satunya dari MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai “Taxi Motor Pertama dengan Sistem Agrometer” pada tahun 2011 dan “Best Public Service” di “Inspiring Business Variety Award 2012.” Meskipun dengan prestasi ini, Call Jack terpaksa harus menyerah dan tutup.
Uber
Uber angkat kaki dari Asia Tenggara, termasuk dari Indonesia pada 2018. Sejak itu mereka menjual seluruh bisnis kepada Grab, yang notabene merupakan pesaingnya.
Meski begitu Uber tetap menyisakan kepemilikan kepemilikannya terhadap 27,5% bagian saham gabungan kedua perusahaan itu.
Sehingga pengguna aplikasi ini pun diminta untuk tetap mengunduh Grab sebagai gantinya untuk melakukan pemesanan.
Ojekkoe
Pada 2016, OjekKoe juga memberikan layanan antar makanan, belanja, dan kurir. Namun pembeda OjekKoe adalah sistem bagi hasil dengan mitra driver mereka. Di OjekKoe semua pendapatan yang didapat driver tidak dipotong sepeser pun dan juga tidak ada sistem subsidi.
Hanya saja di OjekKoe menerapkan fee system. Driver OjekKoe hanya dipungut biaya sebesar 2500 per hari dengan pilihan paket pembayaran 15 hari atau 30 hari. Selain itu OjekKoe menjanjikan adanya sistem reward untuk service kendaran driver dan sistem dana talangan.
Layanan yang disajikan OjekKoe memiliki mekanisme yang sama dengan aplikasi ojek daring lainnya yang membedakan adalah driver bisa menambahkan transaksi non-aplikasi ke dalam sistem. Di mana pengguna dapat memilih driver yang lewat.
Ladyjek
Dengan warna pink sebagai warna jaket para pengemudi ojek online ini, mereka tampil sebagai ojek online khusus perempuan dengan pengemudi perempuan, sehingga mereka dapat merasa lebih nyaman menggunakan transportasi online ini. Dari perempuan, untuk perempuan.
Sayangnya, konsep ojek online yang cukup ini mengalami kegagalan di pasaran. Salah satu masalah yang cukup sering dialami pengguna adalah aplikasinya yang dipenuhi bug.
Masalah lain yang dialami adalah kurang memadainya armada dari ojek pink ini, selain masalah kerugian dari perang tarif juga tentunya.
Topjek
TopJek menawarkan tarif yang murah tanpa harus menggunakan promo. Salah satu fitur unggulan TopJek adalah fitur Chatroom yang kala itu belum diterapkan oleh para kompetitor. Selain itu, TopJek mengutamakan kualitas diatas kuantitas.
Salah satu yang mencolok dari ojek online ini adalah batasan pengemudinya yang dibatas 10,000 driver, dan juga seleksi untuk menjadi pengemudi di TopJek ini sangatlah ketat, sehingga calon mitra harus benar-benar beruntung untuk bisa menjadi pengemudi di TopJek.
Namun sayang, sepertinya TopJek tidak dapat bertahan sampai beberapa dekade.
Demikian beberapa perusahaan ojol yang sudah gulung tikar atau bangkrut gegara kerasnya persaingan bisnis transportasi online.