NINNA.ID-Tahun ini menjadi salah satu momen berharga dalam hidupku. Berawal dari rasa curiga saat pertama kali mendengar tentang Fellowship SAFEnet, aku sama sekali tidak menyangka perjalanan ini akan menjadi pengalaman yang begitu mendalam dan mengubah cara pandangku.
Jujur saja, karena pernah beberapa kali jadi korban penipuan online, aku sempat berpikir, “Apa ini juga penipuan?” 😂. Meskipun dalam formulir pendaftarannya sudah dijelaskan bahwa semua biaya akan ditanggung, kecurigaan itu tetap ada.
Awalnya aku pikir tidak rugi coba mengisi form tawaran pelatihan dan fellowship dari SAFEnet. Ternyata beberapa hari kemudian seorang kawan jurnalis bilang kalau namaku masuk dalam Fellowship.
Di emailku muncul pemberitahuan seperti ini:
Berdasarkan hasil penilaian tim seleksi, teman-teman yang mendapatkan e-mail ini terpilih untuk mendapatkan beasiswa peliputan dan diwajibkan untuk hadir dalam pelatihan secara offline di Surabaya yang akan diselenggarakan pada 20-21 November 2024.
Aku seolah tidak percaya karena langsung dua hari lagi harus terbang ke Surabaya. Takut kena tipu, aku coba memeriksa apakah kegiatan ini jelas, tidak bohongan. Jangan sampai aku pula yang harus bayarin tiket pesawatku, pikirku.
Ku beranikan diriku langsung bertanya kepada panitia apakah seluruh biaya untuk mengikuti kegiatan pelatihan dibiayai oleh SAFEnet. Saat itu panitia bernama Wida menjawab “ya!”. Dia memintaku mengisi formulir untuk mengurus tiket pesawat ke Surabaya.
Tanpa pakai lama, tiket sudah dikirim ke emailku. Aku senang tapi masih tetap saja curiga. Lantas ku minta daftar kegiatan selama 2 hari di Surabaya.
Seketika apa yang ku curigai perlahan sirna, khususnya saat daftar kegiatan dan para peserta dari daerah lain dimasukkan ke dalam grup. Dengan komunikasi satu sama lain, rasa curiga hilang. Aku jadi yakin untuk mengikuti beasiswa dari SAFEnet.
Pelatihan yang Berbeda
Di awal hari pertama aku langsung merasakan bahwa pelatihan ini sangat berbeda dari pelatihan formal lainnya yang pernah kuikuti. Tidak ada acara protokoler yang ribet seperti di lingkungan pemerintahan, di mana semuanya harus mengikuti tata cara yang panjang dan berbelit-belit.
Di SAFEnet, semuanya langsung ke inti: fokus pada materi, pengalaman, dan hasil yang nyata.
Kami langsung diarahkan untuk mendalami isu-isu hak digital, terutama di daerah masing-masing.
Pelatihan ini tidak hanya memberikan teori, tetapi juga melatih kami untuk terjun langsung, menyuarakan masalah yang terjadi, dan menciptakan dampak nyata.
Salah satu sesi yang paling ku ingat adalah ketika kami diberi tantangan untuk membuat liputan langsung tentang isu hak digital di daerah kami masing-masing.
Tapi sebelum kami membuat liputan khusus di daerah kami masing-masing, kami sudah dibekali dengan pelatihan yang mengasah kemampuan kami untuk buat liputan mendalam.
Kami yang terdiri dari 12 jurnalis dibagi menjadi 3 grup yakni pertama, Grup Hak Digital yang merangkum persoalan hak digital yang dibagi 4 kategori yakni akses digital, kebebasan berekspresi, keamanan digital, dan KBGO.
Kedua, Grup Penulisan yang mendalami tentang penulisan.
Ketiga, Grup yang dinamai Terminal Amplas yang mendalami apa saja data yang dibutuhkan untuk buat tulisan mendalam.
Belakangan aku sadar mengapa tiap grup yang beranggotakan empat orang ini diatur harus mengunjungi tiap meja grup lainnya.
Misalnya, aku yang dari grup Hak Digital sebelumnya telah mencantumkan apa saja persoalan di isu akses digital.
Kemudian aku mendatangi Grup Penulisan aku baca poin-poin yang menjadi tantangan bagi jurnalis untuk menulis tentang isu hak digital.
Di Grup Terminal aku membaca apa saja data yang dibutuhkan untuk buat liputan isu hak digital.
Dengan keliling meja grup aku dapat ide untuk mengembangkan tulisanku. Seefektif itu cara SAFEnet membuat kami para jurnalis mutarin ruangan bukan sekadar hanya mutar, tapi buat kami berpikir untuk liputan yang harus kami tuntaskan.
Banyak hal yang ku sukai dari pelatihan ini. Cara para mentor berdiskusi. Suasananya bukan untuk menggurui tapi mengajak berpikir. Materinya juga tidak mengambang. Fokus ke inti yang mau dibahas.
Biasanya, aku paling cepat ngantuk jika berada di ruangan yang adem dan materinya terlalu dalam. Apalagi perjalanan dari Samosir menuju Surabaya cukup panjang harus transit dari Jakarta.
Aku dari daerah dingin yang tinggal dekat dengan pegunungan lalu injakkan kaki ke Jakarta yang panas. Kemudian pindah lagi ke Surabaya yang juga suhunya berbeda dangan Samosir.
Selama di Surabaya aku flu dan batuk. Tapi otakku masih bisa fokus untuk ikutin pelatihan.
Banyak hal lain yang ku pujikan. Cara SAFEnet menjaga lingkungan dengan tidak menyediakan botol minuman mineral di kegiatan, juga ku dukung! Kami dianjurkan SAFEnet untuk bawa tumbler sendiri.
Menyuarakan Hak Digital di Kawasan Danau Toba
Sebagai orang yang tinggal di Kawasan Danau Toba, aku tahu betul bahwa masalah akses internet di sini adalah isu yang sangat serius.
Ada sejumlah tempat yang sama sekali tidak memiliki sinyal internet, membuat masyarakat kesulitan untuk mengakses informasi, belajar, atau bahkan menjalankan bisnis kecil secara daring.
Liputanku tentang akses internet di Danau Toba ternyata mendapatkan perhatian dari beberapa orang Batak di sejumlah grup. Mereka mengomentari dan mendukung hasil liputanku.
Bagiku, ini adalah langkah kecil namun berarti untuk menyuarakan hak digital masyarakat Batak. Aku berharap ini bisa menjadi acuan bagi kita semua untuk bersama-sama memperjuangkan akses internet di wilayah yang masih terisolasi.
Pengalaman Tak Terlupakan
Pelatihan dari SAFEnet ini merupakan salah satu pelatihan paling berbobot yang pernah ku ikuti. Materi tepat sasaran, dan kami diajarkan untuk segera bertindak, bukan hanya belajar teori.
Tak hanya itu, aku juga merasa pelatihan ini telah mempertajam kemampuanku dalam menyuarakan isu-isu yang sering terlupakan, seperti akses digital, keamanan digital dan kebebasan berekspresi.
Jika ada kesempatan lagi untuk ikut pelatihan atau kegiatan SAFEnet, aku pasti rela meninggalkan kesibukan sehari-hariku demi menambah lagi pengetahuan dan keterampilan bersama mereka.
SAFEnet tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga memberiku semangat dan rasa percaya diri untuk terus menyuarakan hak digital di komunitasku.
Terima kasih, Mbak Wida, Mas Anton, Mas Adim, Mas Bangkit, Mbak Nenden Arum, dan seluruh anggota SAFEnet. Terima kasih karena telah memberikan ruang yang aman, edukatif, dan penuh inspirasi.
Danau Toba menunggu perubahan, dan aku yakin SAFEnet akan terus menjadi bagian penting dari perubahan itu!
Finally, aku akan selalu senyum mengingat pengalaman bersama SAFEnet. SAFEnet benar-benar sesuai dengan namanya, aman dan terpercaya!
Penulis: Damayanti Sinaga