SAMOSIR – Nama tempat ini Pea Hunik. Selama ini dikenal sebagai jampalan nabolak (padang gembala). Bagi warga sekitar, tempati ini sebata tempat melepas atau menambatkan ternak kerbaunya di sekitar pea (waduk). Di saat tertentu, kerbau-kerbau itu ditarik ke dalam pea untuk dimandikan.
Begitulah kehidupan di sana, Desa Salaon Dolok Kecamatan Pangururan Samosir. Selain untuk memandikan kerbau, air pea juga digunakan warga untuk mencuci.
Pea Hunik ini mirip dengan Pea Porohan, Aek Natonang, dan Aek Sidihoni. Di sini, airnya juga untuk memandikan kerbau dan kebutuhan mencuci. Itulah kehidupan di kampung, yang bersahabat dengan alam.
Tempat yang biasa bagi warga Salaon Dolok ini ternyata mulai dilirik kalangan muda, khususnya yang akan mengikat janji sehidup semati. Beberapa kali, terlihat pasangan muda asyik mengabadikan momen prewedding mereka di Pea Hunik.
Memang lokasi di sini terbilang asyik. Rumput di Pea Hunik ini masih terjaga hijau bak permadani. Memandang ke seketar, masih cukup banyak pepohonan hijau. Ujung daunnya yang selalu digoyang angin, seakan membawa rasa damai. Perkampungan pola Rumah Batak dekat Pea Hunik, semakin menambah suasana seimbang.
Dari sini terlihat Gunung Pusuk Buhit yang menjulang tinggi, di arah Barat. Sesekali, aktivitas petani ataupun penggembala kerbau di sana asyik dilihat. Menjadi tontonan dan pelajaran menarik, tentang manusia dan alam.
Pea Hunik ini dipercaya warga sekitar berbeda dengan Pea sejenis di kawasan itu. Konon, bila hujan turun sederas apapun atau kemarau cukup panjang, tidak tampak perubahan debit di Pea air secara drastis. Sepintas, padang gembala kerbau ini malah identik dengan padang golf yang selalu memiliki kolam-kolam kecil.
Seperti disebutkan di atas, Lokasi ini mulai sering dijadikan tempat berkumpulnya para pemuda, terlebih saat ada pemotretan Prewedding.
Sesekali ada juga yang mendirikan tenda di Pea Hunik, agar bisa merasakan momen siang dan malam hari hingga menunggu fajar.
Bagi yang sedang punya masalah, hati panas dan kepala rasanya mendidih, disarankan nikmati malam di Pea Hunik. Saat malam tiba, gumpalan awan akan turun dan dapat disentuh. Rasanya dingin sekali, Jemari yang menyentuh tapi dinginnya menyejukkan hati dan kepala.

Walau belum dilabeli sebagai “Bumi Perkemahan”, beberapa kali kumpulan para pemuda pernah terlihat memasang tenda di sana.
Dari Kota Pangururan, ke tempat ini dapat ditempuh kurang lebih 30-45 menit dari jalur Jalan Ronggurnihuta atau dari daerah desa Panampangan (Simpang Polma). Bila dari daerah Tomok, dapat melalui jalur hutan yang sudah dengan waktu kurang lebih satu jam.
Oh ya bro dan sista ninnA, di dekat Pea Hunik ini ada juga kebun jeruk manis, yang diklaim sebagai kebun jeruk manis pertama di Samosir. Yuk, tunggu apalagi. Ayo ke Pea Hunik Salaon Dolok.
Penulis : Lifzen Sitanggang
Editor : Mahadi Sitanggang