Pariwisata sebagai Penggerak Ekonomi Sumatera Utara, SDM Salah Satu Kunci Utama

NINNA.ID – Pariwisata di Sumatera Utara bukan hanya tentang keindahan alam, tetapi juga menjadi mesin utama penggerak ekonomi daerah.Dengan potensi luar biasa, provinsi ini terus menarik wisatawan domestik dan mancanegara.

Akan tetapi, di balik pesona Danau Toba yang mendunia, ada tantangan besar dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di sektor pariwisata yang perlu segera diatasi.

Sebagai destinasi super prioritas, Danau Toba telah lama menjadi magnet wisatawan asing. Pulau Samosir di tengah danau bukan hanya menyajikan pemandangan eksotis, tetapi juga
menyimpan kekayaan budaya Batak yang otentik. Wisatawan dari Eropa, Amerika, hingga Australia datang untuk menikmati keindahan dan keramahan masyarakat setempat. Namun, keunggulan alam saja tidak cukup.

Upaya untuk perbaikan infrastruktur perlu diimbangi dengan peningkatan kualitas layanan wisata melalui SDM yang kompeten.

BERSPONSOR

Tantangan SDM di Sektor Pariwisata

Pemerintah telah menggelontorkan dana besar untuk pengembangan infrastruktur di Danau Toba. Jalan-jalan diperbaiki, bandara dikembangkan, dan fasilitas wisata diperbarui. Namun, pembangunan SDM masih belum sejalan dengan pembangunan fisik.

Saat ini, hanya ada sekitar 39 pemandu wisata di Samosir yang tergabung dalam Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI), dan hanya segelintir yang menjadikan profesi ini sebagai mata pencaharian utama.

Lebih dari itu, regenerasi pemandu wisata masih minim, dengan hanya dua anak muda di bawah 30 tahun yang bergabung dengan HPI Samosir.

BERSPONSOR

Jika situasi ini terus berlanjut, dalam beberapa tahun ke depan sektor ini bisa mengalami kekurangan tenaga profesional yang mampu memberikan pengalaman terbaik bagi wisatawan.

HPI SAMOSIR
Foto bersama para anggota HPI Samosir bersama Kepala Dinas Pariwisata Samosir Tetti Naibaho usai Rapat Triwulan HPI Samosir di Ruma Genteng Kampung Ulos Hutaraja Selasa 21 Mei 2024.

Pemandu Wisata: Wajah dan Jiwa Pariwisata

Pemandu wisata bukan sekadar penunjuk arah. Mereka adalah duta budaya yang memberikan pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan.

Selain harus memahami seluk-beluk destinasi, mereka juga harus memiliki keterampilan komunikasi, penguasaan bahasa asing, serta pemahaman tentang ekowisata dan keberlanjutan.

- Advertisement -

Sayangnya, pelatihan yang tersedia sering kali kurang tepat sasaran. Program pelatihan pemandu wisata kerap digabung dengan pelatihan bagi pelaku UMKM dan Pokdarwis, yang belum tentu memiliki keterlibatan langsung dalam pemanduan wisata.

Akibatnya, pemandu wisata tidak mendapatkan pelatihan yang benar-benar mereka butuhkan, seperti teknik guiding profesional atau strategi pengelolaan wisata berbasis pengalaman.

Keberpihakan Pemerintah dan Penguatan SDM

Untuk menjaga kualitas layanan wisata di Danau Toba, pemerintah daerah dan Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) harus lebih fokus dalam pengembangan SDM pariwisata.

Kebijakan yang bisa diterapkan antara lain mewajibkan agen perjalanan menggunakan pemandu wisata lokal. Hal ini tidak hanya meningkatkan ekonomi masyarakat setempat, tetapi juga memastikan wisatawan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan autentik tentang destinasi yang mereka kunjungi.

TERKAIT  Batak Pernah Jadi Presiden

Selain itu, perlu ada pelatihan berkelanjutan bagi pemandu wisata. Misalnya, pelatihan berbasis bahasa asing untuk meningkatkan daya saing global, serta program mentoring antara pemandu senior dan junior untuk regenerasi tenaga kerja.

Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Sumut oleh BPS Sumatera Utara menunjukkan secara keseluruhan ada 10 negara utama penyumbang wisman terbesar yang datang ke Sumut: Malaysia, Singapura, RRC (Tiongkok), Belanda, Jerman, Australia,  Thailand, Inggris, Amerika Serikat dan Taiwan.

Untuk di Samosir, pemandu wisata yang ada hanya mampu berbahasa Inggris dan Belanda. Sayangnya, angka pemandu wisata yang bisa berbahasa Inggris tidak mencapai jumlah jari tangan.

Akomodasi Banyak Kenapa Tidak Terisi?

Berdasarkan laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, sektor akomodasi turut memainkan peran penting dalam pertumbuhan pariwisata.

Pada tahun 2023, terdapat 1.035 akomodasi di provinsi ini, dengan konsentrasi terbesar di Medan. Namun, kawasan wisata seperti Samosir, Simalungun, dan Toba juga memiliki perkembangan yang pesat:

• Samosir: 130 akomodasi, fokus pada wisata alam dan budaya.
• Simalungun: 85 akomodasi, terkenal dengan Kebun Teh Sidamanik dan Pemandian Tinggi Raja.
• Toba: 50 akomodasi, dengan Balige sebagai pusat atraksi budaya dan ekowisata.
• Tapanuli Utara: Dengan hanya 29 akomodasi, daerah ini memiliki potensi besar untuk pengembangan, terutama di sektor wisata agro dan budaya.

Hotel di Simalungun
Ilustrasi foto: Damayanti

Tingkat hunian hotel di Sumatera Utara menunjukkan adanya ketimpangan, dengan Medan mencatat angka tertinggi sementara daerah lain masih bergantung pada musim wisata tertentu.

Tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, jarak tempuh yang jauh dan kualitas akomodasi di Kawasan Danau Toba menjadi hambatan utama dalam menarik wisatawan mancanegara. Namun, ada peluang besar dalam pengembangan homestay berbasis masyarakat dan promosi digital yang lebih agresif.

Sinergi untuk Masa Depan Pariwisata Sumatera Utara

Pariwisata adalah sektor yang sangat potensial untuk terus mendorong perekonomian Sumatera Utara. Akan tetapi, tanpa dukungan nyata dalam pengembangan SDM, potensi ini bisa terhambat.

Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, komunitas pemandu wisata, dan industri pariwisata untuk memastikan bahwa Danau Toba tetap menjadi destinasi unggulan yang mampu bersaing di tingkat global.

Jika pembangunan infrastruktur terus diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM, bukan tidak mungkin Danau Toba akan semakin bersinar di kancah pariwisata dunia, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, serta menjaga kelestarian budaya dan alamnya untuk generasi mendatang.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU