Pejuang Pariwisata yang Setia Mengurus Air Terjun Situmurun, Kabupaten Toba

NINNA.ID-Sudah pernah berjumpa dengannya beberapa kali. Belakangan tahu kalau dia adalah pejuang pariwisata. Ia mengurus Air Terjun Situmurun, Kabupaten Toba. Mengurus dalam arti membersihkan lokasi Air Terjun Situmurun. Ia juga pedagang kaki lima yang menjajakan kopi, air mineral dan jajanan. Namanya Deni Sirait.

Hari itu, saat aku diberikan kesempatan istimewa membawa tamu rombongan dari Eropa kedua kalinya, aku upayakan untuk menyapanya di Air Terjun Situmurun.

Aku turun dari kapal. Lalu menanyakan berbagai hal. Misalnya, apakah pernah satu hari dia menunggu di Situmurun para pengunjung tidak membeli apapun. Lalu dia bilang ya. Bisa juga tidak ada tamu sama sekali.

Kali kedua kami bawa rombongan tamu, kami juga sudah memperlengkapi kebutuhan kami di kapal. Mulai dari makan siang dan minuman. Oleh karenanya, aku sendiri bingung mau beli apa supaya ada pemasukan Deni Sirait hari itu.

BERSPONSOR

Belakangan, Pak Nurdin Nasution Tour Leader kami menyambangi kami. Lantas diskusi pun makin intens. Ku tanya Pak Nurdin,” Pak, menurut Bapak, apakah sudah wajar jika pemerintah memasang tarif karcis masuk entah Rp2ribu?”

Pak Nurdin membalas” Sudah wajar! Bahkan 5ribu pun wajar,” Namun, jika diberlakukan tarif maka Pemerintah Kabupaten Toba dan masyarakat setempat harus berembuk membahas hal tersebut.”

Dua Kampung Gapit Situmurun

Karena tahu pengelola Geosite Situmurun adalah orang yang masih ku kenal, ku teleponlah Pengelola Geosite Situmurun Asmon Pardede.

BERSPONSOR

Saat ku utarakan soal perlunya diberlakukan karcis masuk, Asmon mengantisipasi kemungkinan adanya konflik jika tiket masuk diberlakukan. Ia mengatakan ada dua kampung yang menggapit Situmurun.

Pertama adalah Jonggi ni Huta. Kedua adalah Hutanamora. Bagian yang paling bersentuhan dengan Situmurun adalah Jonggi Ni Huta. Dengan demikian, Asmon menduga, kemungkinan Masyarakat Jonggi Ni Huta akan merasa paling berhak untuk mengelola Situmurun. Sebaliknya, Deni Sirait adalah warga dari Hutanamora.

Air Terjun Situmurun
Para tamu mendatangi warung Deni Sirait (foto: Damayanti)

Paling Bertanggungjawab

Menurut Asmon, selama ini yang paling setia berjualan dan membersihkan sampah-sampah di Air Terjun Situmurun adalah Deni Sirait. Ada juga masyarakat dari Jonggi Ni Huta sesekali ikut jualan saat mereka melihat tamu ramai. Namun, saat sepi, hanya Deni Sirait yang setia berjualan di Situmurun. Tak heran banyak awak kapal mengenalinya.

- Advertisement -

Chef kami dari Jenny’s Restaurant juga akrab dengannya. Hari itu kami masih memiliki makanan. Lantas pemilik Jenny’s Restaurant ini pun menawarkan sekaligus menyuruh dia agar makan siang karena masih ada banyak persediaan makanan kami.

Dia pun segera mengambil sembari kami berdiskusi dengan Pak Nurdin Nasution. Pak Nurdin bilang akan ada potensi ‘riak’ terkait kekuasan jika tarif diberlakukan. Sebaliknya, jika tidak diberlakukan tarif, kelak jika tamu membludak, sulit untuk memastikan Air Terjun Situmurun terkelola dengan baik mengingat tidak ada yang diberikan tugas tetap untuk membersihkan Situmurun.

TERKAIT  Bagaimana Danau Toba Bisa Terkenal dan Sejajar seperti Bali?

Asmon membenarkan selama ini Deni Sirait yang paling bertanggungjawab membersihkan sampah-sampah sebab dia berjualan di sana.

Sembari memikirkan tentang Deni Sirait dan potensi Air Terjun Situmurun, aku terpikir untuk tanyakan kepada Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Toba Rusti Hutapea apakah sudah ada rencana Pemerintah Kabupaten Toba untuk Situmurun.

Ia menjawab,” Rencana ada. Tapi itu tidak bisa dieksekusi dengan cepat mengingat berbagai stake holder terlibat.

Berbeda dengan Asmon yang sangat mengenali Deni Sirait, Rusti Hutapea menyatakan tidak mengenali Deni Sirait.  Ia mengatakan pernah bawa tamu dari Kemenparekraf ke Situmurun tapi ia secara pribadi tidak menjumpai siapapun di sana.

Sebaliknya, Asmon mengatakan Deni Sirait yang paling rajin jualan di sana. Namun, dia hanya akan berada di Situmurun jika sudah ada kabar tamu-tamu akan datang.

“Rumahnya tidak jauh dari Situmurun. Ada di Hutanamora. Dari kampung dia itu kelihatan kalau tamu-tamu datang. Jadi, dia akan turun ke Situmurun naik sampan. Jaraknya dekat,” jelas Asmon.

DENI SIRAIT
Deni Sirait (sebelah kanan berbaju biru) Pedagang di Air Terjun Situmurun

Keseharian Deni Sirait

Biasanya jika tamu akan ramai, ia akan ada di Air Terjun Situmurun dari pagi jam 9 sampai sore jam 5. Jika tidak ada tamu, dia akan mengurus ladang. Bekerja keras demi menghidupi orang tuanya yang lansia. Ia masih lajang berusia 29 tahun.

Ia berharap pemerintah, pengelola Geosite Situmurun memperhatikan ia sebagai pejuang Situmurun. “ Kakak tolong bilanglah sama Bu Kadis Pariwisata Toba, ito Asmon supaya diberlakukan karcis masuk. Karena mana mungkin aku berani ngutip sama tamu tanpa ada bukti karcis. Akulah yang bersihkan Situmurun ini kak,” terang Deni.

Berdasarkan keterangan dari Deni Sirait, awal Situmurun viral ketika bule-bule berkunjung ke Situmurun. Belakangan konten si bule tersebut pun viral yang mengundang semakin banyak wisatawan berdatangan ke Air Terjun Situmurun.

Sejak tahun 2018 hingga sekarang, Deni Sirait berjualan di Air Terjun Situmurun. Makanan dan minuman yang ia jual terbilang terjangkau. Mislanya kopi hitam ia jual Rp8ribu. Kacang-kacang snack ia jual 2ribu per bungkus. Jika kelak pembaca ingin berkunjung ke Situmurun dan butuh jajanan yang ia jual dapat menghubunginya di 082367459226.

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU