KARO – Kalau Toba punya Letjen Purn TB Silalahi, maka Karo juga punya Letjen Jamin Ginting. Nama Jamin Ginting tidak asing di Sumatera Utara bahkan di Indonesia. Bahkan di berbagai daerah, Jamin Ginting diabadikan sebagai nama jalan. Sebenarnya siapa dia dan apa kontribusinya untuk Indonesia?
Letjen Jamin Ginting adalah tokoh pada masa perjuangan kemerdekaan yang menentang pemerintah Hindia Belanda kala itu. Jejak biografinya mencatat, dia lahir di Tanah Karo pada 12 Januari 1921 dan wafat di Ottawa Kanada pada 23 Oktober 1974 saat menjabat menjadi Duta Besar RI. Akhirnya, Letjen Jamin Ginting dimakakamkan di Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Meskipun sudah tiada, jejak langkah pahlawan nasional ini masih dapat disaksikan hingga kini. Bagi bro dan sista yang ingin mengetahui cerita hidupnya mulai dari lahir hingga akhir hayatnya, semua terkoleksi dengan lengkap di Museum Mahaputera Letjen Jamin Ginting.
Museum ini berlokasi di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Museum ini didirikan pada tahun 2011 dan kemudian diresmikan pada tahun 2013.

Salah satu fakta menarik dari museum ini adalah arsitektur bangunannya, jika dilihat dari ketinggian menyerupai kacang tanah. Ternyata makna dari bentuk kacang tanah ini adalah sebagai sesuatu yang melindungi isinya dari segala terpaan seperti hujan, matahari dan sebagainya.
Sama halnya dengan museum ini, yang menjaga jejak langkah sang legenda, tidak akan pernah hilang dan akan melindungi serta melestarikan segala peninggalannya.
Saat hendak memasuki museum ini, bro dan sista cukup membayar Rp5.000 per orang. Dengan membayar biaya retribusi tersebut, bisa dengan sepuasnya eksplorasi museum ini.
Museum ini terdiri atas dua lantai dengan berbagai koleksi yang berbeda-beda seperti koleksi pribadi Jamin Ginting seperti pakaian, berbagai koleksi senjata, tas dinas, tongkat komando, bintang jasa, penghargaan hingga perpustakaan yang berisi berbagai buku tentang Letjen Jamin Ginting.
Di depan museum ini juga terdapat patung sang legenda dan mobil panser yang sering dijadikan latar foto para pengunjung. Tidak lupa juga, sebagai wadah melestarikan kultur Karo, museum ini juga menyimpan dan mengkonservasi berbagai koleksi barang-barang peninggalan Karo. Di kawasan Museum ini juga terdapat miniatur rumah adat Karo yang terpajang dengan indah.

Di luar museum, warga setempat terlihat menjajakan makanan khas Karo yang tentunya dengan cita rasa yang menggugah selera namun dengan harga yang terjangkau. Tidak perlu khawatir jikalau bro dan sista ingin makan.
Fasilitas di museum ini juga tidak kalah bagus dengan museum lainnya yang ada di kawasan Danau Toba. Mulai dari tangga dengan jalur kursi roda yang ramah akan difabel, tersedia toilet yang bersih dan terdapat juga cafe dengan sajian nikmat dan pastinya halal untuk berbagai kalangan.
Penulis : Ananda Josua Siburian
Editor   : Mahadi Sitanggang