NINNA.ID-Pernah diajakin kawan ikut gabung ke Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) dan ikutan Uji Kompentensi Wartawan semasa pernah bekerja di Keredaksian sekitar tahun 2017-2018. Tapi tak sedikit pun aku tertarik untuk ikut.
Tahun ini 2023, sebenarnya aku tidak lakukan persiapan besar untuk ikut Uji Kompetensi Wartawan (UKW). Saat di grup AJI Medan diposting ada kebutuhan untuk ikutan UKW di Jambi, aku seketika tertarik.
Alasan utama aku tertarik sebenarnya sudah lama ingin menginjakkan kaki ke Jambi. Saat diajakin AJI ikut ke UKW di Jambi, disitu untuk pertama kali benar-benar eksplor Jambi.
Tiba di Lokasi UKW
Dua hari sebelum pelaksanaan, panitia dari AJI bernama Mas Chepi memberikan panduan lengkap untukku. Ia dengan sabar dan baik hati menjawab banyak pertanyaan. Akhirnya, di hari Rabu 7 Juni 2023 jam 1 siang aku berangkat naik Bus Rapi menuju Kota Jambi.
Menghabiskan waktu 30 jam di Bus Rapi dari Medan ke Jambi. Tiba di Kota Jambi Untungnya ada kerabat yang bisa dimintai tolong untuk antarkan aku dari loket Bus Rapi ke Hotel Grand Aston, lokasi Uji Kompetensi Wartawan.
Aku tiba di Hotel Grand Aston Kamis sekitar pukul 20.00 WIB.
Sangat lelah. Namun, rasa lelah terbayar karena fasilitas yang disediakan oleh Dewan Pers dan AJI. Kamar yang luas khusus buatku. Pokoknya, fasilitasnya sangat tepat untuk malam itu juga sekadar baca-baca bahan untuk ujian besok.
Ujian Hari-1
Sekalipun tidak lakukan persiapan yang sangat matang, aku tidak juga seolah anggap enteng dengan ujian ini. Berharap dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Sebelum ujian, ada sesi pembukaan berupa kata pengantar dari Dewan Pers, perwakilan penguji dari AJI dan lainnya. Namun, yang paling menarik perhatianku adalah kata-kata yang disampaikan oleh Hasudungan Sirait yang akrab dipanggil Bang Has. Tapi bagiku dia, Tulang (baca: Paman).
Hal menarik yang ia sampaikan adalah apakah masa depan karier sebagai jurnalis redup seiring teknologi seperti Artificial Intelegince (AI) bermunculan? Apakah karier ini akan digantikan oleh teknologi kecerdasan buatan (AI)?
Belakangan Tulang Hasudungan memaparkan apa yang menjadi keyakinannya bahwa karier sebagai jurnalistik masih akan terus bertahan. Namun, kelangsungan tersebut sangat bergantung kepada individu yang bersangkutan, apakah siap untuk meningkatkan keterampilan masing-masing?
Kata-katanya yang disertai alasan kuat cukup bisa ku yakini.
Belakangan, setelah pembukaan, kelas kami dibagi. Ada 2 organisasi pers yang ikut yakni AJI dan PWI. Belakangan kami yang ikut Uji Kompetensi WartawanTingkat Muda AJI dibagi menjadi 2. Aku masuk dalam kelompok 1 yang pengujinya bernama Ramon.
Bang Ramon tidak seperti Tulang Has. Tulang Has cukup talkatif. Bang Ramon lebih serius dan to the point.
Soal pertama segera dilontarkan oleh Bang Ramon dan harus segera dijawab oleh tiap peserta, siapa saja yang mau berikan jawaban.
Soal pertama terkait Perjalanan, Sejarah, dan Potret Terkini Media baik Media Massa, Media Sosial baik di Dalam Negeri maupun Lingkup Dunia.
Tapi ujian ini tidak begitu tegang. Penguji juga tidak seolah mengintimidasi kami dengan kata-kata yang menyudutkan saat kami tidak bisa menjawab soal-soal yang diberikan. Kami juga diberikan kesempatan untuk memberikan umpan balik kepada penguji tentang cara dia menguji kami di tiap bagian.
Sesi kedua, Hukum Pers serta Kode Etik dan Kode Perilaku Jurnalistik. Terus terang saja pengetahuanku tidak begitu dalam. Kawan-kawan sekelas juga ku dapati demikian.
Selanjutnya, bagian tanya jawab apa itu Fakta, Opini, dan Hoax sebagai Unsur Informasi Lisan. Berikutnya, Ragam, Nilai dan Bobot Berita Tulisan.
Selanjutnya jam istirahat makan siang. Tak lama kemudian, dilanjutkan dengan sesi Bahasa Jurnalisme yang Baik Tulisan. Sebelum masuk ke sesi ketiga ada Kompetensi Narasumber dan Pengembangan Informasi Lisan.
Sesi Ketiga ada Topik Praktik Jurnalisme, PraktikWawancara & Membuat Laporan Praktik & Tulisan yang selesai pada pukul kira-kira 20.00 WIB pada 10 Juni 2023. Sungguh melelahkan!

Ujian Hari-2
Sesi Keempat terkonsentrasi pada Merancang Media yang berupa ujian praktik. Grup kami dirombak lagi menjadi dua. Dengan demikian, aku memperoleh kawan diskusi yang baru lagi. Grup kami dinamai MuaroCerito dan Grup sebelah bernama ApoDio.
Masih, aku dapat penguji Bang Ramon dan grup sebelah Tulang Has.
Ide ujian praktik ini adalah bagaimana tiap grup membangun sebuah media yang terdiri dari Pimpinan Redaksi, Redaktur, Editor, Jurnalis, dan Fotografer untuk menghasilkan konten-konten.
Belakangan muncullah ide dari kawan kami dari Grup pertama yakni aku (Damayanti), Wendy, Muhammad Sobar Alfahri, Molem, Novita Sari, serta Solehan Syaf. Aku jadi editor sekaligus bagian IT, Wendy sebagai Pimred, yang lainnya jadi Redaktur, Fotografer merangkap Jurnalis serta Videografer.
Media yang kami bangun MuaraCerito.Blogspot.com, yang fokus sama Pariwisata di Jambi. Kami mengisi konten-konten pariwisata. Mulai pagi hingga malam hari hasil kerja kami bisa dilihat dari https://muarocerito.blogspot.com/.
Belakangan, kira-kira di pukul 19.00 WIB rangkaian kegiatan selesai dan grup kami terpilih sebagai grup terbaik.
Di hari-2 malam itu juga diumumkan kepada kelas kami Angkatan Muda AJI tentang siapa yang lulus, siapa yang gagal. Syukurnya, di kelas kami semua lulus. Lalu kami dibagikan Piagam satu per satu dari AJI.


Pokoknya seru untuk diceritakan. Waktu hanya dua hari cukup buat kami akrab satu sama lain. Rasanya masih mau lanjut lagi kegiatan UKWnya karena tidak terasa seperti UKW. Ini mungkin faktor suasana yang diciptakan dan upaya penguji dalam membuat suasana hati kami nyaman.
Aku merasa beruntung sekalipun harus ikut UKW cukup jauh ke Jambi, tapi perjalanan serta kegiatannya memuaskan. Terima kasih buat panitia Dewan Pers dan AJI yang sudah memfasilitasi semuanya. Bisa dibilang aku hampir tidak keluar duit.
Sekalipun ada, cuma biaya pribadi yang tidak begitu besar. Jadi UKW yang ku ikuti itu Gratis. Semoga kelak aku masih bisa ikut UKW ke Jenjang Berikutnya.