Melirik Potensi Agrowisata di Kawasan Kaldera Toba

BERSPONSOR

TOBA – Berbicara tentang wisata, secara umum langsung terbayang dengan pemandangan yang indah berupa bentang alam, seperti gunung, pantai maupun wisata budaya. Padahal, daya tarik wisata itu tidak melulu hanya berupa pemandangan alam saja. Ada juga agrowista.

Di Kaldera Toba, wisata berbasis pertanian (agrowisata) ini, memiliki potensi untuk dikembangkan. Sebab, daerah sekitar Danau Toba merupakan areal pertanian yang cukup subur, baik untuk palawija, hortikultura dan tanaman buah seperti jeruk manis, yang menjadi komoditi unggulan di banyak tempat.

Jika dulu tanaman jeruk hanya ada di Kabupaten Karo dan sebagian di Kabupaten Simalungun, sekarang tanaman ini sudah mulai dikembangkan oleh para petani di Kabupaten Toba maupun Kabupaten Dairi.

Sesuai definisi agrowisata, yaitu kegiatan wisata yang memanfaatkan sektor pertanian (kebun) sebagai sasaran utama, maka sudah sepantasnya jika petani jeruk di seputaran Kaldera Toba diedukasi tentang pemanfaatan kebun jeruk sebagai tujuan wisata.

Tentunya wisatawan yang berkunjung tidak cukup hanya melihat pohon jeruk dengan buahnya yang lebat. Namun pengunjung ke daerah agrowisata tentu ingin terlibat secara langsung dalam bertani atau berkebun. Misalnya sekedar ikut memetik buah.

BERSPONSOR

Demikian juga halnya jika pengunjung itu berasal dari dunia pendidikan,  maka mereka juga membutuhkan informasi dari pengelola (petani) tentang hal-hal apa saja yang berkaitan dengan jeruk. Misal asal-usul jeruk sampai dengan nilai ekonomisnya.

Namun sebelumnya, para pengelola kebun jeruk harus diberdayakan untuk mampu memberi penjelasan agar wisatawan yang berkunjung mendapatkan keterangan yang meraka inginkan.

Selain tanaman jeruk, komoditas lain seperti kemenyaan juga sangat potensial. Apalagi kini, kemenyan sudah sangat langka dijumpai di Kaldera Toba. Bahkan di Indonesia, tumbuhan ini hanya ada di daerah tertentu saja.

TERKAIT  Air Terjun Binanga Bolon, Potensinya Belum Dimaksimalkan

Pohon kemenyan ini tentu akan mengundang rasa penasaran dan dapat menjadi magnet wisatawan untuk berkunjung dan sekaligus melestarikan kemenyaan itu sendiri. Apalagi di tanah Batak, proses pengelolaan dan pengolahan kemenyan harus melewati ritual dengan larangan-larangan tertentu.

BERSPONSOR
Kemenyan Toba
Kemenyan termasuk hasil tanaman keras yang tidak tumbuh di sembarang daerah.(Foto:asmon)

Agrowisata tidak sekedar bagaimana mengolah lahan dan isinya agar menarik bagi wisatawan. Sisi lain dari daya tarik itu, tentu ada peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

Pengembangan sektor ini tidak hanya peluang bagi pemilik hotel atau biro perjalanan. Justru, masyarakat tani yang selama ini seolah diabaikan dalam hal kepariwisataan, secara langsung  berperan serta akan merasakan manfaat sektor wisata itu secara nyata.

Andai saja penduduk sekitar Kaldera Toba yang mayoritas petani itu sudah  terlibat langsung sebagai pelaku wisata, maka dengan sendirinya pembangunan sektor pariwisata akan berjalan semakin lancar.

Melibatkan masyarakat petani dalam proses pembangunan pariwisata Danau Toba di Kabupaten Toba, dapat meminimalisir hambatan-hambatan yang berkaitan dengan masyarakat. Setidaknya, di Toba ada catatan disharmonisasi ibu-ibu dengan pemerintah dalam hal pengembangan pariwisata.

- Advertisement -

Jika dari awal masyarakat sudah mendapatkan edukasi tentang apa dan bagaimana sektor pariwisata, catatan itu mungkin tak terekam. Terlebih dengan ditetapkannya Danau Toba sebagai Kawasan Super Prioritas  Unggulan, semua sektor yang ada di kawasan ini harus diangkat demi peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.

 

Penulis  : Asmon Pardede
Editor    : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU