Samosir, NINNA.ID-Setelah kerap terbakar selama musim kemarau, di musim hujan Kawasan Danau Toba kerap banjir lumpur, longsor dan sejumlah jalan putus.
Di Samosir misalnya, ada sejumlah jalan kerap mengalami banjir lumpur tiap hujan deras mengguyur.
Keadaan banjir lumpur ini sangat membahayakan pengguna kendaraan khususnya mereka pengguna sepeda motor.
Sejumlah lokasi yang baru-baru ini mengalami banjir lumpur di Samosir di antaranya di Desa Martoba, Desa Unjur, dan Desa Cinta Dame.
Hingga kini yakni pada Selasa 15 Oktober 2024 bekas lumpur masih kelihatan saat kita melintasi jalan di sekitar Desa Martoba, Desa Unjur dan Desa Cinta Dame.
Masyarakat telah mengerahkan upaya untuk membersihkan jalan agar pengguna jalan tidak terganggu.
Akan tetapi, hujan yang masih terus berlanjut hingga Januari, diprediksi akan terus menyeret lumpur ke jalan.
Jalan Longsor
Jalan longsor kini semakin bertambah. Di Samosir misalnya, yang tadinya hanya ada di sekitar Air Terjun Sigarantung hingga Aek Natonang, atau Dolok Sipira Samosir.
Kini patahan jalan makin melebar hingga akses jalan putus, tidak dapat dilalui pengendara untuk sementara waktu.
Selain itu, di sekitar Tomok mendekati Simpang TukTuk juga terdapat patahan jalan yang sudah ditandai dengan lakban garis polisi atau police line tape.
Di sekitar Desa Martoba juga terdapat jalan besar yang mengalami patahan hampir seperempat jalan. Pemerintah Samosir juga sudah memberikan lakban garis polisi.
Di Parapat, Simalungun, juga terjadi longsor di Desa Sualan yang mengakibatkan pengendara harus lebih hati-hati saat melintas.
Lokasi ini sudah sering mengalami banjir lumpur, jalan longsor atau jalan terputus setiap tahun khususnya di musim hujan.
Pada tahun 2018 dan 2019 misalnya, di lokasi tersebut pernah terjadi banjir bandang yang mengakibatkan berhari-hari aktivitas lalu-lintas di Kota Parapat mati total.
Diduga ada penebangan pohon atau hutan secara masif yang mengakibatkan air hujan dan lumpur langsung jatuh tanpa diresap oleh hutan.
Di Kabupaten Karo dan Kabupaten Dairi juga demikian. Terdapat jalan longsor. Di Karo misalnya Bencana banjir bandang terjadi di Kecamatan Juhar dan Tiga Binanga pada Kamis 10 Oktober 2024.
Di Kabupaten Dairi jalan longsor dan putus total di sekitar Jalan Sidikalang-Dolok Sanggul yakni tepatnya di Desa Parbuluan 4, Kecamatan Parbuluan.
Segera Bertindak
Rommel Silalahi, pemandu wisata di Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Samosir meminta agar Pemkab Samosir segera bertindak mengingat kritisnya alam dan lingkungan di Samosir, khususnya melihat bencana longsor di banyak tempat di Samosir.
Berdasarkan pengamatannya, hutan pinus di Samosir berada di status mengkhawatirkan.
“Jadi apa sebenarnya yang mau dijual Samosir sebentar lagi? Kawasan longsorlah sebentar lagi Samosir ini. Karena regulasi pemerintah tidak jelas! Ini pernah saya utarakan saat ada seminar di Simanindo. Kami bingung sama Pemerintah Kabupaten. Akibat longsor, yang menderita adalah masyarakat Samosir!” jelas Rommel menggarisbawahi kekurangan Pemkab Samosir dalam sebuah FGD tema Pariwisata Samosir yang diadakan pada Agustus.
Ia mengatakan banjir, tanah longsor, dan kekurangan air hanyalah beberapa petunjuk awal ketidakberesan alam. Ia sangat berharap pemerintah segera menanami kembali hutan.
Sebagaimana diterapkan oleh Pemerintah Sumatera Barat penebangan kayu dan akses ke hutan dilarang total untuk sementara waktu.
Penetapan Danau Toba sebagai Geopark UNESCO seharusnya mendesak pemerintah untuk melindungi pemandangan indah dan spektakuler ini sebagai habitat satwa liar yang makin tahun terancam punah.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga