Merindukan Danau Toba Menerapkan Prinsip Geopark dan Pariwisata Berkelanjutan

BERSPONSOR

NINNA.ID-Saat Danau Toba dikumandangkan resmi menjadi anggota UNESCO Global Geopark (UGGp), banyak yang menyambut luar biasa senang.

Banyak yang berekspektasi pemberian label ini akan mendatangkan banyak wisatawan asing ke Danau Toba.

Akan tetapi, yang diharapkan tak kunjung terwujud. Sebaliknya, setelah label Geopark diberikan, bisnis pariwisata melesu akibat dihantam Covid.

Covid yang melanda selama 2 tahun lebih, menguras semangat masyarakat.

BERSPONSOR

Selama Febuari 2020 hingga pertengahan 2022, angka wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara ke Danau Toba, merosot.

Ekspektasi kunjungan wisman mancanegara akan meningkat setelah mendapat pengakuan dari UNESCO pun sirna.

Namun, adanya sejumlah revitalisasi pembangunan objek wisata di beberapa tempat di Geopark Kaldera Toba cukup membuat masyarakat tersenyum sekalipun susah payah menghadapi bisnis pariwisata yang melesu.

Adanya program desa wisata semakin memacu desa-desa berbenah.

BERSPONSOR

Mereka mulai aktif menggali potensi desa bahkan ada yang sudah memasarkan desa wisatanya.

Destinasi wisata berkelas pun bermunculan di sejumlah tempat di Kawasan Danau Toba.
Mulai dari penyedia spot wisata, penginapan, kolam renang, bahkan hotel berbintang.

Bertolakbelakang dengan Geopark

Akan tetapi, di banyak tempat pembangunan ini malah bertolakbelakang dengan prinsip Geopark.

- Advertisement -

Leonard J. Lickorish dan Carson L. Jenkins uraikan dalam tulisannya An Introduction to Tourism yang menyebut begini,” Di hampir setiap negara di dunia, ada contoh-contoh yang memperlihatkan bahwa perkembangan pariwisata telah diakui sebagai biang keladi perusakan lingkungan”.

Tidak hanya pembangunan hotel atau resort mewah saja yang malah menjadi biang keladi perusakan lingkungan.

Desa Sigapiton
Kawasan The Kaldera longsor.(foto:ist)

Tumpukan sampah akibat wisatawan tidak tertib pun berpotensi mematikan bisnis pariwisata itu sendiri.

Jika memang benar-benar mengusung Prinsip Geopark serta Pariwisata Berkelanjutan, segala hal yang ada di Kawasan Geopark Kaldera Toba perlu ditertibkan, termasuk wisatawan juga harus dididik.

Pemerintah khususnya pemerintah daerah harus terlibat dalam melindungi, menjaga serta melestarikan Geopark Kaldera Toba yang sudah diberikan label oleh UNESCO sebagai Warisan Dunia.

Prinsip Geopark

Prinsip Geopark ialah sumber daya alam harus dilindungi, dilestarikan dan diwariskan ke generasi selanjutnya.

Program Geopark diharapkan menjadi jalan baru untuk pertumbuhan ekonomi inklusif berkelanjutan.

Inkusif artinya pembangunan ekonomi merata-tidak timpang, mendukung ketersediaan lapangan pekerjaan, mengangkat masyarakat keluar dari kemiskinan serta pembangunan ekonomi ramah terhadap lingkungan.

Sesuai prinsip, pengembangan Geopark harus dilakukan melalui tiga pilar antara lain: pilar konservasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat.

Dikutip dari sebuah sumber, China adalah salah satu contoh negara fenomenal mengembangkan Geopark, dengan 204 Geopark Nasional dan 35 Geopark Global.

China menjalankan tiga pilar tersebut dengan baik.

Dampak ekonomi wisata Geopark di China sangat besar karena selama 2000–2017.

Geopark mendatangkan 1,42 miliar turis, mendorong perkembangan tempat inap berkembang menjadi 23.500 bangunan.

Pengembangan Geopark menyerap tenaga kerja langsung hampir 500 ribu pekerja dan tak langsung 2,6 juta orang serta memacu perputaran ekonomi pariwisata Geopark hingga mencapai Rp 1.260 triliun.

Setelah mendapat predikat Geopark, Tiongkok berupaya melakukan banyak hal demi menghutankan kembali sejumlah taman-tamannya.

Berkat perjuangan keras China untuk menjaga wilayah yang masuk dalam daftar Geopark, wilayah lain yang masuk daftar Geopark bertambah.

Pilar Konservasi

Konservasi terhadap Pegunungan dan Perbukitan di Kawasan Danau Toba.

Gunung maupun bukit merupakan kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Ini keunikan Danau Toba. Menjadikan Danau Toba layak mendapat gelar Geopark.

Pegunungan dan Perbukitan di Kawasan Danau Toba merupakan bagian kecil dari Pegunungan Bukit Barisan juga terdaftar sebagai Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera di UNESCO.

Pegunungan bukan hanya mendatangkan nilai ekonomis dari segi pariwisata.

Lebih dari itu, pegunungan juga memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Di antaranya: 1. Penyimpanan air, 2. Rumah bagi satwa liar dan keanekaragaman hayati,  3. Tempat tinggal orang gunung, 4. Objek wisata dan pemandangan indah.

1. Sebagian besar pegunungan maupun perbukitan di Kawasan Danau Toba merupakan gudang penyimpanan air. Pegunungan tersebut biasanya memiliki lereng berhutan yang menyerap hujan seperti spons. Dengan demikian air hujan yang sudah diserap kemudian turun ke sungai dengan perlahan dan tidak mengakibatkan banjir besar.

2. Rumah bagi satwa liar dan keanekaragaman hayati. Pegunungan maupun perbukitan merupakan rumah bagi flora maupun fauna. Karena kawasan pegunungan sangat terpencil menjadikannya tempat yang aman bagi aman spesies yang sudah langka.

3. Tempat tinggal orang gunung. Tidak sedikit orang Batak memilih tinggal di pegunungan maupun perbukitan. Leluhur orang Batak diyakini pertama kali bermukim di Gunung Pusuk Buhit. Selama berabad, orang Batak belajar cara bertahan di lingkungan yang keras. Mereka membuat lereng gunung menjadi teras-teras pertanian yang produktif dan ramah lingkungan. Pengetahuan tradisional yang dikumpulkan penduduk gunung boleh jadi sangat berharga untuk melindungi gunung yang kita semua andalkan.

4. Pegunungan maupun perbukitan sering menjadi latar foto yang indah. Keindahan gunung yang hijau, air terjun serta Danau Toba yang memikat mata, berhasil menarik minat banyak pengunjung untuk berlibur ke Danau Toba. Berfoto, mendaki serta berjalan kaki menuju pegunungan maupun perbukitan merupakan alasan banyak wisatawan ke Danau Toba. Ada begitu banyak gunung maupun bukit yang masuk dalam daftar objek wisata di Danau Toba. Di Samosir misalnya Gunung Pusuk Buhit, Togaraja, Sibea-bea, Holbung, Sipira, Tanjungan, dan lainnya. Di Simalungun, Dolok Sirikki, Sibaganding, Bukit Indah Simarjarunjung dan lainnya. Di Toba, ada The Kaldera Nomadic yang terdiri dari bukit-bukit di Sibisa, Bukit Senyum, Tarabunga dan lainnya.

Bisa disimpulkan, pegunungan dan perbukitan di Danau Toba memiliki daya tarik jauh lebih luar biasa dibandingkan objej wisata lain yang ada di Danau Toba.

Keliling Samosir 1
Pulau Tulas yang memukau. Para wisatawan biasanya terpukau melihat pemandangan gunung maupun bukit di Danau Toba (foto:Damayanti)

Kerusakan di Danau Toba

Akan tetapi, sekalipun pegunungan dan perbukitan merupakan salah satu daya tarik wisatawan ke Danau Toba, kekayaan ini berangsur rusak.

Lokasi Boru Habeahan Ditemukan
Kenegerian Sihotang yang hancur akibat banjir dan longsor 13 November 2023 (foto:Damayanti)

Bukit-bukit dan gunung-gunung di Geopark Kaldera Toba sedang terancam.

Kerap dikeruk untuk timbunan bangunan, material bangunan serta dijadikan lahan perkebunan tanaman sejenis seperti Pohon Eukaliptus dan pertanian.

Kerukan, pembakaran gunung maupun bukit serta konversi hutan gunung menjadi lahan perkebunan dan pertanian terjadi di banyak tempat.

