Marbinda Koperasi Ala Leluhur Batak

BERSPONSOR

NINNA.ID – Menurut literatur yang kita baca, Koperasi pertama kali diperkenalkan di Benua Eropa pada tahun sekitar 1700-an oleh salah seorang yang berkembangsaan Skotlandia. Setelah koperasi ini berkembang di negara–negara Eropa barulah masuk ke Benua Asia.

Nah, di Indonesia sendiri Koperasi ini diperkenalkan sekitar tahun 1800-an oleh salah seorang Patih yang bernama R. Aria Atmaja.

Namun jauh sebelum itu, menurut penuturan para sesepuh kita terdahulu, suku Batak sudah mengenal sebuah budaya yang hampir mirip dengan koperasi ini, namanya Marbinda.

Marbinda adalah sebuah tradisi klasik yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba kala itu. Misalnya seekor ternak sapi didapati jatuh dari curaman gunung yang membuat sapi tersebut mati dan masyarakat akan bersama–sama memotong sapi itu untuk dimakan. Ini bagian dari tradisi yang sarat dengan nilai budaya gotongroyong.

BERSPONSOR

Biasanya kalau ada kejadian seperti ini, masyarakat akan saling menginformasikan kepada teman yang berdomisili di lingkungan itu. Kemudian sapi tadi pun akan dipotong dan dibagi dengan merata kepada orang-orang hadir pada acara itu.

TERKAIT  Hasil Karya Budaya Siswa SMA Negeri 1 Doloksanggul Dipamerkan di Jogjakarta

Potongan-potongan daging sapi akan ditumpuk menjadi satu yang disebut satu gugung. Tetapi kepala sapi bersama tulang-tulangnya akan dilelang kepada masyarakat yang hadir. Harapannya, bisa laku dalam sistem lelang dengan tawaran harga yang lebi tinggi.

Selain karena adanya ternak yang jatuh dari curaman bukit, Marbinda juga acap kali dilakukan oleh masyarakat Batak untuk menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru. Ternak yang akan di Binda, bisa saja seekor sapi atau kerbau. Tergantung kesepakatan bersama yang telah diputuskan dalam musyawarah di kampung itu.

Pada saai inilah ada kemiripannya dengan sebuah sistim Koperasi, dilihat dari mekanisme sistem pembayaran yang dilakukan. Marbinda ini sifatnya juga dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat.

BERSPONSOR

Pembayarannya pun boleh dilakukan setelah panen padi. Setelah ditentukan, misalnya, untuk mendapatkan satu gugung daging akan dikonversi dengan berapa liter padi yang harus disetorkan. Konsep ekonomi yang diterapkan leluhur Batak inilah yang dianggap sama dengan cikal-bakal lahirnya koperasi.

 

Penulis   : Aliman Tua Limbong
Editor      : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU