Medan, NINNA.ID– Matahari belum tinggi ketika suara klakson panjang bersahut-sahutan di lintas Labuhanbatu–Rantau Parapat. Asap kendaraan mengepul, menggantung di udara yang lembab selepas hujan dini hari.
Ratusan mobil dan sepeda motor tampak merayap perlahan di jalur utama yang menghubungkan bagian selatan dan utara Sumatera Utara. Ini baru Jumat, 4 April. Namun, gelombang arus balik Lebaran sudah mulai terasa.
Di tengah lalu lintas yang mulai padat itu, Dinas Perhubungan Sumatera Utara terus memantau perkembangan. Kepala Dinas, Dr. Agustinus Panjaitan, memegang peta jalur lalu lintas yang sudah dilingkari dengan tinta merah di beberapa titik.
“Puncaknya akan terjadi pada Minggu, 6 April,” ujarnya serius, saat ditemui usai rapat koordinasi lintas sektor.
Perkiraan ini bukan tanpa dasar. Agustinus menjelaskan, banyak pekerja di sektor formal akan kembali masuk kerja pada Senin, 7 April.
Sementara para pelajar, baik sekolah dasar hingga menengah, sudah mulai belajar pada Selasa, 8 April.
“Jadi, para pemudik akan memilih kembali ke kota pada akhir pekan, dua hari sebelum sekolah dimulai,” katanya.

Peta Rawan Macet
Kawasan lintas Sumatera, khususnya ruas Labuhanbatu–Rantau Parapat, menjadi titik kritis yang setiap tahunnya mengalami lonjakan kendaraan.
Di jalur ini, pertemuan antara kendaraan pribadi, angkutan umum, hingga truk logistik sering menyebabkan antrean panjang, terutama di tikungan sempit dan jalur yang sempat rusak pascahujan.
Dishub Sumut tidak tinggal diam. Mereka telah menyiapkan beberapa skenario, mulai dari pengalihan arus ke jalur alternatif, sistem buka-tutup jalan di area rawan kemacetan, hingga penempatan petugas di titik-titik krusial.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Polri, TNI, Satpol PP, dan relawan,” ujar Agustinus.
Tidak hanya petugas lapangan, posko-posko pantauan juga telah diaktifkan. Di sana, data arus kendaraan diperbarui setiap dua jam sekali, disiarkan melalui media sosial resmi Dishub dan juga disampaikan ke radio lokal untuk menjangkau pemudik yang sedang dalam perjalanan.
Bijak Memilih Waktu Pulang
Namun sebaik apapun strategi pemerintah, Agustinus menekankan pentingnya kesadaran dari masyarakat.
“Kalau bisa, pulang lebih awal supaya tidak terjebak di puncak arus balik,” imbaunya.
Kebijakan cuti bersama dan libur panjang memang memberikan keleluasaan bagi sebagian pemudik. Namun tidak semua orang memiliki fleksibilitas waktu. Bagi keluarga yang baru bisa mudik di hari keempat atau kelima Lebaran, mereka hanya punya sedikit pilihan. “
Saya kerja di Jakarta, cutinya cuma lima hari. Mau nggak mau, harus balik Minggu ini juga,” ujar Purnomo, seorang pemudik asal Pematangsiantar yang ditemui di rest area Aek Nabara.
Banyak dari mereka memilih berangkat malam hari untuk menghindari kepadatan. Tapi pilihan ini juga penuh risiko: kelelahan, jarak pandang minim, dan fasilitas jalan yang terbatas.
Karena itu, Dishub mengimbau agar pengemudi tidak memaksakan diri dan memanfaatkan rest area atau posko istirahat yang telah disiapkan.
Lebaran dan Dilema Mobilitas
Arus mudik dan balik selalu jadi paradoks: di satu sisi membawa sukacita karena bisa berkumpul dengan keluarga, namun di sisi lain menghadirkan ketegangan dalam perjalanan panjang.
Tahun ini, volume kendaraan diperkirakan meningkat 15 persen dibanding tahun lalu, didorong oleh pemulihan ekonomi dan pelonggaran aturan perjalanan.
“Kalau lihat data, tahun ini memang lebih ramai. Mungkin karena banyak yang tahun lalu belum bisa mudik,” jelas Agustinus.
Pemerintah daerah pun terus melakukan evaluasi. Beberapa ruas jalan sedang dalam tahap perbaikan jangka pendek, seperti penambalan lubang dan perataan bahu jalan. Meski tidak ideal, langkah ini diharapkan bisa sedikit mengurangi potensi kecelakaan.
Menatap Minggu yang Sibuk
Minggu, 6 April 2025, bukan sekadar hari biasa. Diprediksi ini adalah hari ketika ribuan kendaraan akan menyatu dalam lautan aspal, menuju kota-kota besar seperti Medan, Padangsidimpuan, dan Pekanbaru. Hari ketika klakson berbunyi bukan untuk marah, tapi untuk meminta ruang agar bisa lebih cepat sampai.
Di balik kaca jendela kendaraan yang melaju perlahan, ada anak-anak yang terlelap, ada ibu-ibu yang menyiapkan makanan ringan, ada ayah yang berkonsentrasi di balik kemudi. Semuanya berharap satu hal: pulang dengan selamat, tanpa drama di jalan.
Bagi Dishub Sumut dan seluruh petugas yang berjaga, ini adalah momen krusial. Di tengah panas, debu, dan tekanan waktu, mereka mengatur lalu lintas seperti orkestra: penuh koordinasi, kesabaran, dan ketelitian.
Karena Lebaran, sejatinya, bukan hanya tentang silaturahmi. Tapi juga tentang bagaimana kita kembali—dengan aman, dengan selamat, dan dengan hati yang tetap tenang.
Penulis: Gugun
Editor: Damayanti Sinaga