Medan, NINNA.ID— Di balik perjalanan yang nyaman dan berkesan, ada sistem transportasi yang terencana dan terintegrasi. Itulah pesan utama yang disampaikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara saat membuka Musyawarah Daerah (Musda) Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) DPD Sumut, Rabu (23/4/2025), di Hotel Arya Duta Medan.
Musda kali ini bukan sekadar ajang rutin pergantian kepengurusan. Ia menjadi panggung tempat mimpi besar tentang Sumatera Utara sebagai destinasi wisata kelas dunia kembali digaungkan—dan kali ini, dengan satu fokus utama: aksesibilitas.
“Kesan pertama wisatawan dimulai dari transportasi. Kalau kita ingin mereka jatuh cinta, maka wajah pertama itu harus ramah, aman, dan nyaman,” ucap Dr. Agustinus Panjaitan, Kepala Dinas Perhubungan Sumut yang hadir mewakili Gubernur Muhammad Bobby Afif Nasution.
Dalam pidatonya, Agustinus mengajak Astindo tidak hanya sebagai penonton, tetapi sebagai mitra strategis untuk merancang ulang sistem transportasi pariwisata.
Ia menyoroti pentingnya konektivitas antarmoda, terutama antara Bandara Kualanamu dan titik-titik wisata utama seperti Danau Toba via Pelabuhan Ajibata.
“Kita ingin perjalanan dari bandara ke Samosir terasa seamless—tanpa jeda yang melelahkan,” katanya.
Namun, Agustinus tidak menutup mata terhadap tantangan yang ada. Salah satunya adalah armada bus pariwisata yang sering digunakan untuk study tour. Ia mengingatkan bahwa keselamatan harus menjadi prioritas, bukan sekadar harga murah.
“Kita ingin anak-anak sekolah kembali dengan cerita indah, bukan luka atau trauma,” tegasnya.
Visi besar ini tak hanya tentang infrastruktur. Ini tentang manusia. Tentang mereka yang tinggal dan tumbuh di tanah Sumut.
Karenanya, Agustinus menekankan pentingnya peran pemandu wisata lokal dalam menciptakan pengalaman autentik.
“Mereka bukan sekadar penunjuk jalan. Mereka adalah penjaga cerita, pewaris budaya, dan duta daerah,” ujarnya penuh semangat.
Ia berharap kolaborasi Astindo juga menyentuh aspek pelatihan dan peningkatan kapasitas guide lokal agar mereka mampu bersaing di kancah nasional bahkan internasional.
Harapan yang sama disuarakan Ketua Umum Astindo, Pauline Suharno. Menurutnya, agen perjalanan hari ini tak bisa lagi sekadar menjual tiket.

“Kita ini konsultan perjalanan. Kita bantu wisatawan menemukan pengalaman terbaik—dan itu hanya mungkin jika kita terus belajar dan beradaptasi.”
Musda Astindo tahun ini juga menjadi momen evaluasi dan refleksi, seperti disampaikan Ketua OC, Melina Evi Zahra.
Ia menyebut Astindo Travel Fair yang telah digelar tiga kali di Medan sebagai bukti konkret keseriusan mereka mendukung promosi pariwisata daerah.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan, M. Odi Anggia Batubara, menambahkan semangat lokal dengan mengajak Astindo terlibat aktif dalam pengembangan lima kawasan wisata strategis Kota Medan.
“Kami ingin Medan dikenal bukan hanya karena kulinernya, tapi juga karena keramahan warganya, budayanya, dan keramahan perjalanannya,” katanya.
Di ujung acara, harapan itu menggantung di udara: agar Musda ini bukan hanya berakhir di ruangan ber-AC, tetapi menjelma menjadi peta jalan baru yang menyatukan langkah Pemprov, Astindo, dan pelaku wisata lainnya dalam satu tujuan: membuat Sumatera Utara semakin dicintai wisatawan.
Karena pada akhirnya, pariwisata bukan hanya soal destinasi, tapi soal bagaimana perjalanan itu diciptakan. Dan hari itu, di Medan, perjalanan baru telah dimulai.
Penulis: Gugun
Editor: Damayanti Sinaga