Geopark Kaldera Toba
Jejak pembalakan hutan di kawasan yang bertuliskan Hutan Lindung di daerah Sitahoan.(foto:damayanti)

Beberapa di antaranya di sejumlah titik di Kabupaten Samosir.

Di sekitar Gunung Pusuk Buhit, Bukit-Bukit di sekitar Rumah Makan Sampean, di sekitar Kecamatan Simanindo, Sianjur Mula-Mula dan yang terbaru November 2023 di Kecamatan Harian.

TERKAIT  Kabupaten Toba itu Sebenarnya Mandailing atau Toba?

Di Simalungun Kecamatan Girsang Sipanganbolon, ada begitu banyak kawasan hutan diubah menjadi Perkebunan Pohon Eukaliptus.

Dampak Kerusakan

Beberapa desa di Kecamatan Harian dilanda banjir bandang dan tanah longsor pada 13 November 2023.

Desa yang terkena dampak antara lain Siparmahan, Dolok Raja, Sampur Toba, dan Turpuk Limbong, yang semuanya berada di Kecamatan Harian.

Sejumlah narasumber menduga longsor akibat air hujan terus mengguyur dari Hutagalung, daerah dimana PT TPL sedang memanen Pohon-Pohon Eukaliptus.

Ditebangnya pohon-pohon tersebut secara bersamaan seketika membuat air hujan tidak lagi diserap oleh tanah melalui akar pepohonan. Sebaliknya, air hujan jatuh deras meluluhlantakkan Lembah di Desa Siparmahan, Kecamatan Harian, Samosir.

Di tempat lain seperti di Kawasan Pegunungan di Kabupaten Simalungun juga demikian.

Sebagian besar gunung atau bukit yang berisi hutan dimasuki oleh para perambah hutan.  Masyarakat juga turut berkontribusi dalam mengonversi lahan hutan menjadi pertanian.

Salah satu contoh nyata yang bisa dilihat yakni di Sitahoan Kecamatan Girsang Sipanganbolon.

Kondisi hutan di Dolok atau Bukit Sitahoan makin babak belur.

Kerusakan Hutan Lindung di Sitahoan diduga salah satu penyebab Parapat banjir bandang pada Mei 2021. Status kepemilikan lahan di Sitahoan berkotak-kotak.

Sebagian dikuasai oleh Kementerian Kehutanan di bawah naungan KPH 2 Siantar. Sebagian dikuasai oleh salah satu pengusaha yang kerap dijuluki Ratu.

Ada pamflet tulisan sebidang tanah yang luas dikuasai Bongsu Silalahi. Ada begitu luas konsensi lahan oleh PT TPL, dan kepemilikan oleh pihak lainnya.

Kondisi Sitahoan yang berkotak-kotak, memperburuk keadaan Kawasan Hutan Lindung ini.
Di Kabupaten Toba juga terdapat banyak pengerukan bukit dan gunung untuk diambil bebatuannya.

Bebatuan tersebut biasa dijual untuk bahan-bahan bangunan.

Salah satu contoh nyata bisa dilihat di sekitar tepi Danau Toba di sekitaran Desa Horsik, Desa Motung hingga menuju Desa Sigapiton.

Bukit di Kabupaten Toba
Bukit di Kabupaten Toba di sekitar Desa Ajibata Motung dikeruk untuk dijadikan sebagai material bangunan (foto: Damayanti)

Sejumlah bukit yang dikeruk di sejumlah tempat di Kawasan Danau Toba telah memakan korban jiwa.

Misalnya di Parapat, tiga nyawa melayang usai tertimpa reruntuhan tembok penahan yang sedang dibangun setinggi 2-3 meter di Pusat Pembinaan Umat (PPU) Katolik di Jalan Josep Sinaga, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipanganbolon, Senin 28 Juni 2021.

Daerah Parapat merupakan daerah berbukit. Jalan Josep Sinaga juga merupakan daerah berbukit. Dulunya, banyak bukit berisi pepohonan.

Namun, seiring pertambahan penduduk dan kemajuan zaman, pepohonan tersebut digantikan dengan rumah-rumah penduduk.

Bahkan karena penggerusan bukit, salah seorang warga yang tinggal di sekitar Jalan Selamat Datang Parapat Simalungun tertimbun longsor saat hujan deras mengguyur.

Korban merupakan pembuat peti mati di Jalan Selamat Datang yang terlelap tidur saat longsor menghantam rumahnya.

Di Samosir, Kecamatan Harian, Desa Siparmahan, banji bandang pada Senin 13 November 2023 menyebabkan seorang warga mati ditimbun longsor.

Empat hari menghilang pasca banjir bandang yang melanda Desa Siparmahan, pada Jumat 17 November 2023 sekitar pukul 12.00 WIB, mayat Boru Habeahan ditemukan.

Pilar Edukasi

Pilar edukasi juga tidak dimaksimalkan oleh Tim Geopark Kaldera Toba. Ada 16 geosite yang perlu diperkenalkan kepada publik, terutama kepada anak-anak di bangku sekolah.

Dua dari enam rekomendasi UNESCO kepada Tim Geopark diantaranya berpusat pada edukasi.

Antara lain peningkatan strategi aktivitas mitigasi bencana dan perubahan iklim di Geopark Kaldera Toba dan pengembangan edukasi interaktif siswa sekolah di Geopark Kaldera Toba.

Akan tetapi, kejadian banjir dan longsor yang terjadi beberapa kali, belum ada upaya dari Tim Geopark untuk meningkatkan strategi mitigasi bencana dan perubahan iklim di Geopark Kaldera Toba.

Padahal hampir tiap tahun manakala musim hujan, banyak tempat di Kawasan Danau Toba rentan banjir bandang dan longsor.

Edukasi ke masyarakat guna memitigasi bencana alam, pun tak kunjung dilaksanakan.

Pilar Pemberdayaan Masyarakat

Sebenarnya, praktek nyata, program desa wisata yang selama ini dijalankan oleh Presiden Jokowi telah berhasil membuat pilar ini berjalan.

Bukan Program Geopark yang menjalankan pemberdayaan masyarakat. Akan tetapi, karena Program Geopark muncul nyaris bersamaan dengan program Desa Wisata di Kawasan Danau Toba, kita bisa melihat pemberdayaan masyarakat di desa wisata berjalan.

Melalui desa wisata, para remaja dan anak muda diberdayakan untuk menghibur tamu melalui seni tari dan musik dan atraksi wisata lainnya.

Sejak adanya program desa wisata dan geopark, para remaja di banyak desa membentuk sanggar tari.

Para remaja dan kaum muda ini juga berkontribusi dalam mengembangkan produk-produk desa serta memasarkannya secara digital.

Remaja dan anak muda di desa menjadi lebih yakin mereka punya karier bagus dan memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan keterampilan mereka sekalipun mereka tetap berada di desa.

Oleh karena itu, dibutuhkan lebih banyak bantuan teknis, khususnya dari Tim Geopark, agar mereka lebih memilih untuk melanjutkan sekolah dan berkarier di desa.

Selamatkan Geopark Kaldera Toba

Seandainya, pengembangan Geopark Kaldera Toba dijalankan dengan baik. Kartu kuning bisa dicegah. Program Geopark Kaldera Toba juga akan benar-benar bertujuan untuk melindungi, melestarikan dan mewariskan Danau Toba ke generasi selanjutnya.

Karena bicara Geopark mustahil tanpa park (taman) itu sendiri. Maka sudah seharusnya perhatian utama Tim Geopark bagaimana melindungi serta melestarikan gunung, bukit, hutan, sungai, flora, fauna dan segala yang ada di 8 Kabupaten Kawasan Danau Toba.

Melihat begitu banyak bencana alam terjadi di Kawasan Danau Toba akibat eksploitasi terhadap kekayaan Danau Toba.

Pemberian kartu kuning seharusnya menjadi beban moral yang harus ditanggung oleh semua stake holder Pariwisata Indonesia, khususnya Tim Geopark Kaldera Toba.

Kapal Motor Jogi
Para tamu rombongan dari Eropa turun dari Kapal Motor Jogi menuju Desa Sigapiton (foto: Damayanti)

Label Geopark ini tidak serta-merta akan mendatangkan atau menarik wisatawan. Tapi upaya untuk mengembalikan kehidupan tradisional, hidup selaras dengan alam, dan mengembalikan kearifan lokal, itulah yang akan menjadi ciri khas Geopark Kaldera Toba.

Dengan demikian, bukan hanya kita yang dapat menikmati Geopark Kaldera Toba, wisatawan-wisatawan juga. Tentu bisa kita wariskan untuk anak-cucu kita kelak. Kita rindu itu terjadi di Danau Toba!

Penulis: Damayanti Sinaga
Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU