NINNA.ID – Penjaga hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) meradang. Status kepegawaian mereka terkatung-katung. Padahal, risiko kerja mereka sangat tinggi dengan nyawa sebagai taruhan.
Bertaruh nyawa selama bertugas sebagai Masyarakat Mitra Polhut (MPP) TNWK, penjaga hutan bukan hanya sekali dua kali bertaruh nyawa saat patroli, seperti penuturan Adhi, saat mereka melakukan patroli,
Di hutan ancaman bukan hanya kondisi alam, tapi satwa liar yang buas sampai para pemburu liar yang tak ragu untuk melakukan perlawanan saat dihadang.
Begitu juga hutan dengan berbagai medan yang harus dilalui, mulai rawa-rawa hingga padang rumput dengan kerimbunan tanaman hutan.
“Kami masuk (kawasan hutan) berpatroli selama enam hari,” kata Adhi saat dihubungi, Rabu (26/10/2022).
Satu tim yang biasanya terdiri dari 6 – 7 orang masuk kawasan dan berpatroli dengan radius hingga belasan kilometer.
Medan yang ditempuh saat berpatroli tidak selalu bagus dan mampu dilewati kendaraan. Kontur TNWK yang kaya dengan macam-macam vegetasi membuat kawasan hutan itu terdiri dari berbagai lapisan.
“Ada medan yang padang sabana, rawa-rawa yang banyak buaya, sampai pepohonan tinggi menjulang di dalam kawasan,” kata Adhi.
Radius patroli MMP ini, menurut Adhi, tidak selalu pasti karena disesuaikan dengan pengawasan yang dibutuhkan.
“Tapi biasanya bisa lebih dari 12 kilometer dengan jalan kaki,” kata Adhi.
Adhi menuturkan, tugas pokok MPP saat berpatroli yaitu, pengamanan hutan, pemadaman kebakaran, penghalauan gajah liar, deteksi dini, hingga penjagaan 24 jam nonstop.
Acap kali lebih dari satu tugas dilakukan dalam sekali berpatroli, seperti menangkap pemburu liar setelah memadamkan kebakaran.
Tetapi, meski pekerjaan yang dijalani sarat ancaman, Adhi dan rekan-rekan jauh dari kesejahteraan dalam segi pendapatan.
“Untuk uang makan kami dibayarkan Rp 30.000 per hari dikali 6 hari, jadi cuma Rp 180.000 selama 6 hari masuk kerja,” kata Adhi.
Begitu juga harapan mencapai kesejahteraan penghidupan dari status kepegawaian. Adhi dan rekan-rekan MPP berharap status mereka diangkat menjadi PNS dengan melihat pengabdian yang telah dijalani selama ini.
“Ada yang sudah jadi MPP belasan tahun tapi belum diangkat jadi PNS,” kata Adhi.(kompas)
Editor : Mahadi Sitanggang