Melalui Keringat dan Dedikasi, Meretas Kesejahteraan Desa Lewat Gambir

Pakpak Bharat. NINNA.ID-Di Desa Bandar Baru – Panggegean, Kecamatan STTU Jehe, Pakpak Bharat, Sumatera Utara, kegiatan margambir tidak sekadar mengolah tanaman gambir, melainkan sebuah perjalanan penuh dedikasi untuk menghasilkan getah gambir berkualitas tinggi.

Tanaman bernama ilmiah Uncaria gambir ini tidak hanya menjadi simbol keberlanjutan pertanian, tetapi juga menyimpan keajaiban alam dalam bentuk katekin, menjadikannya bukan sekadar bahan campuran sirih.

Proses panjang dimulai dari pemangkasan ranting pohon gambir yang telah berusia setahun.

Di tengah semak-semak berduri dan pohon karet, masyarakat dengan penuh keahlian menjalankan tradisi panen yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Gambir
Pemangkasan ranting pohon gambir yang telah berusia setahun. (foto: istimewa)

Daun gambir yang terpilih kemudian mesti direbus, memakan waktu kurang lebih 60 menit agar getahnya dapat diambil.

Namun, keindahan proses tidak berhenti di situ.

Getah yang berhasil diambil kemudian diolah melalui serangkaian langkah, mulai dari pencetakan hingga pengeringan di bawah sinar matahari selama 2-3 hari.

TERKAIT  BRI Kancab Balige bersama BUMN Lainnya Salurkan Ratusan Juta Kredit PUMK di Samosir
Gambir
Gambir dikeringkan dengan bantuan sinar matahari (foto: istimewa)

Setiap langkah dilakukan dengan cermat, menjadikan hasil akhirnya tidak hanya berkualitas tinggi, tetapi juga menjadi sumber penghidupan utama bagi keluarga di desa ini.

BERSPONSOR

Dalam sehari, setiap keluarga mampu memproduksi 5-10 kg gambir. Tentu itu menjadi pendapatan yang vital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pendidikan anak-anak.

Dengan harga per kilogramnya berkisar antara 30-40 ribu, harapan masyarakat petani gambir pun tercermin pada doa agar Tuhan memberkati setiap tanaman gambir yang tumbuh subur.

Peran pemerintah tentu saja sangat dinantikan. Masyarakat berharap agar pemerintah mampu menjaga stabilitas harga gambir sehingga para petani dapat terus menghidupi keluarga mereka dengan layak.

Melalui keringat dan dedikasi dalam setiap tahap margambir, mereka membangun fondasi kesejahteraan, membuktikan bahwa keberlanjutan tradisi pertanian dapat menjadi kunci menuju masa depan yang lebih baik.

- Advertisement -

Penulis: Dedy Hutajulu
Editor: Damayanti Sinaga

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU