NINNA.ID – PDIP belum menunjukkan tanda-tanda siapa sosok yang akan diusung di Pilpres 2024 mendatang. Tapi Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai, PDIP melakukan itu karena memiliki 4 kekuatan super yang tidak dimiliki partai yang lain.
Tanggapan PDIP tentang sikap Partai Gerindra dan PKB yang sudah mesra sejak pendaftaran di Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga Partai Nasional Demokrat (NasDem) yang sudah mendeklarasikan Anies Baswedan, juga masih datar-datar saja. Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri malah belum terpengaruh untuk angkat bicara.
Dinginnya sikap PDIP ini ternyata diamati oleh Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, karena PDIP satu-satunya partai dengan instrumen lengkap.
“Kenapa PDIP tuh lebih kalem daripada yang lain ya karena begitu banyak instrumen yang sudah dimiliki,” ujar Adi dalam perbincangan di kanal YouTube Total Politik.
Setidaknya menurut Adi ada empat instrumen politik penguat PDIP yang membuat partai tersebut masih anteng di tengah memanasnya politik.
“Satu mesin politiknya kuat, dua pemenang pemilu dua kali, yang ketiga punya Queen Maker namanya Mbak Mega, yang keempat punya King Maker punya Jokowi,” kata Adi.
“Wajar ketika Bang Masinton [kader PDIP] bicara kemana-mana enteng dan rileks, punya empat instrumen ini, yang kelima kalau mau ditambahkan punya capres tinggal diumumkan”.
Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto memperkirakan calon presiden yang akan diusung partainya pada Pemilu 2024 diumumkan pada Juni 2023.
“Pak Jokowi dulu diumumkan oleh Bu Mega pada Maret 2014, pemilunya pada bulan Juni sehingga kalau kita menggunakan analogi itu kira-kira Juni tahun depan (2023) pas Bulan Bung Karno,” kata Hasto saat menjadi pembicara dalam diskusi Election Corner bertema “Mengembalikan Kembali Politik Programatik di Pemilu 2024” di Fisipol UGM Yogyakarta, di Kabupaten Sleman, Senin (10/10/2022).
Terkait pengumuman capres, menurutnya, PDIP telah memiliki pengalaman pemilu berulang kali sesuai dengan tahapan yang ditetapkan KPU RI.
“Tahapan pemilu masih Oktober tahun depan, pencapresan kita terus berdialektika,” ujarnya.
Demikian pula saat mengumumkan cawapres pendamping Jokowi pada Pemilu 2019, menurut Hasto, tidak bisa lepas dari dinamika politik yang berkembang saat itu.
“Kiai Ma’ruf itu diputuskan (capres) Minggu jam empat sore, pendaftarannya (di KPU) hari Senin. Itu Kiai Ma’ruf karena dinamika politik, itu riil politik, di dalam praktik itu seperti itu,” kata dia.
PDIP, kata Hasto, saat ini tengah menyiapkan sosok Capres 2024 yang berani mengambil keputusan, mampu membawa Indonesia memimpin bangsa-bangsa di dunia, dan memiliki rekam jejak kuat.
“Pemimpin yang berani mengambil keputusan meskipun pahit, pemimpin yang mampu membawa bahtera Indonesia menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa di dunia dan tentu saja pemimpin ideologis, pemimpin memiliki kemampuan teknokratis, memiliki rekam jejak sejarah panjang, dan kuat,” kata dia.
Tidak hanya itu, kata Hasto, capres yang diusung harus sosok pemimpin yang mendapat dukungan kekuatan kolektif parpol dan gabungan parpol.
Dukungan kekuatan kolektif parpol, menurut dia, penting untuk menghindarkan pemerintahan ke depan dari terpaan “tsunami” politik seperti awal kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla pada 2014.(S)
Editor : Mahadi Sitanggang