Para Pelaku Pariwisata Samosir Tuntut Pemkab Samosir Bertindak Selamatkan Alam dan Lingkungan

Samosir, NINNA.ID-Para pelaku pariwisata di Samosir menuntut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Samosir bertindak selamatkan alam dan lingkungan Samosir. Selama beberapa bulan terakhir, khususnya sepanjang Juli 2024, Gunung maupun perbukitan yang ada di Kabupaten Samosir dibakar ataupun kebakaran.

Kebakaran maupun pembakaran ini menyebabkan kabut putih di Kawasan Danau Toba, memperparah lingkungan di Samosir. Selain itu, polusi udara yang disebabkan kebakaran membuat cuaca di Samosir semakin panas. Sebaliknya, pada saat hujan, khususnya selama Agustus, beberapa lokasi di sekitar Samosir mengalami longsor.

Tuntutan agar Pemkab Samosir bertindak disampaikan dalam Focus Group Discussion bertemakan Pariwisata Samosir yang diselenggarakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Samosir guna mendukung penelitian yang diadakan oleh Dosen USU bernama Ance Sitohang untuk disertasi program doktoral. FGD diadakan di Resto D7 Jalan Gereja Nomor 9 A Pangururan pada Senin 19 Agustus 2024.

Rommel Silalahi, pemandu wisata di Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Samosir meminta agar Pemkab Samosir segera bertindak mengingat kritisnya alam dan lingkungan di Samosir, khususnya melihat bencana longsor di banyak tempat di Samosir.
Berdasarkan pengamatannya, hutan pinus di Samosir berada di status mengkhawatirkan.

BERSPONSOR

“Jadi apa sebenarnya yang mau dijual Samosir sebentar lagi? Kawasan longsorlah sebentar lagi Samosir ini. Karena regulasi pemerintah tidak jelas! Ini pernah saya utarakan saat ada seminar di Simanindo. Kami bingung sama Pemerintah Kabupaten. Akibat longsor, yang menderita adalah masyarakat Samosir!” jelas Rommel menggarisbawahi kekurangan Pemkab Samosir.

TERKAIT  Nama Miss Lato Lato Ayu Ozawa Ingatkan pada Bintang Film Dewasa Jepang Maria Ozawa, Ini Profilnya Pasca Pensiun

Riris Hasibuan, pengelola Museum Hutabolon Simanindo juga menyatakan dampak perubahan lingkungan menyebabkan banjir besar yang merusak fasilitas di Museum Hutabolon Simanindo.

“Saya sudah kirim bukti foto kepada Bu Tetti (Kadis Pariwisata Samosir), termasuk juga ke Bupati, Camat, supaya ada langkah untuk memperbaiki kondisi saat ini,” menjelaskan pentingnya peran Pemkab Samosir mengantisipasi banjir besar.

Saat hujan deras, gelombang hujan menghempas fasilitas di Museum Hutabolon Simanindo, Samosir.

BERSPONSOR
FGD PELAKU PARIWISATA SAMOSIR
Salah satu dari perwakilan tokoh agama menyampaikan masukan dalam FGD yang diadakan di Resto D7 Jalan Gereja Nomor 9 A Pangururan pada Senin 19 Agustus 2024. (foto: istimewa)

Perbaikan Jalan

Akibat longsor, ada banyak jalan longsor di Samosir, khususnya sekitar jalan besar menuju Desa Tanjungan dan Desa Sipira. Longsor semakin melebar karena pemerintah tidak kunjung menuntaskan perbaikan jalan.

Di tempat terpisah, Velisia Sitanggang, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Samosir dan Ketua Indonesian Diaspora of Americas meminta Pemkab Samosir agar mengedukasi masyarakat untuk tidak mengkonversi lahan mereka menjadi ladang jagung.

Ia sangat menyayangkan masyarakat di Kawasan Danau Toba lebih memilih menanam jagung ketimbang kopi, coklat dan komoditi yang harganya lebih mahal dan memang “rumah”nya komoditi mahal tersebut.

- Advertisement -

Kini, hampir di tiap kiri-kanan jalan di Samosir dipenuhi tanaman jagung.

Di Simanindo misalnya, konversi lahan maupun hutan menjadi lahan jagung disinyalir menjadi penyebab banjir besar.

Di Museum Hutabolon Simanindo misalnya, pada Rabu 7 Agustus terjadi banjir besar yang menggenangi Museum Hutabolon dan Ruma Kaca, Simanindo, Samosir.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU