Mata Air Raja Sijambang, Bisa Tak Terlihat Walau Suaranya Terdengar

TOBA – Raja Sijambang. Nama leluhur marga Manurung ini diabadikan pada satu mata air (mual) yang membentuk air terjun di Desa Jangga Toruan, Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba  Provinsi Sumatera Utara.

Belum banyak yang mengetahui keberadaaan Mual Raja Sijambang ini karena untuk sam

Konon air ini merupakan tempat Sang Raja untuk membersihkan diri atau mandi pada saat-saat tertentu. Letaknya yang berada di lereng bukit dan lumayan jauh dari perkampungan, membuat keasrian lingkungan ini masih tetap terjaga.

Menelusuri jalan desa sampai batas perkampungan, memang masih ada jalan yang bisa dilalui kendaraan roda dua.

Selanjutnya, berjalan kaki tapi tetap asyik menapaki pematang sawah dan diterpa semilir angin sepoi-sepoi. Gairah untuk sampai ke mata air Sijambang, tetap terjaga.

Layaknya suatu adventure, untuk sampai ke tempat ini tidak cukup hanya dengan stamina atau fisik yang kuat. Niat serta ketulusan hati yang kuat menjadi pertaruhannya.

Dari atas pematang di tengah hamparan persawahan, kita sudah bisa menatap bukit tempat mata air ini berada.

Sawah dan bukit itu sendiri dipisahkan oleh sungai yang juga masih cukup bersih dan asri.

BERSPONSOR

Setelah menyeberang sungai, perjalanan dilanjutkan dengan sedikit mendaki melewati celah pepohonan.

Jangan berharap ada petunjuk atau jalan setapak. Satu-satunya kompas hanya keyakinan dan niat yang tulus.

Menjadi kunjungan pertama ke sini, perjalanan kami lancar tanpa hambatan berarti.

Sebelumnya, kami memang sudah bertanya kepada salah seorang penduduk sekitar yang kebetulan sedang bekerja di sawah, tentang lokasi Air Terjun Sijambang ini. Tapi dia pun belum pernah melihatnya.

- Advertisement -

”Saya juga belum pernah ke sana. Tetapi ada katanya air terjun di atas sana,” ujar pria itu sambil melempar pandangan ke arah perbukitan.

Memang kalau tidak ada tujuan tertentu sangat jarang ada yang mengunjungi tempat ini. Sebab, bagi penduduk desa, kalau hanya sekedar untuk kebutuhan air bersih tidak harus ke mata air ini. Masih ada sumber air lain yang lebih dekat ke desa.

Mual Raja Sijambang juga punya cerita mistis. Konon kabarnya, pernah ada pengunjung yang tidak berhasil sampai ke air ini, walau sudah mendengar suara air terjun. Menurut beberapa sumber, jika niat tidak tulus, maka  sang empunya kehidupan tidak memberi restu untuk sampai ke sumber air yang disakralkan ini.

Saya saat mengunjungi tempat ini, dengan sengaja bersama sepasang suami istri yang merindukan kehadiran si buah hati mereka, mengingat  usia pernikahan mereka sudah memasuki tahun ke lima.

TERKAIT  Enam Wisata Pantai Danau Toba, yang Terakhir Sangat Romantis

Cukup beruntung, tidak terlalu lama mendaki kami pun tiba di lokasi. Ternyata air yang muncul dari celah bebatuan yang berada di lereng bukit ini tergolong unik.

Sekitar mata air berpasir putih. Begitu airnya menyembur dari tanah, langsung terjun layaknya sehingga membentuk air terjun. Namun tidak terlihat ada proses erosi di sekitar mata air.

Saat kami perhatikan, ada jejak yang seolah ikut membenarkan kesakralan mata air ini, hanya dikunjungi dengan tujuan tertentu.

Kami melihat di tepi mata air, ada lembar daun sirih dan telur ayam dalam pinggan, terletak di atas batu. Bisa jadi, ini bukti ada yang datang sebelum kami ke tempat ini.

Bagi para pembaca setia NINNA.ID yang ingin berkunjung ke sini, bersihkan dulu hati dan pikiran. Tidak sampai satu jam dari Balige atau hanya 30 menit dari Kota Turis Parapat, anda sudah sampai di desa terdekat ke lokasi ini.

 

Penulis    : Asmon Pardede
Editor       : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU